Share

Sorry 2

Penulis: IfaZuzu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-28 01:19:23

"Om... stop laughing!" kataku semakin kesal.

"Hans itu teman SMA om. Dulu sering main ke rumah."

"O ya? Kapan?"

"Dulu. Waktu umurmu 2 tahun," om Anjas menjelaskan tanpa beban mental sedikitpun dan berhasil membuatku menganga lebar.

Waktu umurku masih 2 tahun katanya? Ini om Anjas yang rada-rada karena belum dapat orgasme atau karena aku yang gagal paham sih?

"Bukannya waktu itu om Hans yang ngejenguk Reyna di rumah sakit pas Reyna baru aja berojol dari perut mama ya Om?" tanyaku sarkastik.

Dan kalimat sarkasku disambut tawa oleh ketiga om menyebalkan yang sialnya sexy as hell yang mengelilingiku membuatku ingin mencakar wajah mereka satu persatu.

-

-

-

-

Suasana kantor siang ini sedikit lengang orang-orang sedang mengerjakan pekerjaan di lokasi proyek mereka masing-masing. Dimulai dari opa, ayah dari papaku yang adalah seorang arsitek kemudian papaku menuruni kemampuannya dan entah bagaimana caranya om Anjas yang notabene bukan dari garis keturunan opa juga ikut terjun ke dalam dunia gambar menggambar ini. Sebagai anak pertama ayah diberikan tanggungjawab untuk memegang perusahaan ini. Dan aku sebagai cucu perempuan satu-satunya opa, harus terima jika suatu hari nanti harus diserahi tanggungjawab untuk meneruskan perusahaan ini. Meskipun mimpiku bukan menjadi arsitek tapi designer. Ya...beda dikit lah sama arsitek yang jelas masih sama-sama di dunia corat-coret dan mengandalkan imajinasi yang kadang sedikit liar. Seperti saat aku memikirkan om sexy terkadang wild dream muncul tiba-tiba diotakku. Aku sendiri tak menyangka aku punya fantasi seliar itu sampai kadang aku bergidik membayangkannya. Bukan sekali dua kali aku bertemu teman-teman om Anjas dan biasanya saat aku mengagumi teman-teman om Anjas ini hanya sekadar kagum yang besoknya akan hilang dan tak kupikirkan lagi. Tapi om sexy....entahlah aku sendiri tak paham apa yang kurasakan bahkan saat aku mencoba memejamkan mata wajahnya muncul lengkap dengan tatapan tajam dan seringai tipisnya. Alhasil tadi pagi mataku sedikit bengkak hingga teman-teman di sekolahku heboh karenanya.

"Mbak Tari. Om Anjas ada?" sekretaris om Anjas menghentikan sejenak kegiatan mengetiknya kemudian menatapku.

"Ada di dalam," jawabnya singkat, padat dan jelas. Aku heran kenapa om Anjas memilih mbak Tari sebagai sekretarisnya. Cantik sih tapi...JUTEK!

"Ok thanks," balasku.

Kubuka pintu ruangan om Anjas.

"Siang om!" sapaku agak menggelegar.

Ups...ternyata si om keceku gak sendiri.

"Sorry," aku nyengir sambil mengangkat jari tengah dan jari telunjukku tanda peace.

Aku berjalan mendekati om Anjas yang menyuruhku mendekat dan duduk di sampingnya. Setelah duduk aku baru tahu ternyata tamu om Anjas adalah om Sexy yang ketemu di party kemarin.

"Eh om Hans ternyata. Kangen sama Reyna ya Om?"

Om Hans hanya menanggapi celotehanku dengan mengangkat alisnya. Ck, sok cool banget sih om.

"Hush...kamu ini. Jangan ganggu kita lagi bahas kerjaan!" om Anjas menegurku membuatku manyun. Ganggu? Enak aja, aku kan cuma nyapa. Emang dikira aku anak alay yang suka godain om-om. I think i'm serious falling in love with this guy. Aku ngedumel dalam hati. Kutekankan di sini aku gak menggoda cuman sedikit usaha. Kulihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kananku.

"Om ini udah waktunya lunch loh?"

"Kamu kesini cuma mau minta  lunch?" suara om Hans terdengar jengah kemudian tersenyum sinis seolah meremehkanku. Entah kenapa melihat reaksi om sexy yang terkesan merendahkanku, hatiku seperti dicubit.

Aku berusaha bersikap biasa aja dan tak menanggapinya. Kukeluarkan kertas gambar dari tasku.

"Ini yang Om minta kemarin," ku ulurkan kertas itu pada om Anjas.

