Pagi-pagi Sera datang ke ruangan Guntur, dia mencari Airyn sebelum gadis itu berangkat ke kampus. “Ai, Mama minta uang dong. Seratus aja, beras abis, Mama belum makan apa pun dari semalam.” Mengulurkan tangannya, setengah memelas dan memaksa.“Ma, Mama nggak liat keadaan Papa gimana? Tabungan aku tinggal sedikit, nanti kalau perlu sesuatu gimana? Lagian kemarin Mama udah ambil uang Kak Oni sejuta, masa udah abis aja?” Bukannya ingin jadi anak durhaka, tapi Sera sangat keterlaluan padanya. Tidak habis-habis mengganggu ketenangan hidup Airyn.“Berani kamu tanya kayak gitu ke Mama? Kamu pikir uang sejuta itu kayak seratus juta, kah? Sekali makan juga abis, Ai, kayak debu ketiup angin. Cepat kasih Mama uang, nanti kamu tinggal poroti saja kekasih kamu yang kemarin. Mumpung kaya, jangan sia-siakan kesempatan.”Pasti uang itu Sera habiskan untuk judi atau ikutan pesta miras dengan teman-temannya.“Dia bukan pacar aku, Ma. Jangan malu-maluin, aku nggak enak kalau Mama terus-terusan meminta u
"Saya tidak mau tahu, hilangkan jejak Airyn, baru kamu kirim filenya ke Bunda. Lagian ngapain sih Bunda kepo banget. Saya tidak mungkin menghamili anak itu."Bagas mencebikkan bibir. "Hanya belum. Saya lihat Anda ini memang napsu kepada anak di bawah umur. Menggelikan."Arion menatap Bagas muak. "Menurut kamu, kira-kira bunda akan merestui Airyn sebagai menantunya, tidak?""Saya lihat, tidak." Bagas menaikkan bahu, cuek dan seolah memang bisa menerawang masa depan."Airyn anak baik.""Bibit, bebet, bobotnya tidak sesuai dengan kriteria Bu Megan. Apalagi ibu Anda sangat menjunjung martabat keluarga dan aktif kumpul bersama teman sosialitanya. Coba bayangkan, bagaimana cara Bu Megan memperkenalkan Airyn jika dia berasal dari keluarga dan lingkungan seperti itu? Saya rasa, Airyn juga akan malu mengakui asal usulnya.""Jika Anda menikah, media pasti berada di garis depan meliputi berita itu dan mencari tahu segala hal tentang calon menantu Harrison. Ingat waktu Andre dulu? Litzi sedikit t
Airyn was-was ketika mengetahui Sera ada di rumah. Entah apa yang akan dilakukannya lagi, Airyn takut Mamanya menggeledah rumah untuk mencari uang. Tidak ada tabungan yang Airyn sembunyikan, dia tidak berbohong.“Kamu yakin baik-baik saja?” Bagas menaikkan alis. Tampak jelas raut Airyn berubah, dia kelihatan diam beberapa saat sebelum turun dari mobil.Airyn tersadar, kemudian mengangguk dan segera turun. “Terima kasih, Pak Bagas. Bapak pulang aja, aku aman kok.” Sera berdiri di ambang pintu, melipat kedua tangan di pinggang dengan raut penuh permusuhan. Airyn lumayan panik, makanya cepat-cepat menyuruh Bagas pergi.“Ma, udah makan malam?”“Mama perlu uang, Ai. Minta uang lagi dong, Mama ada hutang yang harus banget dibayar. Kalau sampai besok uangnya nggak ada, Mama bakal dilaporin ke polisi.”“Hah? P—polisi? Kok bisa, Ma?” Airyn luruh, kakinya seketika lemas. Kondisi sang papa belum membaik, kini Sera ikut membuat masalah.“Mama waktu itu pinjam uang lima juta buat rayain ulang tah
Pagi-pagi buta, Arion bangun berniat ingin membuat sarapan untuknya dan Airyn. Anggap saja sebagai rasa simpati Arion kepada gadis itu setelah menerima perlakuan tidak baik. Namun, setibanya di lantai bawah, Arion tidak menemukan siapa pun di ruang tengah.Keadaan sekitarnya sudah rapi dan wangi, termasuk selimut yang dikenakan Airyn semalam. “Loh, ke mana dia?” Arion mengambil sepucuk surat yang Airyn tinggalkan di meja.—Terima kasih, Pak Arion. Aku udah beberes, dan siapin sarapan. Aku pulang—“Bisa-bisanya anak ini bertindak di luar dugaan saya terus.”Arion mengecek rekaman cctv, ingin melihat apa saja yang Airyn lakukan sepanjang pagi ini.Pada layar komputer itu terlihat jika Airyn sedang buru-buru bangun, lalu menyiapkan sarapan sambil beberes. Beberapa kali Airyn lari-larian ke dapur, mengejar penggorengan agar tidak gosong dan cuci piring juga.Selesai masak dan semua bersih, Airyn mengecek dompet, dia kelihatannya sedang berdecak sebal karena tidak menemukan uang sepersen p
