Share

Sorry 3

Author: IfaZuzu
last update Last Updated: 2022-01-28 02:36:56

Malam ini Reyna tak bisa tidur lagi. Lewat tengah malam dan matanya tak bisa terpejam barang lima menit saja. Pernyataan om Anjas tentang rencana kepergian om Hans ke Jerman sudah pasti berpengaruh pada mood ku. Demi apa, aku baru memberi jeda pada perasaanku tapi kenapa om Hans melangkah semakin jauh dari jangkauanku. Yeah, memang dari awal om Hans tak pernah mendekat ke arahku tapi aku kan berusaha. Hey, jangan menghakimiku, aku memang masih labil umurku belum genap 18 okey jadi wajar.

Tapi membayangkan om Hans pergi jauh dari jangkauan udah buat aku senewen apalagi disana ada rivalku. Dan layaknya sepasang kekasih yang habis LDR mereka pasti melakukan.... Uhh... aku tak mau mengatakannya tapi kalian pasti paham maksudku. Tolong otakku yang cerdas come on mulai berpikir. Tapi sekeras apapun aku berpikir tidak akan merubah apapun. Om Hans sudah pergi.

"Kenapa loe pucet banget sih? Itu apaan mata panda?" cerca Rayan saat menjemputku.

"Diem deh g usah bawel pagi-pagi. Kaya' mama gue aja loe. Tambah pusing gue."

Rayan cuma geleng-geleng kepala menimpali ocehanku. Kami berangkat naik motor kesayangan Rayan. Kepo kan siapa Rayan? Dia itu sahabatku dari orok. Eits... jangan mikir ada friendzone di antara kami ya? Itu g akan pernah! Never! Bayangin aja dari orok dah bareng-bareng udah liat luar dalemnya dia, liat dia ngompol, ingusan bahkan sewaktu kecil kami renang bareng... euw. Lagian tipe Rayan itu cewek lemah lembut kaya' softener pakaian sedangkan aku kan 'pecicilan' kata dia. Tapi lumayan lah sahabatan ama dia berasa kaya' sultan dong contohnya ya ini fasilitas antar jemput wajib tiap hari meskipun dia ada cewek tetap aku yang diutamain. Dan ceweknya g boleh nglarang-nglarang atau cembokur. Kalau itu sampai terjadi udah pasti cewek itu berganti status jadi mantan dalam hitungan detik.

"Ray, emang gue g pantes ya, kalo jalan sama om Hans?" tanyaku saat sampai di kelas.

Ha...ha...ha...

Bukannya menjawab Rayan malah ketawa ngakak.

"Reseh banget sih loe! Diem g?"

"Aduh... duh... ampun Rey!" teriaknya setelah kupukul-pukul bahu dia. 

"Makanya punya mulut dijaga!"

"Ok ok. Loe butuh pendapat gue kan? Mending loe cari gebetan yang lain deh, yang seumuran kita gitu kan enak. Ini om-om yang kalau diajak have fun bareng kita-kita g bakalan nyambung."

"Tapi gue udah terlanjur cinta sama dia, Ray. Dan dia belum tua!" aku g terima dengan penilaian Rayan soal om Hans.

"Demi Tuhan dia udah seumuran sama om Anjas, Rey. Dan loe bilang dia belum tua!"timpal Rayan dengan mimik wajah seperti orang frustasi.

"Dia g setua itu, Ray. Kami cuma selisih 13 tahun aja kok," aku masih ngotot g terima.

"Serah loe deh, Rey!"

-

-

-

-

"Siang om!" sapaku pada om Anjas yang tengah menunduk mengamati sesuatu di atas meja kerjanya.

"Rey? Kamu udah datang? Sini Om mau minta pendapat kamu."

"Apa Om?"

"Ini sketsa rumah untuk teman Om. Dia minta tolong dibuatin rumah tapi Om bingung dia maunya yang beda dari yang udah ada."

"Rewel banget jadi orang?"

"Namanya klien Rey, ya tetap harus dituruti kan?" om Anjas menjawab masih dengan menekuri sketsanya.

