Beranda / Thriller / MY SECRET WIFE / 9. Kecurigaan Bella

Share

9. Kecurigaan Bella

Penulis: Emma Deef
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-20 16:46:49

Satu demi satu, pelayan Mansion Batista memasuki ruang kerja Andrew Chayton. Setiap akhir bulan, dokter Cleve Artwater selalu datang untuk memeriksa kondisi kesehatan keluarga besar Mansion Batista. Kali ini dia datang bersama dokter Bella Artwater, putrinya.

Beberapa pelayan senior yang mengetahui masa kecil Bella, sangat senang melihat gadis cantik itu kini sudah menjadi dokter. Namun sayang, mereka tidak bisa meminta diperiksa Bella. Karena Bella adalah dokter hewan. Dia hanya memeriksa kuda dan sapi di peternakan milik Andrew Chayton.

“Aku ingin diperiksa dokter Bella,” ucap Marcus sembari menoleh ke arah dokter Bella yang sedang mempersiapkan beberapa peralatan medisnya.

“Kau mau disuntik seperti kuda?” gurau dr Cleve. “Kadar gula darahmu bisa turun dengan cepat. Hari ini, naik 400. Sudah kubilang kan, tidak lagi konsumsi permen.”

“Dia memang bandel,” sahut Andrew sembari menyimpan botol-botol obat untuknya ke dalam laci. Dia menghembus napas berat. Hari ini dia mendapat tambahan satu botol obat baru, karena sesak napasnya kemarin.

“Marcus, panggil Levin. Lukanya harus diperiksa dokter Cleve.”

Marcus mengangguk, sembari mengancingkan kembali kemejanya. Tensinya naik lagi, padahal dia sudah mematuhi anjuran dokter Cleve untuk berolahraga.

“Kalau kau tetap bandel, aku tidak mau memeriksamu bulan depan,” ucap dr Cleve sembari mengembang senyum.

“Sudah kubilang, aku ingin diperiksa dokter Bella. Dia pasti mengatakan aku baik-baik saja. Tensiku normal, gula darahku normal. Semua normal.”

Tawa ketiga lelaki sebaya di ruangan itu pecah. Terdengar akrab dan hangat. Marcus, meski berstatus sebagai pelayan, mereka bertiga bisa main bilyard layaknya teman satu angkatan yang sedang reuni. Sesekali Andrew mengajak Marcus ke kota, memperlakukannya layaknya sahabat baik. Namun bila di Mansion, Marcus tak pernah alpa untuk menghormati Andrew sebagai majikannya.

Selesai Marcus diperiksa, Irene masuk sesuai gilirannya. Dia berpapasan dengan Bella yang hendak berangkat ke kandang.

“Ah, Irene. Bella, tunggu sebentar,” ucap Andrew sembari bangkit dari mejanya dan mendekati kedua wanita itu. “Bisakah kau memeriksa pelayan Devin? Dia sedang sakit. Aku tidak bisa meminta dr Cleve memeriksanya, karena dia baru saja keguguran. Kurasa dia akan lebih nyaman bersamamu. Irene, bisa kau antar dr Bella?”

Irene melirik Marcus. Marcus mendekati Bella dan menjulurkan secarik kertas.

“Ini pesanan obat dari Tuan Devin, dr Bella,” ucapnya. Bella menerima secarik kertas itu dan membaca tulisan di dalamnya. Dia mengernyit sejenak, membuka mulut hendak bertanya. Tapi tatapan Marcus ke arahnya, membuat Bella mengurungkan niat.

“Obat? Memang Devin bisa jadi dokter untuk pelayannya sendiri?” tanya Andrew heran.

“Tuan Devin membawa Amanda ke klinik,” ucap Marcus pelan, sama sekali tidak terlihat menyembunyikan sesuatu. Irene mengakui Marcus piawai sola ini. “Dia butuh diinfus karena ternyata masih pendarahan akibat kegugurannya.”

Keguguran? Pelayan? Bella membaca tulisan di kertas. Tidak ada obat untuk itu di sini. Saat Bella kuliah kedokteran, Devin kerap mencoba-coba meminta obat ini dan itu padanya. Bahkan hanya luka tertusuk duri saja, dia minta Bella menuliskan resepnya. Semakin lama, lelaki itu banyak tahu obat-obatan untuk penyakit tertentu. Kadang bila ada pelayan sakit sebelum jadwal kunjungan dokter Cleve ke Mansion Batista, Devin yang menentukan obat yang harus dibeli Marcus.

Tentu saja Marcus mengkonfirmasi dulu ke Bella, apakah obat yang ditulis Devin itu benar. Dia tidak ingin pelayan menjadi korban coba-coba majikannya. Dan Marcus kerap dibuat heran, karena obat yang dipesan Devin mayoritas tidak salah.

