Home / Romansa / Magang di hati CEO tampan / Bab 35 - Api Cemburu

Share

Bab 35 - Api Cemburu

Author: Dacep
last update Last Updated: 2025-07-14 22:05:41

Alya melangkah masuk ke dalam rumah yang sunyi dan gelap. Hanya ada satu sumber cahaya, datang dari ruang kerja Arka di lantai dua, menciptakan siluet seorang pria yang berdiri menatap ke arahnya. Ini adalah jebakan, dan ia berjalan lurus ke dalamnya. Jantung Alya berdebar begitu kencang hingga terasa sakit.

Dengan langkah sepelan mungkin, ia menaiki tangga. Saat ia sampai di lantai atas, Arka keluar dari ruang kerjanya, tubuhnya yang tinggi dan tegap sepenuhnya menghalangi jalan Alya di lorong yang remang-remang. Aroma parfumnya bercampur dengan sesuatu yang lain malam ini—amarah.

“Sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Arka, suaranya rendah, serak, dan berbahaya.

Alya menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. “Pak… saya…”

“Jam berapa ini, Alya?” potong Arka, melangkah lebih dekat. Setiap langkahnya membuat Alya refleks mundur, hingga punggungnya menabrak dinding dingin di belakangnya. Ia terpojok. “Aku memberimu kebebasan satu hari, dan ini caramu membalasnya? Pulang larut mal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 37 - Pecahan Kaca

    Hari-hari berlalu tanpa nama. Senin terasa seperti Minggu, Rabu terasa seperti Jumat. Bagi Alya, waktu telah kehilangan maknanya. Dunianya kini hanya sebatas empat dinding kamar tidur Arka yang mewah namun terasa seperti penjara bawah tanah.Rutinitasnya selalu sama. Pagi hari ia akan terbangun dengan tubuh yang sakit dan jiwa yang hampa. Mbak Rini akan datang membawakan sarapan dengan wajah datarnya, lalu mengunci pintu dari luar. Siang hari, nampan makan siang akan datang. Malam hari, ketakutan akan datang menjelang kepulangan Arka. Dan mimpi buruknya akan kembali berulang.Arka tidak banyak bicara padanya. Pria itu memperlakukannya seperti sebuah benda. Sebuah properti yang ada di sana untuk memuaskan hasratnya saat ia pulang kerja. Tidak ada lagi obrolan, tidak ada lagi tatapan rumit. Hanya ada nafsu yang dingin dan dominasi yang mutlak.Alya mulai kehilangan dirinya. Ia seringkali hanya duduk di depan jendela besar, menatap ke luar pada dunia yang terus berputar tanpanya. Ia meli

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 36 - Hari Pertama di Dalam Sangkar

    Alya terbangun karena rasa sakit yang menyebar di sekujur tubuhnya, seolah setiap sendinya memprotes. Ia membuka mata perlahan. Langit-langit kamar yang tinggi dan berwarna kelam menyambutnya. Ini bukan kamarnya. Sprei sutra yang terasa dingin di kulitnya yang ngilu dan aroma maskulin yang pekat di udara adalah pengingat kejam di mana ia berada. Kamar Arka.Ingatan malam tadi menghantamnya tanpa ampun. Ciuman kasar, suara kain kausnya yang terkoyak, rintihan kesakitannya yang tak dihiraukan, dan bisikan posesif Arka yang dingin. Semuanya nyata. Ia menarik selimut tebal itu hingga menutupi kepalanya, berharap bisa kembali ke kegelapan, berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.Ia sendirian di ranjang besar itu. Arka sudah tidak ada. Dengan sisa-sisa tenaga, ia memaksa dirinya untuk bangkit. Kepalanya pusing dan tubuhnya terasa remuk. Dengan langkah tertatih, ia berjalan menuju pintu, berharap bisa lari ke kamar tamunya yang terasa lebih aman. Ia memutar kenop pintu.Terkunci.Ia mencoba