Aku mengabaikan om Anjas yang masih sibuk dan langsung membaringkan tubuhku di sofa.

"Kamu kenapa Rey?" melihat keponakannya yang termenung Anjas beranjak dari pekerjaannya.

"Suntuk aja Om," jawabku ogah-ogahan.

"Kapan kamu ujian?"

"Minggu depan."

"Kamu udah ngerencanain mau kuliah dimana?"

"Entahlah Om, UGM maybe," jawabku acuh sambil angkat bahu.

"Kok kaya' g semangat gitu sih? Ada masalah?"

"Hhhh... bingung Om," jawabku seperti orang yang putus asa.

"Bingung kenapa?" om Anjas mengerutkan dahinya mulai memberikan atensinya terhadapku.

"Dari dulu pengen kuliah di luar negeri kaya' om, papa sama mama. Tapi Reyna berat ninggalin...," kata -kataku sengaja ku jeda.

"Ninggalin siapa? Kamu udah punya cowok emangnya? Kok g dikenalin sama Om?" berondong om Anjas.

Kutatap om Anjas lama dan dia balik menatapku serius. "Aku berat ninggalin...om Hans," nama om Hans kuucapkan seperti bisikan.

Om Anjas bengong menatapku tapi sepersekian detik berikutnya suara tawa om Anjas memenuhi ruangan.

"Ha ha ha... Reyna... Reyna. Kamu becandanya kelewatan. Ha...ha...." om Anjas masih terus tertawa.

"Ih Om, jangan gitu kenapa? Rey jadi sebel deh, Rey ngambek deh ini," rajukku manja pada om Anjas.

Om Anjas menghentikan tawanya sambil menyusut air mata di sudut matanya. Tapi saat melihat bibirku yang masih cemberut om Anjas sudah hampir menyemburkan tawanya kembali. Saat tanganku sudah siap mencubit om Anjas angkat tangan tanda menyerah.

"Ok. Om g ketawa lagi." Om Anjas diam sejenak menatapku sebelum lanjut berucap. "Reyna sayang, baby darling nya Om, sweetheart... om Hans itu terlalu tua untukmu sayang. Memang dia belum setua Om tapi selisih umur kami tidak banyak, kami hanya selisih 2 tahun," om Hans memberikan penjelasan.

Aku hanya menunduk sambil memilin ujung baju seragamku mendengarkan penjelasan om Anjas.

"Lagi pula om Hans akan segera menikah. Om Hans kembali ke Jerman untuk melamar calon istrinya," om Hans berucap lembut masih menatapku dengan sorot mata penuh kasih sayang seperti memberi pengertian kepada anak kecil.

Hatiku serasa berdesir perih mendengar penjelasan om Anjas mengenai kepergian om Hans ke Jerman. Jadi om Hans akan segera menikah dengan model itu?' Aku menatap om Anjas sayu.

"Baby....," melihatku masih terdiam om Anjas terdengar semakin melembut.

Kutatap mata om Anjas yang masih terus menatapku. Aku bisa melihat kasih sayang yang nyata disana dan aku tak pernah meragukannya.

"Tapi boong! Ha ha ha...," gantian aku yang tertawa ngakak bahkan aku sampai guling-guling di sofa sambil memegangi perutku.

"Kamu ngerjain Om?" om Anjas berteriak murka sambil menggelitiki pinggangku.

"Ampun Om, ampun, ha ha ha...."

"Hhh...Reyna," om Anjas terlihat kesal.

Aku bangkit dan kucium pipi om Anjas untuk meredakan kesalnya.

"By the way makasih ya, Om, udah perhatian banget sama Reyna," ucapku sambil tersenyum menatap om Anjas.

"Kamu tahu Rey, Om sudah beneran ketakutan kalau sampai hal itu terjadi," om Anjas menatapku serius membuatku speechless.

"E... emang kenapa kalau beneran?" tanyaku tergagap.