"Finish?" om Anjas membuka kertas itu dan melihat dengan saksama.

"Kalau ada yang perlu direvisi Om bilang aja."

"Ok. Nanti Om lihat secara detail."

"Ok. Reyna duluan mau lunch takut magnya kambuh," aku berdiri dan kembali menyampirkan tasku.

"Duluan om Hans," sapaku sekenanya entah mengapa aku begitu sebal melihat dia yang selalu menatapku remeh. Minta makan siang katanya? Hell! Aku memang menyukainya tapi untuk hari ini aku off dulu lah. Aku butuh space untuk menentukan strategi mendekatinya mengingat rivalku gak bisa dianggap remeh.

"Dia bisa gambar?" sepeninggal Reyna Hans membuka obrolan karena Anjas begitu sibuk dengan kertas gambar yang diberikan oleh Reyna tadi.

"Bisa. Dia punya bakat alami. Bisa gue minta satu hal sama loe?"

"Apa?"

"Bisa tolong loe bersikap baik ke Reyna. Dia keponakan kesayangan gue."

"Loe tahu kan kalau gue..."

"Gue tahu loe cuma gak mau kasih harapan ke cewek-cewek yang dekat sama loe. Tapi bersikap demikian ke Reyna sepertinya gak perlu. Dia keponakan gue, dia masih ABG loe bisa anggap dia keponakan atau adik. Aku tahu dari tatapannya mungkin dia sedikit mengagumimu seperti gadis ABG pada umumnya."

'Tapi gue tahu dia gak akan nganggap gue kaya' om atau kakaknya. Gue bisa lihat dia sering flirting ke gue'

"Bisa," alih-alih menyuarakan batinnya Hans menyanggupi permintaan kawannya.

-

-

-

-

Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi... Gak, aku gak nyanyi. Aku benar-benar merasakannya. Setiap malam aku gak bisa tidur hanya karena teringat wajah om Sexy dengan tatapan merendahkannya ke aku tempo hari. Entahlah aku benar-benar tak menyukai itu, aku merasa terganggu. Apalagi kalau ingat om Sexy in a relationship with a model itu lebih menggangguku. Ok, bukannya aku rendah diri dengan keadaan diriku yang sekarang hanya saja i feel it's not fair competition. Aku hanya seorang gadis dengan status pelajar sedangkan dia perempuan dewasa yang memang kuakui satu langkah di depanku dengan karier yang dijalaninya. Ah sudahlah kuharap suatu hari nanti mereka berubah jadi relationshit. Beberapa hari ini aku gak mengunjungi om Anjas atau papa di kantor. Aku menyerahkan kerjaanku pada papa atau om Anjas di ruang kerja mereka. Kriiiiiing....

"Ergh...,"erangku meraih jam weker di nakas. Bahkan aku baru tidur selepas subuh tadi. Pasti aku udah kaya' zombie lengkap dengan mata panda.

Aku turun dengan seragam SMA yang sudah melekat ditubuhku. Semua sudah siap di meja makan.

"Pagi Pa, Ma, Om...," sapaku seperti biasa kemudian aku duduk di sebelah mama.

"Kenapa sayang kok lemes gitu? Kurang tidur lagi? Lebih baik kamu stop menggambar dulu mama gak mau sekolah kamu terbengkalai karena itu," angry mom mode on.

Aku menghela nafas lelah sebelum mama melanjutkan kuliah paginya yang membuat kupingku panas. Dan  pekerjaan arsitek itu selalu diartikan tukang gambar oleh mama cantikku. Meskipun itu tidak salah tapi itu juga tak sepenuhnya benar. Job desk arsitektur tidak hanya menggambar.

"I'm ok mama. Aku hanya sedikit insomnia akhir-akhir ini."

"Insomnia? Apa kita perlu ke dokter?"  panic mom mode on.

See? Mamaku memang ajaib. Bisa berubah mode dalam hitungan detik.

"No mom, i'm ok. Sekarang hentikan sesi interview ini dan biarkan aku sarapan dengan tenang," sekarang gantian mama yang menghela nafas mungkin sedikit frustasi menghadapiku yang selalu bisa membalas setiap perkataannya. Kulihat wajah papa dan om ku memerah menahan tawa. Mereka tidak pernah bisa menang dari mama jadi saat mama kalah dariku itu merupakan hiburan buat mereka.

"Maaf Tuan, ada tamu," Bibik menyela obrolan pagi ala mama.

"Siapa bik?"tanya papa.

"Mungkin Hans Bang," om Anjas menjawab pertanyaan papa pada bibik. "Ajak kesini aja bik, biar kami sarapan bersama,"lanjut om Hans.

