Beranda / Romansa / Maaf Om, Aku Mencintaimu / MOAM# 04. Aku tidak sanggup

Share

MOAM# 04. Aku tidak sanggup

Penulis: Ida Andriani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-20 18:20:55

"Apa Zehra sudah berada di kamarnya?" tanya Laura lagi dengan nada manja pada Jovan.

"Ya, dia sudah aku antar ke kamar yang sudah kamu siapkan."

"Baguslah, terima kasih karena kamu mendengarkan peemintaanku. Aku mencintaimu, Honey." Laura kembali mengecup bibir Jovan dengan sangat manja. "Oh iya, manager aku telpon, katanya besok pagi aku harus pergi ke Australi untuk melakukan pemotretan yang minggu kemaren aku ceritakan."

Mata Jovan terbelalak mendengar ucapan Laura. "Besok pagi? Bukannya kamu baru pulang dari Singapura kemaren, La?"

Laura langsung mengapit wajah sang suami. "Mau bagaimana lagi? Ini pekerjaanku dan aku menyukainya."

"Tapi aku tidak menyukainya, La," ujar Jovan sedikit menyentak. "Aku merindukanmu, apa kamu tidak merindukanku? Kita baru saja bersama dalam semalam, lalu kamu sudah harus pergi lagi?"

Zehra menghela napasnya panjang mendengar percakapan suami istri itu. Kini Zehra mengerti mengapa pernikahannya dengan Jovan harus terjadi. Namun, tetap saja, bagi Zehra keinginan Laura termasuk hal gila. Bahkan Zehra tidak percaya ada wanita seperti Laura yang lebih rela suaminya menikah lagi daripada dirinya harus hamil.

Zehra merebahkan tubuhnya di kasur besar miliknya sekarang di rumah Jovan. Gadis itu menutup rapat pintu kamarnya dan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada suami istri itu. Zehra lebih baik istirahat daripada harus ikut gila dengan apa yang terjadi pada Jovan dan Laura.

Tok! Tok! Tok!

Mata Zehra perlahan terbuka mendengar ketukan pintu. Dengan masih terkantuk-kantuk, Zehra beranjak untuk membuka pintu. Nampak seorang wanita paruh baya tersenyum tipis pada gadis keturunan Turki itu.

"Nyonya, maaf menganggu waktu Anda. Tuan Jovan meminta saya mengajak Anda makan malam."

Zehra menoleh pada arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul delapan malam. Mungkin karena dirinya kurang tidur dalam beberapa hari terakhir, sehingga Zehra masih merasakan kantuk itu walau hari belum malam. Zehra pun mengangguk dan keluar kamarnya setelah membersihkan wajahnya.

"Nyonya, Tuan." Zehra menundukkan wajahnya tidak berani menatap kebersamaan Jovan dengan Laura.

"Zehra, apa kamu sudah tidur?"

Zehra tersenyum tipis dan mengangguk. "Saya ketiduran, Tuan."

Entah mengapa Zehra merasa jika Jovan adalah pria baik dan hangat. Terlihat dari caranya berbicara, juga caranya memperlakukan Laura. Zehra tidak mengerti mengapa hatinya merasa nyaman mendengar pria itu berbicara.

"Duduklah, kamu juga belum makan, bukan?"

Zehra menoleh pada Laura yang saat ini terlihat tidak terlalu bersahabat. Entah karena pertengkaran tadi dengan Jovan atau apa, yang jelas Zehra tidak melihat raut bahagia dari wajah wanita itu seperti saat dirinya dimintanya menikah dengan Jovan. Zehra pun duduk dengan ragu.

"Terima kasih, Tuan."

Jovan menoleh pada Zehra dengan senyum tipisnya. "Jangan panggil saya Tuan, Zehra. Bukankah kamu sekarang isteriku?"

Laura membelalakkan matanya mendengar ucapan Jovan. "Jo, apa maksudmu?"

Jovan pun menoleh pada Laura yang tidak habis-habisnya membuat Jovan harus bersabar. "Apa sih, La? Zehra istriku, bukan?"

"Tapi dia hanya istri kontrak, Jo. Jangan samakan panggilan aku dengannya, dong."

Jovan menyimpan sendoknya, lalu menoleh pada Laura dengan tatapan tajamnya. "Apa kamu pernah memikirkan hal ini sebelumnya? Sebelum kamu menyuruhku menikah dengan Zehra, La?"

"Seharusnya kamu memikirkan ini sebelumnya, Laura."

