Ilene duduk di bangku kampus, menunggu giliran untuk mengurus syarat mengajukan sidang skripsi. Tidak ada hal yang membuatnya bersyukur, perjuangannya selama empat tahun tidak sia-sia.
"Ai udah dapat jadwal sidang?"
"Kan kita masukan semua syarat dulu baru nanti dibuat jadwal."
Ilene melirik pada ibu-ibu anak satu yang memegang map putih di tangannya dan suaminya beserta anaknya yang tak pernah absen untuk menemani di mana ia berada.
Hari ini Danish memakai kaos berwarna kuning terang dengan gambar pesawat. Anak ini semakin mengemaskan, tapi Danish tidak suka bermain bersama Ilene membuat Ilene ingin terus menganggu hingga Danish menangis. Ilene menatap pada abangnya yang mengendong Danish.
Mereka hanya punya jadwal sidang selama dua minggu, dan siapa yang akan melaksanakan wisuda bulan depan, maka sudah harus sidang.
Ilene takkan heran jika urusan Azyan sudah beres, karena Ilene bisa melihat apapun yang Azyan lakukan
"Perasaan dulu, bunda masih gantiin popok kamu. Kamu sering main jorok-jorok. Bahkan kamu pernah makan kotoran Darris."Ilene langsung manyun saat bagian terakhir tak mengenakan sama sekali. Bundanya sedang memperbaiki baju sidang brokat warna putih khas orang yang mau melaksanakan sidang skiripsi. Hari ini Ilene berjuang, demi masa depan ia akan mendapatkan gelar setelah 4 tahun jungkir-balik.Bundanya juga sedang menyisir rambutnya. Dan menyanggul rambutnya, bahkan Ilene didandani agar terlihat cantik. Bundanya ingin penampilannya jadi rapi dan juga agar dosen fokus ke penampilan dan menanyakan pertanyaan yang mudah."Bunda perlu antar nggak nih?""Bunda... Ai bukan anak kecil." Ilene merengek, bundanya kadang seperti tak sadar jika merasa sudah dewasa."Bunda beri doa terbaik buat Ai, biar bisa jawab pertanyaan semua dosen penguji.""Bunda percaya sama kamu." Ilene langsung memeluk bundanya. Wanita luar
"Cie... Cantik benar cicinnya." Ilene langsung manyun memandang ke arah kembarannya yang tengah menggodanya."Maaf ya kawan dari orok. Sepertinya aku nikah bentar lagi, nggak papa bentar lagi kamu juga bisa kayak aku. Cari perempuan yang benar-benar."Giliran Darris yang mendengkus kesal."Cepat tumpahin teh, siapa? Kembaranmu ini harus mengukur seberapa besar dia tidak brengsek. Atau benar-benar bermanfaat untuk masa depan." Ilene langsung terdiam, ia bahkan belum tahu wujud Moon. Tapi saat cincin itu bersemanyam di jarinya, Ilene tahu Moon adalah satu-satunya. Secara fisik ketiga laki-laki itu tidak akan membuatnya kecewa, walau Ilene punya ekspektasi sendiri."Ada saatnya."Orang yang harus tahu Moon setelah Ilene adalah Darris. Kembaran rese ini bisa memberikan gambaran."Makin kesini kok aku jadi menyadari kata bunda. Benar, kita udah besar. Aku bisa merasakan apa yang bunda rasakan. Kita cepat bangat
"Aku udah tahu itu kamu. Tapi kenapa kamu lakukan semua ini sama aku?" tangis Ilene pecah dan terduduk di tengah jalan yang sepi karena hujan yang deras bahkan ada petir."Kenapa Kayvan? Kenapa?" Gadis itu berlutut di tengah jalan, bahkan tak peduli dengan bajunya yang sudah basah semua. Ilene akan tetap menunggu Moon aka Kayvan di sini. Ilene yakin laki-laki itu akan menjemputnya sekarang, dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.Kayvan akan membisikkan kata cinta yang membuat Ilene tak berhenti menangis tersedu merasa sangat dicintai dan menjadi wanita paling berharga di dunia ini."Asal kamu tahu, aku udah suka kamu sejak kita SMP. Tapi kenapa kamu nggak pernah lihat aku? Aku bahkan nggak pernah punya pacar, berharap kamu peka. Kamu juga selama ini tak punya pacar kan?"Ilene masih menangis, mengeluarkan semua yang ia rasakan dan melihat langit yang semakin gelap dan hujan yang seolah mendukung dirinya untuk terus menangis dan m
Moon tidak salah. Kayvan tidak salah. Perasaan Ilene yang tidak tahu tempatnya.Gadis itu menyeka air matanya saat melihat tisu bertebaran di lantai, Ilene yang salah! Ilene yang bodoh.Ia hanya memeluk bantal dan menangis dengan wajah jeleknya. Ilene merasa begitu hancur sekarang. Namun tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Kayvan tidak salah!Kalau boleh, Ilene ingin meminta jadi anak kecil saja. Rupanya ia belum siap menghadapi masalah orang dewasa, bagaimana perasaan yang sudah membatu, sudah menjamur ini seolah diberi racun dipaksa agar hilang tapi racun ini malah menyebar. Jika Ilene sedang berdiri dalam ketinggian, ia tak segan untuk berlari dari atas sambil berteriak sekencang mungkin. Seorang penulis itu cara berpikirnya selalu beda bahkan terkadang lebai.Ilene juga tak berhenti untuk menangis. Hanya menangis, hanya ingin menangis tak ada niatan untuk melakukan yang lain. Ilene penasaran, apa ada gadis lain di belahan dunia yang lain m