"Baik Tuan," bibik mengangguk kemudian berlalu.

"Ada apa kamu mengundangnya kesini Jas?"

"Mau membicarakan bisnis yang kita bahas kemarin Bang."

"Kenapa gak di kantor saja?"

"Dia harus terbang ke Jerman siang ini Bang."

Jawaban om Anjas menghentikan kunyahanku. Bahkan rasanya susah menelan makanan yang berada di mulutku. Ku raih susu coklat hangat favoritku untuk memudahkan makanan masuk ke kerongkongan. Aneh...kenapa susuku hanya terasa pahit di lidah? Apa bibik lupa masukin gula?

"Pagi," sapa suara berat nan sexy favoritku.

"Pagi juga Hans. Mari duduk kita sarapan bersama," ajak papa dengan sangat berlebihan atau mungkin hanya perasaanku saja?

"Teh atau kopi?" tanya mama ramah dengan senyum manisnya.

"Kopi tanpa gula kalau tak merepotkan."

"Jangan sungkan begitu Hans. Santai saja anggap rumah sendiri," mama menimpali.

"Kamu gak nyapa om Hans, sweety?" om Anjas bertanya dengan mengerutkan keningnya.

"Pagi Om!" sapaku singkat dengan senyum terpaksa.

Kulihat om Anjas semakin mengerutkan keningnya. Mungkin heran karena setiap bertemu om Hans biasanya aku semangat dan saat ini aku terlihat biasa saja.

Tin...tin...tin

Bunyi klakson penyelamatku.

"Ma, Pa, Rey berangkat dulu. Rayan udah jemput," pamitku pada mama dan papa sambil berdiri dan  mencium tangan mereka.

"Ya udah hati-hati," pesan mama.

"Jalan dulu Om," pamitku pada om Anjas kemudian kukecup pipinya tapi aku tak berani menatap matanya.

"Bye om Hans," kataku sambil berlalu.

TBC

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
nyimak........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Extra Part 2

    Hans mengecupi kening Reyna yang tengah berbaring di ranjang mereka."Terima kasih Sayang, terima kasih," ucapnya berulang- ulang.Tadi pagi Reyna merasakan mual dan muntah yang membuat Hans panik dan memanggil dokter keluarga ke rumah. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter Reyna positif hamil 5 minggu. Semua orang di rumah Reyna bersorak senang namun orang yang paling berbahagia tentu saja sang ayah si jabang bayi. Hans tak bisa berkata- kata, matanya berkaca- kaca dan langsung menghambur memeluk tubuh sang istri membuat semua orang mencibirnya terlebih Anjas."Ck... kamu ini memang pria brengsek yang beruntung Hans," cemooh Anjas yang mendapat hadiah cubitan di perut oleh sang istri.Ya, akhirnya Anjas dan Laila memutuskan menikah setelah enam bulan pernikahan Reyna dan Hans. Bahkan saat ini Laila tengah hamil 4 bulan. Wanita itu bersyukur perilaku buruknya di masa lalu tak mempengaruhi kesehatan rahimnya. Justru Reyna yang memang harus sedikit bersabar karena baru mendapatkan kabar

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Extra Part

    Hans menatap Rayan penuh permusuhan. Kesuksesan Reyna mengelabuhinya di malam pengantin mereka ternyata ada sutradara amatir di balik layar. Ya, Rayan menyuruh Reyna bersandiwara untuk menolak Hans dan berpura- pura masih trauma. Namun sang istri yang tidak tega padanya akhirnya memilih jujur di malam keempat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami. Bahagia tak terkira tentu saja memenuhi dadanya tapi tak bisa dipungkiri, Hans menyimpan secuil dendam pada Rayan.Dan disinilah mereka sekarang. Duduk saling berhadapan di kursi tunggu bandara. Hans mengajak Reyna untuk mengunjungi putra mereka di Australia sambil honeymoon tentu saja. Tapi Faira dan Rayan sepertinya akan merusak rencananya. Karena mereka memutuskan untuk ikut dengan alasan rindu pada teman- teman mereka di negara itu."Ngapain kamu ngelihatin Rayan seperti itu?" tanya Faira sinis setelah beberapa kali memergoki Hans yang menatap Rayan penuh permusuhan."Punya mata kok, emang salah? Kalau gak boleh dilihat masukin