"Kamu tahu, Om sayang banget sama kamu. Sementara Hans itu temen deket Om, rekan kerja Om. Kalau sampai itu terjadi Om g tahu apa yang harus Om lakukan," ucap om Anjas masih sambil menatapku.

Aku tersenyum menatap om Anjas. "Makasih ya Om, udah sayang sama Reyna," kemudian kupeluk erat om Anjas.

Biar saja om Anjas menganggap semua ini hanya becandaanku. Aku tidak akan tega mengatakan kalau perasaanku ini adalah nyata. Aku tidak mau om Anjas tahu. Dan membuatnya kesulitan dalam menempatkan diri nantinya.

"Lagian daripada kamu sama Hans, Om punya kandidat yang lebih baik," kata om Anjas disela-sela pelukan kami.

"Siapa?" tanyaku penasaran sambil melepaskan pelukan kami.

"Aku," ucap om Anjas singkat yang membuatku terpaku.

"Ha ha ha.... ogah banget!" teriakku.

"Kenapa? Om ganteng gak kalah ganteng sama Hans. Pekerjaan mapan dan yang terpenting satu."

"Apaan?"

"Aku masih single."

Aku memutar bola mataku.

"Om itu bukan single tapi jomblo akut. Lagi pun Om itu udah tua!" ledekku.

"Eh eh berani ya kamu ngatain Om!"

"Biarin. Lagian kalau aku sama Om entar rugi," ledekku lagi.

Om Anjas mengangkat sebelah alisnya tanda tidak mengerti.

"Warisanku nanti g bertambah!" jawabku sambil bangkit berlari menghindarinya.

"Anak nakal jangan lari kamu! Sudah berani ngomongin warisan ya sekarang?" teriak om Anjas mengejarku mengitari sofa di ruangannya.

Beginilah keluargaku, penuh kehangatan kami tidak segan saling mengungkapkan perasaan masing-masing dan aku tak akan tega menghancurkannya dengan mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada om Hans yang mereka anggap sebagai cinta monyet. Biar saja kukubur perasaan ini sampai saatnya nanti perasaan ini memudar dan seseorang menggantikannya. Selamat tinggal cintaku... selamat tinggal om Hans.... 

-

-

-

-

Dua minggu berlalu sorak sorai teman-temanku bergema di kelas masing-masing. Ujian kelulusan telah kami lewati dan tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Mereka bisa sebahagia itu sementara aku masih meratapi cintaku yang bertepuk sebelah tangan. Memang menjalani tak semudah teori. Kemarin aku sanggup bilang akan mengubur perasaanku tapi kenyataannya tiap malam datang bayangan wajahnya semakin nyata. 

Tak jarang sampai terbawa mimpi. Bukan, bukan mimpi indah seperti yang kuharapkan tapi mimpi buruk, sangat buruk. Om Hans menatapku dengan tatapan kebencian yang begitu besar tak jarang ia berteriak memakiku. Aku tidak tahu salahku apa sampai om Hans memendam kebencian terhadapku. Karenanya aku sering terbangun di tengah malam dengan keadaan berpeluh dan tak akan bisa tidur sampai pagi. Itu semua membuatku hampir gila. Untung saja om Anjas menawariku liburan bareng setelah selesai ujian ini. Semoga aja di sana nanti aku bisa jumpa temen om Anjas yang lebih ganteng dari om Hans. 

"Jadi lanjut di mana loe?" Rayan menoleh padaku yang masih menunduk tidur dilipatan tangan di atas meja.

"Gak tahu gue masih bingung," jawabku ogah-ogahan.

"Gimana sih loe? Kemarin-kemarin semangat banget mau kuliah di luar sekarang kok jadi loyo gini sih?"

"Emang loe udah tahu mau kemana?" kutanya balik Rayan yang udah kelihatan kesel.

Bukannya menjawab dia membuka tasnya dan memberiku selembar kertas yang terlipat rapi. 

"Ini apaan?" tanyaku cengo tak mengerti maksudnya.

"Buka aja!" suruhnya singkat.