“Aku akan siapkan obatnya. Kurir dari apotek Papa akan mengantarnya ke sini. Bersama obat dan vitamin untuk Batista.” Bella memasukkan kertas itu ke kantong bajunya.

Andrew mengangguk. “Marcus dan Irene yang akan mengatur semuanya, Bella.”

“Aku ke peternakan sekarang.”

Bella meninggalkan ruang kerja Andrew. Melintasi beberapa pelayan yang sedang mengantri menunggu giliran diperiksa. Seharusnya dia berbelok ke kanan, melewati kamar Levin dan menuju dapur, terus ke bagian belakang rumah dan langsung menuju ke peternakan.

Namun dia mengambil jalan ke kiri, melewati kamar Devin. Kamar itu tertutup. Tentu saja Devin tidak ada di sana. Mobil Devin berpapasan dengannya, setelah gerbang mansion. Lelaki itu tampak tergesa, sehingga tidak memperhatikan Bella yang mengklaksonnya.

Sebuah titik merah di lantai menarik perhatian Bella. Tetesan darah segar. Bella berjongkok dan mengambil tetesan itu dengan tangannya. Segar dan encer. Ini jelas bukan darah dari wanita yang keguguran. Ini ..

“Dokter Bella.”

Bella sontak berdiri. Irene sudah ada di sebelahnya.

“Tuan Levin ingin anda memeriksanya. Di kamar.” Irene menatap dokter muda di hadapannya lekat-lekat. Bukan tanpa alasan dia mengucapkan kalimat itu, meski ketika Bella melihat pintu kamar Levin yang tepat berseberangan dengan pintu kamar Devin, tertutup rapat. Pintu kamar Levin, tidak lagi mempunyai anak kunci. Sehingga kerap terbuka sendiri.

“Oh ya? Kukira Tuan Andrew tidak mengijinkan aku memeriksanya.”

“Saya sendiri juga tidak mengerti,” ucap Irene. “Anda tahu sendiri kan bagaimana Tuan Levin?”

Bella tersenyum. “Dia selalu mengusiliku, Irene. Aku malas mengurusnya.”

Irene mengangguk. “Kalau begitu, saya akan mengantar anda ke peternakan.”

Bella mengibas tangan ke udara. “Tidak perlu. Aku tahu jalannya.”

Irene menggeser badannya, memberi jalan pada Bella. Wanita itu berjalan melintasi ruang televisi, melewati kamar Levin tanpa menengok, lalu menuju dapur. Saat gestur langsing itu menghilang di balik dapur, Irene sontak menghembus napas lega. Dia tidak merasa bersalah harus membohongi Bella, karena dia tahu Bella tidak akan mau menemui Levin. 

Pintu kamar Levin terbuka. Dia menoleh sekeliling dan mendapati Irene sedang mengepel di depan kamar Devin. 

“Apa dokter Bella sudah datang?” tanya Levin. “Semua sudah selesai diperiksa?”

Irene mengendik bahu. “Sepertinya mereka menunggu anda di ruang kerja Tuan Andrew.”

“Bella?”

“Sepertinya. Saya kurang begitu memperhatikan sejak tadi.”

Levin bergegas menuju ruang kerja ayahnya. Tentu saja, dia tidak akan melewatkan momen kunjungan rutin dokter Artwater ke Mansion Batista. Saat yang tepat untuk menggoda Bella Artwater, yang ayahnya tidak akan bisa melarangnya. 

Levin bersumpah, tidak akan berhenti menggoda Bella, hingga dokter cantik itu jatuh dalam pelukannya. Dia memang menyebalkan ketika mereka masih kecil, karena selalu menyuruhnya pergi karena mengganggunya saat bermain kartu dengan Devin. Tapi sekarang, situasinya sudah berbalik. Levin tak akan pernah berhenti mendekati dan mengganggunya. Banyak wanita dingin dan angkuh, ditaklukkannya dalam waktu singkat. 

Bella hanyalah gadis jinak jinak merpati yang akan jatuh ke dalam dekapannya dalam waktu dekat.

Irene bergegas membereskan kain pel dan memastikan tidak ada tetesan darah hingga ke garasi. Dan dia merasa lega ketika kemudian Marcus mendapatinya sudah menyelesaikan penghapusan jejak darah itu.

“Irene? Kau sudah membereskan kamar Tuan Devin?” tanya Marcus berbisik. “Spreinya masih banyak darah.”

Irene mengangguk, lalu mengeluarkan anak kunci dari sakunya lalu masuk ke kamar Devin. Bertepatan dengan Levin keluar dari ruang kerja ayahnya.

“Mana Irene?” tanya Levin. “Bella tidak ada.”

“Oh, anda mencari Irene apa dokter Bella?” tanya Marcus, berdiri di depan pintu kamar Devin, khawatir majikan mudanya itu tahu-tahu hendak mencari Bella di kamar kakaknya.