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Epilog

    Hans keluar dari kamar mandi hotel dengan rambut basah. Istrinya tengah tertidur nyenyak dengan posisi meringkuk di sisi kanan ranjang. Dengkuran halusnya membuat Hans tak bisa kembali tidur. Sekali lagi dirinya kembali diuji. Entah ujian atau karma lain atas dosa- dosanya di masa lalu. Namun dirinya tak peduli. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya bahwa ia rela menjalani karmanya yang tentu saja sepaket dengan anugerah terindahnya. Beberapa jam lalu saat Hans sudah siap meng-unboxing istrinya dengan penuh semangat, tiba- tiba istrinya yang terlihat gugup meminta izin ke kamar mandi. Dengan raut pasrah, terpaksa dirinya mengangguk lemah. Memandang lesu ke arah juniornya yang menggeliat. Menggaruk kepalanya frustasi karena acara buka puasanya tertunda. Sampai hampir 30 menit tetapi sang istri tak juga keluar dari kamar mandi membuatnya khawatir terjadi apa- apa dengan Reyna.Tok tok tok"Sayang? Kamu baik- baik aja kan di dalam?" tanya Hans khawatir."I.. iya! Reyna baik- baik aj

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Sorry 122 (END)

    Tak ada yang tidak mungkin bagi Hans. Meskipun membuat EO kualahan karena mengubah konsep pertunangan menjadi pernikahan namun dengan menyodorkan check kosong tak bisa membuat pihak EO mundur. Uang memang punya kuasa tertinggi.Tak hanya EO, Riana pun tak kalah heboh karena harus menambah list tamu undangan dan mengecek segala persiapan lainnya. Maklum Reyna anak satu- satunya jadi perhelatan harus sebaik mungkin. Si pengantin wanita ngambek karena semua terkesan mendadak bahkan Faira yang menerima undangan pertunangan dan kemudian menerima undangan pernikahannya mencecar dan mengira bahwa dirinya kembali dihamili oleh Hans sebelum menikah. Yang terlihat santai hanya Rashad sementara Anjas uring- uringan karena merasa dilangkahi.Dan disinilah mereka sekarang, berdiri di pelaminan yang megah dan mewah menyalami tamu undangan setelah tadi pagi melangsungkan akad nikah di tempat yang sama. Senyum tak pernah luntur dari bibir Hans yang kebahagiaannya tak terkatakan. Di sampingnya Reyna se

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Sorry 121

    Jessica tersenyum lebar saat menerima pesan dari Hans tadi malam. Pria itu memintanya datang siang ini ke kantornya bersama Joane. Mungkin Hans merasa bersalah pada Joane akan sikapnya pada Joane kemarin lalu dan sekarang ingin meminta maaf, pikir Jessica.Seperti biasa Jessica merias diri secantik mungkin dan mendadani Joane agar terlihat lebih menggemaskan dari biasanya. Dengan dagu terangkat dan langkah mantap, Jessica memasuki lobi kantor sambil menenteng bag berisi makan siang di tangan kanannya dan tangan kirinya menggandeng tangan Joane. Dirinya tadi sempat mampir ke restoran ternama untuk membeli makan siang untuk Hans.Tak ada yang melarangnya masuk termasuk resepsionis karena Hans memang sudah berpesan bahwa dirinya memang ada janji dengan Jessica. Keluar dari lift di lantai ruangan Hans, Jessica tak mendapati sekertaris Hans di mejanya karena ini memang jam makan siang.Tok tok tokTak mau kembali menimbulkan penilaian buruk dirinya di depan Hans, Jessica memilih mengetok pi

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Sorry 120

    Hans tersenyum lebar saat menerima pesan dari Reyna. Tanpa membalas pesan Reyna, Hans bergegas pergi. Sampai di taman kota, netranya mencari sang pujaan hati."Daddy!" terdengar suara bocah yang tidak asing di telinganya.Selang beberapa detik seorang bocah memeluk kakinya erat. Hans mengetatkan gerahamnya melihat Jessica yang tersenyum ke arahnya."Hai Hans, maaf aku minta tolong Reyna tadi karena Joane rindu padamu."Hans tahu tak sesederhana itu makna dari 'minta tolong' yang diungkapkan Jessica. Sesuatu yang tidak beres pasti terjadi."Dimana Reyna sekarang?" tanya Hans menahan amarah."Dia tidak mengatakan akan pergi kemana," jawab Jessica.Hans melepas pelukan Joane di kakinya."Kumohon Hans, bermainlah dengan Joane sebentar. Dia rindu padamu," Jessica mendekati Joane yang menatap Hans takut- takut."Baru kali ini aku menemukan wanita menjijikkan sepertimu, Jes. Kamu tega memanfaatkan anakmu untuk kepentinganmu. Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu dulu," Hans menatap Jes

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status