Share

26. Sendiri

"Ardina, bangun!" teriak Vidia. 

Aku sengaja tidak menyahut agar disangka benar-benar tidur. Hanya sedikit menggeliat, kemudian menarik selimut itu lagi. "Dingin," lirihku.

Vidia tertawa renyah, kemudian derap langkah mereka terdengar menjauh. Aku masih menutup mata dengan mempertajam pendengaran. Pintu kamarnya ditutup dengan suara keras. Lebih baik menghindar saja dulu, aksi berlanjut besok.

Ferdila membawa perempuan kedua ke rumah ini. Dia berhasil memporak-porandakan hati, maka dari itu aku mengubah misi rumah tangga yang sebelumnya inginkan sakinah. Tepatnya aku menganggap pernikahan hanyalah permainan jadi cukup bermain-main meski tidak menutup kemungkinan hati merasakan luka.

Takdir yang sangat buruk harus dialami perempuan sepertiku. Namun, aku pastikan suatu hari nanti Vidia akan menyesali tawanya yang menggema sementara Ferdila akan bertekuk lutut.

***

Cahaya mentari menembus masuk kamar melalui celah ventilasi. Aku mengerjam

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status