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 35 - Api Cemburu

    Alya melangkah masuk ke dalam rumah yang sunyi dan gelap. Hanya ada satu sumber cahaya, datang dari ruang kerja Arka di lantai dua, menciptakan siluet seorang pria yang berdiri menatap ke arahnya. Ini adalah jebakan, dan ia berjalan lurus ke dalamnya. Jantung Alya berdebar begitu kencang hingga terasa sakit.Dengan langkah sepelan mungkin, ia menaiki tangga. Saat ia sampai di lantai atas, Arka keluar dari ruang kerjanya, tubuhnya yang tinggi dan tegap sepenuhnya menghalangi jalan Alya di lorong yang remang-remang. Aroma parfumnya bercampur dengan sesuatu yang lain malam ini—amarah.“Sudah selesai bersenang-senangnya?” tanya Arka, suaranya rendah, serak, dan berbahaya.Alya menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. “Pak… saya…”“Jam berapa ini, Alya?” potong Arka, melangkah lebih dekat. Setiap langkahnya membuat Alya refleks mundur, hingga punggungnya menabrak dinding dingin di belakangnya. Ia terpojok. “Aku memberimu kebebasan satu hari, dan ini caramu membalasnya? Pulang larut mal

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 34 - Satu Hari Sebagai Orang Normal

    Sabtu pagi datang dengan perasaan yang berbeda. Alya bangun dengan antusiasme seorang anak kecil yang akan pergi piknik. Hari ini tidak ada pekerjaan, tidak ada proposal, tidak ada tatapan tajam Mbak Vira. Hari ini adalah harinya bersama Dani di festival musik. Hari untuk menjadi Alya yang normal.Ia mempersiapkan diri dengan semangat. Ia bahkan melakukan panggilan video dengan Nindya untuk meminta pendapat soal pakaian.“Jangan pakai kemeja!” seru Nindya dari seberang layar. “Pakai kaus yang nyaman sama celana jins aja. Lo mau nonton konser, bukan mau presentasi di depan dewan direksi.”Alya tertawa dan akhirnya memilih setelan yang paling santai yang ia punya. Saat ia turun ke bawah, siap untuk dijemput, ia melihat Arka sedang duduk di ruang keluarga, membaca koran dengan secangkir kopi di sisinya. Kehadiran pria itu seketika membuat Alya sedikit tegang.Arka mendongak, matanya menatap penampilan Alya dari atas ke bawah. Kaus oblong, celana jins, dan sepatu kets. Sangat berbeda dari

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 33 - Ritme Baru

    Pengakuan Arka yang canggung malam sebelumnya—“Saya terlalu menuntut”—memiliki efek yang lebih besar dari yang Alya duga. Kata-kata itu, meski bukan sebuah permintaan maaf yang gamblang, terasa seperti hujan yang turun di hatinya yang kering. Malam itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, Alya bisa tidur dengan nyenyak.Keesokan paginya, ia turun ke ruang makan dengan perasaan yang jauh lebih ringan. Dinding es yang ia bangun di sekelilingnya telah mencair. Ia melihat Arka sudah duduk di sana, seperti biasa dengan tabletnya.“Pagi, Pak,” sapa Alya, kali ini dengan senyum kecil yang tulus.Arka mendongak dari tabletnya, dan untuk sesaat, Alya bisa melihat kilatan lega di matanya yang biasanya dingin. “Pagi,” balasnya. “Tidurmu nyenyak?”“Nyenyak, Pak. Terima kasih.” Alya duduk dan mulai menyantap sarapannya. Keheningan di antara mereka tidak lagi terasa berat. Alya bahkan memberanikan diri memulai obrolan ringan. “Pagi ini cerah ya, Pak. Sayang kalau cuma di kantor.”Arka meliri

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 32 - Retakan Dinding Es

    Pagi harinya, rutinitas sarapan yang dingin kembali berlanjut. Alya makan dalam diam, menjawab seperlunya, bergerak seperti robot yang diprogram untuk kesopanan. Arka memperhatikannya dari seberang meja, merasakan frustrasi yang aneh. Hadiah kue mahal yang ia beli semalam tampaknya tidak memberikan efek apa pun. Kotaknya masih tergeletak di meja pantry, belum tersentuh.Ia berdeham, mencoba memulai percakapan. “Laporan yang kamu buat semalam, saya sudah teruskan ke Vira. Dia akan menggunakannya sebagai dasar untuk rapat strategi selanjutnya.”Ini adalah sebuah pujian besar yang terselubung. Artinya, pekerjaan akhir pekan Alya yang penuh penderitaan itu benar-benar diakui dan digunakan untuk proyek penting. Seharusnya Alya senang.Tapi yang Arka dapatkan hanyalah jawaban datar. “Baik, Pak. Terima kasih informasinya.”Tidak ada binar di mata gadis itu. Tidak ada senyum bangga. Hanya kekosongan. Arka menyadari, memperbaiki kerusakan yang ia sebabkan ternyata lebih sulit daripada menegosi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status