Gawat!Hari pertama Airyn magang dia sudah mendapat masalah. Semalam di dekat rumah Airyn terjadi kebakaran, alhasil hampir semua tetangga termasuk Airyn begadang untuk saling memadamkan api dan berjaga-jaga agar api tidak semakin menjalar. Sialnya, pagi ini Airyn bangun terlambat—padahal alarm berdering sejak jam lima pagi, belum lagi harus membuat sarapan dan mengantarkannya ke rumah sakit. Airyn terlanjur berjanji pada sang papa untuk membuatkan sarapan sehat, sebab nanti siang atau sore Guntur sudah boleh pulang.Arion Harrison: Airyn, ini sudah jam berapa?Airyn mengabaikan pesan itu, berlarian di lorong rumah sakit menuju ruangan Guntur. Airyn tidak peduli dia terlambat, yang penting papanya senang dulu. Urusan dengan Arion, Airyn akan mencari alasan dan meminta maaf.“Ai, kenapa lari-larian? Sampai keringetan gini.”Napas Airyn tidak beraturan, berusaha mengulas senyum dan menggeleng. “Pa, ini sarapan buat Papa. Dihabisin, ya! Hari ini aku magang dan udah telat, jadi aku buru-b
Airyn Gershon: Pak Arion, ini pizza dari Bapak?Arion Harrison: Habiskan!Airyn Gershon: Besar dan banyak bangettttttttt, Bapak Arion. Bisa jebol perut aku.Arion Harrison: Banyak ngeluhnya kamu ini.Airyn menatap layar ponselnya jengah. “Aku makan secukupnya aja, nanti sisanya biarin Pak Arion sama Pak Bagas yang habiskan.” Dia menggembungkan pipi, menghela berat. Aroma pizza sangat menggugah selera, Airyn tidak sabar melahapnya. “Aish! Enak banget sih makanan orang kaya. Aku tambah yakin Pak Arion yang beneran kirim makanan waktu itu, soalnya menunya juga hampir sama aja.” Mata Airyn berbinar, mengangguk-angguk riang sambil bersenandung. Dia sedang memperbanyak dokumen yang Arion suruh, sesekali sambil memisahkannya agar tidak tercampur dengan dokumen lain.Impian Airyn sekali bisa bekerja di kantor sebesar ini setelah lulus kuliah, semoga nanti dia bisa berkesempatan mendapatkan posisinya di sini.Kurang lebih setengah jam Airyn memperbanyak beberapa dokumen itu, akhirnya selesai
“Bapak mau bilang apa, kok harus ketemuan dulu, sih?” Airyn tidak senang jika Arion memintanya datang dengan cara memaksa dan dadakan. Airyn tadi sedang menikmati waktu merawat Guntur sambil menemani bercerita, tiba-tiba Bagas datang. Kesal sekali, untung Guntur sudah waktunya beristirahat.Hanya sekarang Airyn merasa sangat dekat dengan papanya, sebelumnya mereka selalu ketemu sebentar dan jarang duduk bersama untuk sekadar bercerita hal-hal sederhana. Ini juga menjadi kesempatan emas Airyn memberi wejangan sedikit demi sedikit agar setelah ini Guntur mengurangi kebiasaan buruknya, sebab saat sakit kemarin benar-benar butuh perjuangan hingga sampai di keadaan yang sekarang. Sehat itu mahal!“Ada yang mau saya bicarakan. Ini penting bagi saya, Airyn.” Arion memerhatikan penampilan Airyn, ternyata gadis itu memang senang sekali menggunakan jepit rambut. Meski rambutnya sedang digerai, dikepang, dikunci, pasti ada jepit yang menghiasinya.“Ngomong aja. Aku nggak bisa lama-lama. Papa
Sesampainya Arion di ruangan, dia sudah melihat jika Airyn tengah sibuk membereskan buku-buku dalam rak. Kemudian di meja Arion tersedia segelas kopi, bekal yang Airyn masak, dan komputer Arion pun siap digunakan. Pemandangan indah yang akan Arion dapatkan selama tiga bulan ke depan sebelum memulai hari dengan setumpuk kerjaan."Pagi, Pak Arion." Airyn menyapa hangat, mataya sedikit sipit sisa menangis semalam. "Aku udah masakin bekal makan siang dan camilan sehat. Semoga sesuai selera Bapak.""Kenapa mata kamu?""Enggak kok, Pak.""Gara-gara saya kamu menangis?""Enggak, kemarin aku mimpi buruk.""Seburuk apa sampai sembab begitu? Kamu kayak anak kecil yang mimpi ketemu setan." Airyn hanya tersenyum. "Nanti kompres pakai es, ampuh mengurangi sembab.""Bapak juga sering nangis?"Arion mengerutkan kening. "Saya tidak cengeng.""Saya kira, soalnya Bapak tau banget cara mengatasi sembab.""Saya banyak belajar dan membaca, jadi pengetahuan saya luas." Arion mengambil tempat bekal yang kel