Kubuka lipatan kertas itu dan kubaca kata demi kata di kertas tersebut. Setelah paham isinya mataku terbelalak.

"Loe diterima di Monash?" teriakku girang. Aku ikut bahagia mengetahui hal ini.

"Seperti yang loe baca," jawabnya masih terlihat kesel. "Trus loe gimana?"

"Kalau gitu gue ambil yang disana juga. Biar gue gak perlu susah-susah nyari temen disana," jawabku sumringah.

"Dosa apa gue punya temen kayak loe. Nempel mulu dari orok!"

"Ha ha ha... takdir loe emang udah ditulis sama gue, Ray!"

                                  TBC

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
yeahhhh... slow but curious
goodnovel comment avatar
Iis Karlina
line flow watery west ...silky cloud break by the east wind
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Extra Part 2

    Hans mengecupi kening Reyna yang tengah berbaring di ranjang mereka."Terima kasih Sayang, terima kasih," ucapnya berulang- ulang.Tadi pagi Reyna merasakan mual dan muntah yang membuat Hans panik dan memanggil dokter keluarga ke rumah. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter Reyna positif hamil 5 minggu. Semua orang di rumah Reyna bersorak senang namun orang yang paling berbahagia tentu saja sang ayah si jabang bayi. Hans tak bisa berkata- kata, matanya berkaca- kaca dan langsung menghambur memeluk tubuh sang istri membuat semua orang mencibirnya terlebih Anjas."Ck... kamu ini memang pria brengsek yang beruntung Hans," cemooh Anjas yang mendapat hadiah cubitan di perut oleh sang istri.Ya, akhirnya Anjas dan Laila memutuskan menikah setelah enam bulan pernikahan Reyna dan Hans. Bahkan saat ini Laila tengah hamil 4 bulan. Wanita itu bersyukur perilaku buruknya di masa lalu tak mempengaruhi kesehatan rahimnya. Justru Reyna yang memang harus sedikit bersabar karena baru mendapatkan kabar

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Extra Part

    Hans menatap Rayan penuh permusuhan. Kesuksesan Reyna mengelabuhinya di malam pengantin mereka ternyata ada sutradara amatir di balik layar. Ya, Rayan menyuruh Reyna bersandiwara untuk menolak Hans dan berpura- pura masih trauma. Namun sang istri yang tidak tega padanya akhirnya memilih jujur di malam keempat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami. Bahagia tak terkira tentu saja memenuhi dadanya tapi tak bisa dipungkiri, Hans menyimpan secuil dendam pada Rayan.Dan disinilah mereka sekarang. Duduk saling berhadapan di kursi tunggu bandara. Hans mengajak Reyna untuk mengunjungi putra mereka di Australia sambil honeymoon tentu saja. Tapi Faira dan Rayan sepertinya akan merusak rencananya. Karena mereka memutuskan untuk ikut dengan alasan rindu pada teman- teman mereka di negara itu."Ngapain kamu ngelihatin Rayan seperti itu?" tanya Faira sinis setelah beberapa kali memergoki Hans yang menatap Rayan penuh permusuhan."Punya mata kok, emang salah? Kalau gak boleh dilihat masukin

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Epilog

    Hans keluar dari kamar mandi hotel dengan rambut basah. Istrinya tengah tertidur nyenyak dengan posisi meringkuk di sisi kanan ranjang. Dengkuran halusnya membuat Hans tak bisa kembali tidur. Sekali lagi dirinya kembali diuji. Entah ujian atau karma lain atas dosa- dosanya di masa lalu. Namun dirinya tak peduli. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya bahwa ia rela menjalani karmanya yang tentu saja sepaket dengan anugerah terindahnya. Beberapa jam lalu saat Hans sudah siap meng-unboxing istrinya dengan penuh semangat, tiba- tiba istrinya yang terlihat gugup meminta izin ke kamar mandi. Dengan raut pasrah, terpaksa dirinya mengangguk lemah. Memandang lesu ke arah juniornya yang menggeliat. Menggaruk kepalanya frustasi karena acara buka puasanya tertunda. Sampai hampir 30 menit tetapi sang istri tak juga keluar dari kamar mandi membuatnya khawatir terjadi apa- apa dengan Reyna.Tok tok tok"Sayang? Kamu baik- baik aja kan di dalam?" tanya Hans khawatir."I.. iya! Reyna baik- baik aj