“Bella. Aku mau dia memeriksa luka sialan ini,” ucap Levin sembari menunjuk dahinya.

“Dia ke peternakan.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MY SECRET WIFE   84. Ulah Dua Anak

    "Bukankah aku sudah transfer kemarin?" bantah Levin di sambungan telepon."Itu untuk penyelidikan dalam kota Tuan Chayton. Dan kami menemukan petunjuk bahwa Bella Artwater pergi ke luar negeri."Levin terdiam. Ke luar negeri pasti membutuhkan lebih banyak lagi dana. Tidak hanya untuk melacak, tapi juga untuk membawa Bella pulang. Sedangkan dia tidak punya lagi uang simpanan. Beberapa orang yang dikerahkannya selalu meminta uang tambahan bila penyelidikan semakin berlanjut karena menemukan bukti baru.Levin tak ingin melibatkan polisi. Melaporkan istrinya telah menghilang di kantor polisi hanya akan mempermalukannya karena status mereka belum tercatat resmi di negara. Apalagi Cleve tak lagi menghendaki Bella bersama Levin. Hanya karena kesalahan yang menurutnya sangat sepele. Toh dia biasa meladeni wanita-wanita peng

  • MY SECRET WIFE   83. Sudah Menikah

    “Kau adalah satu-satunya orang yang tahu kalau aku sudah menikah.”Bella tercekat. Menatap Devin yang juga menatapnya dengan wajah berseri-seri dan pipi bersemu merah. Kepuasan dan kebahagian terpancar jelas di wajahnya. Mereka duduk berhadapan, di sebuah cafe dengan pemandangan menara Eiffel yang berselimut senja. Devin memintanya menunggu di sini, dan baru muncul dua jam kemudian.Pasti Devin masih menyelesaikan permainannya yang terhenti karena kedatangan Bella. Sementara Bella menanti di cafe, setelah mendapat pesan dari Devin untuk menunggunya di sana. Pesan yang dikirimkannya satu menit setelah lelaki itu menutup pintu rumahnya dan meninggalkan Bella berdiri di seberang rumahnya seperti perempuan bodoh.“Siapa dia?”“Istr

  • MY SECRET WIFE   82. Patah Hati

    “Anda tidak akan percaya, Devin Chayton ada di Paris.” Bella tercekat, ludahnya terasa tertahan di kerongkongannya. Bagaimana mungkin Devin bisa ada di kota romantis itu? Kota idamannya yang akan dikunjunginya dengan lelaki pujaannya, Devin. “Bagaimana kau bisa menemukannya?” tanya Bella di sambungan telepon. Tangannya terasa gemetar dan dadanya serasa meledak, ketika mendengar kabar dari Detektif yang disewanya. Untuk mendapatkan Devin kembali, dia nekad melakukan apa saja, bahkan mengeluarkan uang tabungannya. Dia harus mendapatkan cinta Devin karena pada Levin dia tak lagi punya harapan. Meski sudah menyerahkan jiwa raganya pada bungsu Chayton, lelaki itu itu masih saja haus dan mereguknya dari wanita lain. Seolah Bella tak pernah bisa memuaskannya. Padahal setiap malam Bella selalu

  • MY SECRET WIFE   81. Maaf Yang Terlambat

    Untuk pertama kali dalam hidupnya, Andrew merasa hidup seorang diri. Makan malamnya sejak kepergian Devin, hanya ditemani Marcus. Dia meminta Marcus duduk di sebelahnya, bukan untuk melayaninya makan, tapi untuk makam malam bersamanya.“Sebentar lagi Tuan Levin pasti datang,” hibur Marcus, melihat gurat kecewa di wajah majikannya. Sudah hampir tengah malam, Levin belum juga memberi kabar apakah akan pulang ke Batista atau tidak. Sejak kepergok Marcus di cafe milik Bella, Marcus belum melihat Levin memasuki Batista hampir dua hari. Lelaki itu pasti disibukkan dengan memohon maaf pada Bella Artwater.Dan Andrew tak pernah menyebut nama Levin semenjak surat dari Devin datang. Lelaki sebaya Marcus itu diliputi kerinduan pada anak sulungnya, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Kadang tanpa sadar dia menanyakan pada Marcus apakah Devin sudah pula