Suasana kembali tegang karena nyatanya Laura tidak rela jika Jovan memperlakukan Zehra dengan hangat. Ingin sekali Zehra pergi dari tempat itu. Namun, melihat sikap Jovan yang lembut, Zehra tak ingin membuat pria itu semakin marah.

"Tuan, tidak apa-apa kok aku panggil Anda Tuan."

"Tidak, Zehra. Kamu tetap istriku walau kamu hanya istri kontrakku, tapi aku harus memperlakukanmu dengan baik sebab wibawaku sebagai seorang suami."

Jovan bangkit dari duduknya. "Kali ini kamu sudah keterlaluan, La."

Laura menatap Zehra dengan tidak suka. Sorot matanya terlihat begitu menyesal karena harus menikahkan gadis itu dengan suaminya. Namun, nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau Laura harus menerima Zehra sebagai madunya.

"Kamu masih ingat posisimu juga perjanjian kita Zehra? Setelah kamu melahirkan anak suamiku, kamu harus pergi dan tidak boleh menginginkan mereka. Apalagi sampai kamu bermimpi menjadi maduku lebih lama lagi."

Zehra tak menyahuti ucapan Laura. Gadis itu hanya beristighfar karena apa yang dikatakan oleh sang mommy benar adanya. Tidak mudah menjadi istri kedua, karena batinlah yang menjadi taruhannya.

"Ya Robb, apa aku akan sanggup?" Zehra menatap kepergian Laura yang mengejar Jovan ke kamar mereka di lantai atas. "Sepertinya aku tidak sanggup, ya Robb."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 59. Keinginan Elvira

    "Zehra, Leon, kalian pulang lah. Terima kasih karena sudah menjengukku. Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu." Zehra menoleh pada Leon yang mengangguk. "Iya, Om." Zehra masih meremas jari-jarinya cemas. Leon melihat Zehra begitu cemas, seperti ada sesuatu yang Zehra ingin katakan. "Ze, ada apa?" Jovan dan Elvira pun menoleh dan menatap Zehra. "Zehra, ada apa?" Zehra kembali meremas jari-jarinya. "Om, bolehkah aku bawa Andrew pulang ke rumahku? Hanya malam ini saja saat Om Jovan di rawat di sini." Jovan dan Elvira saling tatap. Mereka tahu jika Zehra mungkin khawatir pada keadaan Andrew karena Jovan saat ini tidak di rumah. Namun, Jovan merasa hatinya begitu tak rela membayangkan Zehra dan Leon bahagia bersama Andrew. "Zehra, apa itu tidak mengganggumu dengan Leon?" Zehra menoleh pada Leon. Zehra menunduk karena melupakan Leon sebagai suaminya. "Maaf, Le. Aku lupa izin dulu sama kamu." Leon menelan salivanya mendengar ucapan Zehra yang bahkan melupakan diriny

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 58. Haruskah merelakannya?

    Sekian jam Zehra berada di ruangan Jovan, tak ada sedikitpun tanda-tanda kedatangan Laura. Zehra menoleh pada arah Elvira yang masih terduduk lemah di samping Jovan yang masih terlelap. Zehra bingung harus memulai pertanyaannya dari mana. "Mommy." Zehra memberanikan diri untuk menatap Elvira yang terlihat sendu. Elvira pun menatap Zehra dengan sorot mata yang menyedihkan. "Laura selingkuh, Zehra." Deg!! Tak ada sahutan dari Zehra karena Zehra sudah tahu semua itu. Entah harus senang atau tidak mendengar ucapan Elvira. Sebab, nyatanya semua itu membuat Jovan sampai jatuh sakit karena kenyataan yang terjadi pada rumah tangganya. "Selama ini Jovan selalu berusaha menjadi suami yang baik, yang setia, Jovan selalu memberikan apapun yang diinginkan oleh Laura. Tapi, kenapa? Kenapa dia tega melakukan ini pada putraku, Zehra?" Zehra menelan salivanya. Zehra bingung harus menanggapi ucapan Elvira seperti apa. Karena Zehra memang sudah tahu jika Laura berselingkuh. Zehra menyesal ka