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Sorry 122 (END)

    Tak ada yang tidak mungkin bagi Hans. Meskipun membuat EO kualahan karena mengubah konsep pertunangan menjadi pernikahan namun dengan menyodorkan check kosong tak bisa membuat pihak EO mundur. Uang memang punya kuasa tertinggi.Tak hanya EO, Riana pun tak kalah heboh karena harus menambah list tamu undangan dan mengecek segala persiapan lainnya. Maklum Reyna anak satu- satunya jadi perhelatan harus sebaik mungkin. Si pengantin wanita ngambek karena semua terkesan mendadak bahkan Faira yang menerima undangan pertunangan dan kemudian menerima undangan pernikahannya mencecar dan mengira bahwa dirinya kembali dihamili oleh Hans sebelum menikah. Yang terlihat santai hanya Rashad sementara Anjas uring- uringan karena merasa dilangkahi.Dan disinilah mereka sekarang, berdiri di pelaminan yang megah dan mewah menyalami tamu undangan setelah tadi pagi melangsungkan akad nikah di tempat yang sama. Senyum tak pernah luntur dari bibir Hans yang kebahagiaannya tak terkatakan. Di sampingnya Reyna se

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Sorry 121

    Jessica tersenyum lebar saat menerima pesan dari Hans tadi malam. Pria itu memintanya datang siang ini ke kantornya bersama Joane. Mungkin Hans merasa bersalah pada Joane akan sikapnya pada Joane kemarin lalu dan sekarang ingin meminta maaf, pikir Jessica.Seperti biasa Jessica merias diri secantik mungkin dan mendadani Joane agar terlihat lebih menggemaskan dari biasanya. Dengan dagu terangkat dan langkah mantap, Jessica memasuki lobi kantor sambil menenteng bag berisi makan siang di tangan kanannya dan tangan kirinya menggandeng tangan Joane. Dirinya tadi sempat mampir ke restoran ternama untuk membeli makan siang untuk Hans.Tak ada yang melarangnya masuk termasuk resepsionis karena Hans memang sudah berpesan bahwa dirinya memang ada janji dengan Jessica. Keluar dari lift di lantai ruangan Hans, Jessica tak mendapati sekertaris Hans di mejanya karena ini memang jam makan siang.Tok tok tokTak mau kembali menimbulkan penilaian buruk dirinya di depan Hans, Jessica memilih mengetok pi

  • Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu   Sorry 120

    Hans tersenyum lebar saat menerima pesan dari Reyna. Tanpa membalas pesan Reyna, Hans bergegas pergi. Sampai di taman kota, netranya mencari sang pujaan hati."Daddy!" terdengar suara bocah yang tidak asing di telinganya.Selang beberapa detik seorang bocah memeluk kakinya erat. Hans mengetatkan gerahamnya melihat Jessica yang tersenyum ke arahnya."Hai Hans, maaf aku minta tolong Reyna tadi karena Joane rindu padamu."Hans tahu tak sesederhana itu makna dari 'minta tolong' yang diungkapkan Jessica. Sesuatu yang tidak beres pasti terjadi."Dimana Reyna sekarang?" tanya Hans menahan amarah."Dia tidak mengatakan akan pergi kemana," jawab Jessica.Hans melepas pelukan Joane di kakinya."Kumohon Hans, bermainlah dengan Joane sebentar. Dia rindu padamu," Jessica mendekati Joane yang menatap Hans takut- takut."Baru kali ini aku menemukan wanita menjijikkan sepertimu, Jes. Kamu tega memanfaatkan anakmu untuk kepentinganmu. Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu dulu," Hans menatap Jes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status