  • MY SECRET WIFE   80. Dua Chayton Berbeda

    Andrew meremas surat di tangannya. Dadanya terasa berat, sepertinya sesak napasnya akan kambuh. Marcus yang berada di sebelahnya, sudah melihat gelagat majikannya. Napas Andrew mulai pendek dan berat.“Saya ambilkan obat, Tuan?”Andrew menggeleng. Dia lalu melemparkan surat yang sudah diremasnya ke lantai. Marcus hanya melirik gumpalan kertas itu jatuh tak berdaya. Masih bagus Andrew tidak merobeknya, jadi dia bisa menyimpan surat itu nanti. Biasanya Andrew akan mencari surat itu lagi bila hati dan kepalanya sudah dingin.“Mana Levin?”Marcus menelan ludah. Pertanyaan tentang Levin adalah soal yang paling sulit untuk dijawab. Marcus tidak ingin anak itu menjadi sasaran kemarahan ayahnya lagi. Lagipula dengan dimarahi, tidak akan membuat Levin menj

  • MY SECRET WIFE   79. Polisi dan Pembunuh Bayaran

    Devin tak melepas sedetik pun tangan istrinya. Meski Beverly berjanji untuk tidak melepaskan diri, namun kini Devin bukan lagi orang yang sama dengan dua puluh empat jam sebelumnya. Kini mereka sama-sama tahu bahwa pasangan mereka adalah orang yang diberi tugas untuk membunuh pasangannya.Bukan hal yang mudah bagi keduanya kini untuk membangun rasa saling percaya, meski setelah semua rahasia itu terbongkar, napas dan kulit mereka menyatu berbalur peluh. Baik Devin maupun Beverly tak hendak menanyakan apakah masih ada cinta di dada mereka masing-masing setelah apa yang terjadi. Bahwa mereka telah saling mengejar untuk saling membunuh–demi sebuah tugas dari organisasi tempat mereka bernaung.Kapal yang ditumpangi keduanya sudah memasuki perairan lepas dan mereka kini bebas hendak pergi ke manapun. Meski yakin para polisi pasti akan memburu bahkan mungkin me

  • MY SECRET WIFE   78. Devin dan Pelayannya

    Wajah Andrew mengerut, menampakkan usianya yang semakin renta. Ditambah dengan kemarahan yang tampak berusaha ditahannya. Napasnya tak lagi sesak, tapi semua orang bisa melihat lelaki yang masih tampak gagah di usianya itu, mengepal kedua tangan hingga gemetar. Marcus menarik lengan Levin, menyuruhnya menyingkir, masuk ke dalam kamar. Semula Levin menolak. Dia ingin menikmati momen di mana akhirnya Devin berhasil membuat Andrew Chayton murka. Selama ini, hanya Levin yang selalu berulah, membuat Mansion Batista berkali-kali heboh, kisruh dan pusing tujuh keliling. Kini giliran Devin, begitu mudahnya terkuak di depan semua orang. Dan tanpa ada yang bersangkutan hadir untuk membela diri. “Sejak kapan kau tahu, Irene? Apa yang sudah mereka lakukan?” tanya Andrew, sembari melangkah mendekati Irene, mengesampingk

  • MY SECRET WIFE   77. Rahasia Devin

    Mansion Batista bangun sebelum waktunya. Para pelayan dikumpulkan di halaman oleh polisi, dan Irene menjadi orang yang paling sibuk. Semua pelayan diinterogasi, membuat suasana dini hari menjadi sangat kacau, karena mereka terpaksa dibangunkan oleh suara tembakan.Andrew berada di ruang kerjanya, mengenakan piyama. Duduk di kursi dengan kening berkerut. Polisi telah mengganggu istirahatnya, dan itu artinya harus ada harga yang harus dibayar. Mereka telah masuk dengan paksa dan membuat Andrew benar-benar marah.Komisaris berdiri di hadapannya dengan beberapa anak buahnya.“Kalian telah mengusik mansionku, tanpa seijinku!” sergah Andrew dengan nada meninggi, dan Marcus terpaksa menyentuh bahu majikannya, berusaha agar Andrew lebih tenang. Bagaimana tidak, Komisaris baru pengganti Komisaris Ho

  • MY SECRET WIFE   76. Kau Milikku

    “Berapa orang yang diperlukan untuk menangkap Devin Chayton?” gumam Devin, sembari merunduk di balik sebongkah batu. Cahaya senter tak satupun mengenainya. Para pengejar telah melewatinya, membuat Devin bisa beristirahat sejenak. Namun tak lama kemudian, terdengar langkah mendekat. Devin mengintip dari balik batu, dan dia mengenali gestur dalam kegelapan–yang rupanya ketinggalan jauh dari teman-temannya. Saat gestur itu mendekat, Devin langsung melompat dan menyergapnya. Mereka berdua jatuh terguling-guling, dan semakin terguling-guling karena ternyata berada di lereng bahu sungai. Seingat Devin, sungai ini sudah lama kering karena hulunya sudah dibuntu. Orang yang berhasil ditangkapnya, hanya mengerang kesakitan dalam pelukannya saat mereka akhirnya terbanting dan sama-sama terkapar di dasar sungai yang dipenuhi daun kering.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status