Menghitung hari launching buku pertamanya dan juga salah satu tanda kesuksesan besar Ilene di masa depan. Bagaimana selama ini orang hanya menanggap sepeleh jika menulis adalah pekerjaan yang sia-sia dan seorang penulis itu seorang pembohong ulung. Bagaimana ia menipu semua pembaca dengan kata-kata manis yang membuat orang terhanyut, menjual keromantisan yang tidak wajar sama sekali.Ilene hanya terdiam. Gara-gara perasaan pada Kayvan tak berbalas membuat Ilene bersedih, ketika ia ingin menunjukkan perasaan pada sang pujaan hati. Ilene selalu bertanya-tanya, apa Kayvan akan menyesal? Atau laki-laki itu memang tak punya perasaan pada dirinya sama sekali? Memikirkan hal ini Ilene ingin menangis, mengais tanah hingga ke dasar bumi sambil terus meratapi nasibnya dan terus memanggil nama Kayvan."Selamat buat peluncuran bukanya nanti. Akan disebarkan ke seluruh toko buku. Bahkan jika memang best seller, maka ceritamu bisa diterjemahkan ke berbagai bahasa dan bahka
Kecewa!Ilene mengira, saat launching buku pertama dirinya akan langsung pergi toko buku karena ada event atau datang langsung ke penerbit, untuk melihat bagaimana buku-buku itu didistribusikan.Tapi lihatlah kini. Ia hanya tidur-tiduran di kasur tak ada rasa antusiasme untuk melihat buku cetakan pertama turun, walau dalam hati ada kebanggaan yang tak bisa diungkapkan, bagaimana ia akhirnya, mimpi kecil yang rasanya mustahil akhirnya dibayar tunai di depannya. Bahkan hobby bisa menghasilkan uang, bukankah itu luar biasa? Perkejaan paling indah di dunia ini adalah ketika sebuah hobi dibayar.Sedikit kesal dan kecewa pada Moon, yang seolah memberi banyak harapan palsu yang akhirnya membuat dirinya terlalu mengkhayal yang tidak.Ilene juga kecewa karena ia tak bisa melihat Moon sebenarnya yang membuat dirinya mati penasaran. Benar-benar, Ilene akan menyembelih satu ekor sapi karena ucapan syukur tahu Moon itu siapa. Siapapun Moon yang asli, Ile
Moon!Manusia yang membuat ia jungkir-balik dan manusia yang membuat dirinya tahan banting, selama ini bersembunyi di balik cangkang kepiting dan mengeluarkan capitnya hari ini. Di hadapan Ilene, bagaimana Ilene akhirnya bisa mencium aroma Moon lebih lama lagi. Dari dulu, Ilene suka mencium aroma tubuh Jared dan hari ini laki-laki ini datang sebagai orang yang berbeda.Ilene masih terdiam di sana, dan memikirkan semuanya. Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang? Dunia seolah berhenti, saat Moon—Jared makin mendekat."Moon." Jared mengeluarkan tangannya. Ilene tersenyum dan ingin menepis tangan laki-laki itu, tapi akhirnya ia menggenggam tangan hangat Moon. Ilene ingin nangis kejer, dan tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan. Berdosakah jika Ilene bilang ia sudah jatuh cinta pada Jared? Walau ia selalu menyangkal jika perasaannya selama ini untuk Kayvan. Mungkin ia memang harus menutup buku antara dirinya dan Kayvan walau projek yang sudah diren
Seorang pemuda dengan tampang kusut berjalan melewati koridor rumah sakit. Pusing karena kuliah dan masalah di keluarganya—lebih tepatnya penyakit adiknya yang semakin memprihatinkan setiap saat.Terkadang Jared ingin menyerah dan pasrah terhadap takdir Tuhan jika memang adiknya tak dapat diselamatkan. Mau bagaimana lagi, segala cara dilakukan, segala macam obat dikonsumsi tapi tak ada perubahan yang signifikan, penyakit Jasmine semakin bertambah. Sebagai laki-laki yang besar, Jared merasa bertanggung jawab di sini, dan terus mensupport orang tuanya, bagaimana rumah sakit menjadi alih fungsi rumah bagi mereka. Kehidupan mereka sekarang berpusat di rumah sakit dan bergantian menjaga Jasmine.Jared masih duduk di luar tak berani masuk, dan menunduk memijit kepalanya pusing. Merasa tak tega melihat adik kecilnya harus menderita penyakit yang mematikan seperti ini, tapi ia juga tak bisa berbuat banyak. Andai dirinya seorang tabib handal yang bisa menyembu