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 57. Jovan sakit

    Tok! Tok! Tok! Zehra dan Leon menoleh apa arah suara. Leon pun menarik senyumnya melihat siapa yang datang. Walau bagaimanapun perasaan cemburu itu pasti ada. Apalagi saat Leon teringat bagaimana Jovan menyentuh Zehra. "Apa kami ganggu kalian?" Elvira langsung menghampiri Andrew yang sudah terlelap. "Tidak kok, Moms. Andrew baru saja tidur. Aku stok ASI-nya dulu sebelum pulang." Elvira menoleh pada Jovan yang tidak mengatakan apapun selain hanya terdiam menatap wajah sang putra. Elvira begitu iba karena Jovan pasti saat ini begitu tersiksa. Selain Laura selingkuh, kini Jovan pun harus merelakan Zehra untuk Leon. Elvira pun menoleh pada Leon yang begitu setia menunggu Zehra. "Leon, terima kasih karena kamu masih mengizinkan isterimu memberikan ASI-nya pada Andrew." Leon mengangguk. "Tidak masalah, Aunty. Aku menerima apapun masa lalu Zehra, jadi aku pun harus rela saat-saat seperti ini, bukan?" Zehra menoleh pada Leon. "Terima kasih, Le." Jovan masih belum ingin m

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 56. Milik Leon

    Plak!! Elvira menampar pipi Laura begitu keras. "Ini untuk kamu yang sudah mengkhianati putraku." Plak!! Elvira kembali menampar Laura. "Ini untuk sakit hatiku sebagai ibu dari Jovan." Plak!! Elvira masih belum puas. "Ini untuk kamu yang sudah membodohiku juga Jovan." Elvira hendak kembali menampar Laura, namun. Laura keburu berlutut. "Ampun, Mommy. Aku tahu aku salah, Moms. Aku mohon maafkan aku, Moms. Aku masih mencintai Jovan." "Cih!! Kamu bilang kamu cinta pada putraku? Lalu apa yang sudah kamu lakukan padanya, Laura?? Setelah apa yang Jovan berikan padamu, tapi kamu tega melakukan semua ini? Kamu memang pela**r, Laura!!" Jovan yang baru saja datang, menghentikan langkahnya. Laura menoleh pada arah suaminya. Laura tahu jika Jovan memang pria baik dan setia. Penyesalan itu terlihat dari sorot matanya, hanya saja, Laura memang lebih mencintai Mike dari pada Jovan. "Kita pulang, Moms. Untuk apa Mommy buang-buang waktu datang ke sini?" Jovan meraih tangan Elvira denga

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 55. Jovan yang malang

    Brak!! "Aarghh!!" Jovan menggusar rambutnya prustasi. "Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Laura!" Jovan tidak menyangka jika nasibnya bisa semalang itu. Selama ini Jovan merasa begitu beruntung memiliki istri seperti Laura. Namun, nyatanya Jovan salah. Nyatanya Jovan adalah orang bodoh yang tidak bisa mengenali siapa Laura sebenarnya. Serapat-rapatnya mengubur bangkai, lama-lama tercium juga. Jovan tidak menyangka jika pertemuannya dengan Zehra adalah sebuah anugrah besar. Selain Jovan bisa merasakan rasanya menjadi seorang Daddy, kini Jovan pun bisa tahu siapa Laura sebenarnya. Jovan mengambil handphonenya, lalu menghubungi sang asisten. "Gerald, tolong segera kamu cek siapa nama pemilik di Royal Company cabang 1." Jovan berusaha untuk tetap kuat dan sadar karena Andrew. "Andrew, putraku." Jovan pun segera menemui sang putera yang untungnya masih anteng dalam mimpinya. Susi pun keluar dari kamar Andrew sesuai perintah Jovan. Pria itu mengecup kening sang bayi deng

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 54. Kamu milikku

    "Honey, apa kamu baik-baik saja? Aku merindukanmu, Mike." Laura mengecupi Mike yang sudah beberapa hari tidak ditemuinya. "Apa ini perbuatan Leon?" Laura meraba luka-luka di tubuh juga wajah Mike. Mike masih terdiam walau nyatanya begitu senang karena akhirnya bisa lolos dari sekapan Leon. Namun, Mike masih bingung siapa orang yang menyelamatkan Zehra hari itu, karena Leon dan asistennya datang setelah Mike babak belur. "Aku bersumpah akan membuat mereka menyesal sudah membuatmu seperti ini, Mike." "La, aku memang di sekap oleh Leon, tapi bukan Leon yang membuatku seperti ini." Laura menatap Mike dengan kening yang mengerut heran. "Apa maksudmu, Mike?" Mike menarik napasnya, lalu beranjak dari baringannya. "Hari itu ada pria asing memasang topeng menyelamatkan Zehra, dan Leon baru datang setelah aku seperti ini." "Apa?" Laura mencoba berpikir. "Jika bukan Leon, lalu siapa yang menyelamatkan Zehra, Mike?" "Aku juga tidak tahu, tapi sudahlah. Untuk saat ini itu tidak p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status