Magang di hati CEO tampan

Magang di hati CEO tampan

last updateLast Updated : 2025-06-30
By:  DacepUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Alya, gadis desa yang polos dan penuh semangat, nekat merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Tak disangka, ia diterima magang di perusahaan besar milik CEO muda dan tampan, Arka Dirgantara. Nasib membawanya ke situasi sulit: ia tak punya tempat tinggal. Tanpa pikir panjang, Arka—yang awalnya dingin dan profesional—menawarinya tinggal di rumah pribadinya. Tinggal satu atap dengan gadis berparas manis dan tubuh menawan itu membuat Arka mulai kehilangan kendali. Di balik sikap cueknya, muncul hasrat dan rasa penasaran yang tak bisa dibendung. Sementara Alya, yang polos, perlahan-lahan merasakan hal yang sama. Akankah hubungan profesional ini berubah menjadi hubungan penuh gairah? Atau malah berujung pada luka?

View More

Chapter 1

Bab 1 - Awal bikin Deg-degan

Jakarta tuh panas banget, ya Allah..."

Alya ngos-ngosan sambil nyeret koper ungu kesayangannya yang sudah bunyi “kretek-kretek” setiap ia melangkah. Bajunya basah keringetan, wajahnya penuh harap tapi juga panik, dan kaki yang Udah berasa kayak disetrum tiap kali jalan.

Dia berdiri di depan gedung pencakar langit bertuliskan:

"PT. Arroihan Group."

Langkahnya ragu. Ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di kota besar, sendirian, dengan modal surat panggilan magang dan tekad yang nyaris patah di tengah jalan. Sempat ditipu calo ojek, salah turun halte, bahkan hampir nyasar ke kantor sebelah. Tapi dia sampai juga.

"Yaudah, Ly. Nekat aja dulu. Kalau ditolak, paling nangis di pojokan."

Gedung itu menjulang mewah. Lantainya mengkilap, penjaganya berseragam rapi, dan receptionist-nya cantik kayak model skincare. Semua orang tampak glamor dan mahal. Alya, dengan kemeja putih yang sedikit kebesaran dan sepatu flat murahan, merasa seperti semut di antara barisan singa.

"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?" tanya si mbak resepsionis.

"Saya Alya, ada jadwal wawancara magang hari ini."

Setelah menyerahkan map kusut berisi CV dan transkrip, Alya disuruh duduk menunggu. Ia memilih sofa hitam di pojok. Di sekitarnya, para pelamar lain tampil penuh gaya. Makeup tebal, tas branded, dan aura percaya diri yang bikin minder.

Alya melirik pantulan dirinya di kaca lift Keningnya sedikit berminyak, rambut diikat seadanya, dan bibirnya pecah-pecah. Tapi dia menepuk pipi sendiri pelan, menenangkan diri.

"Kamu bisa, Ly. Kamu tuh cerdas. Gak kalah."

Ditengah rasa minder HP-nya bergetar bertuliskan notifikasi dari ibu, Alya langsung antusias menjawab pesan darinya.

Ibu: “Udah sampai, nak? Gimana tempatnya? Orangnya baik-baik, nggak?”

Alya: “Udah, Bu. Tempatnya baguuusss… banget, kayak di TV. Tapi aku grogi banget Bu, pesaingnya lulusan universitas ternama dari keluarga ternama.”

Ibu: “Tenang gak usah takut sama lulusan universitas bagus. Gak usah grogi, yang penting kamu pinter, jujur, dan percaya diri.”

Alya: “Iya Bu… makasih, Bu. Doain terus ya. Aku pengen banget bantu ibu.

Ibu: “Tanpa kamu suruh pun ibu selaluu doain kamu, jangan takut gagal. Kamu sudah sampai sejauh ini, apapun hasilnya ibu tetap bangga sama kamu.”

Dari perkataan ibu kini alya menjadi semakin percaya diri untuk melanjutkan mimpinya, ada sentuhan rasa hangat dari kasih sayang seorang ibu.

Alya: “kalau diterima, aku lanjut cari kos. Tapi uangnya belum cukup, nanti aku cari yang murah dulu.”

Ibu: “Jangan dulu mikirin kos, kan ada kos milik teman sepupumu, yang penting kamu jaga kesehatan. Urusan kos nanti kalau ada uang baru cari kosan, tapi jangan tinggal di tempat sembarangan, ya.”

Alya: “Iya, Bu. Tenang aja.”

Tiba-tiba... terdengar suara

TING!

Suara lift terbuka. Semua orang seolah menahan napas. Seorang pria tinggi dengan jas hitam keluar, langkahnya tegas, wajahnya dingin. Wajah yang begitu eksotis.

Itu dia.

Arka Arroihan.

CEO termuda perusahaan itu. Wajahnya sering muncul di berita bisnis. Dingin, perfeksionis, dan katanya gak punya toleransi untuk kesalahan.

Alya buru-buru menunduk, pura-pura melihat sekelilingnya. Tapi jantungnya sudah marathon duluan.

"Astaga, itu bos gue?" Gumamnya.

Beberapa menit kemudian, pintu kaca terbuka.

"Alya, silakan masuk." Suara dari seberang tembok yang membuatnya kaget seketika.

Tangannya gemetar saat membuka pintu ruang kerja si bos. Ruangan itu luas, dengan dinding kaca dan interior elegan. Di balik meja, duduklah Arka. Pria itu membaca mapnya sekilas, lalu menatap Alya dengan pandangan setajam silet.

"Universitas Negeri Karawang. Jurusan Manajemen, IPK lumayan.” Katanya datar “Kenapa kamu melamar di sini?"

Alya menarik napas. "Karena saya ingin belajar langsung dari perusahaan besar, pak. Walau pun saya tidak berpengalaman tapi saya akan bekerja keras pak."

Arka mengangkat alis. "Tinggal di mana sekarang?"

"Saya... baru tiba kemarin sore, Pak. Sekarang masih numpang di kos temannya sepupu. Tapi cuma bisa dua malam."

Arka menghela napas. Tangan nya menutup map dengan pelan.

"Mulai besok kamu magang di divisi operasional. Lapor ke manajer jam delapan."

Alya membelalak. "S-siap, Pak! Terima kas…"

Dan sebelum ia sempat mengucap terima kasih, Arka membuka laci dan mengeluarkan sebuah kunci.

"Dan soal tempat tinggal..."

"...sementara kamu tinggal di rumah saya."

Alya nyaris jatuh dari kursi.

"Maaf, Pak?"

"Ada kamar kosong. Saya jarang pulang juga. Daripada kamu numpang terus atau tidur di pantry."

"Tapi, saya... gak mau ngerepotin."

"Ini bukan tawaran. Anggap aja bentuk tanggung jawab saya sebagai atasan. HRD akan kasih alamat dan akses. Jangan telat besok."

“Alya masih mematung. Ini serius CEO dingin yang katanya galak ngasih tempat tinggal?” Gumamnya di dalam hati.

“Kalau gak nyaman, terserah. Tapi saya lebih suka kamu fokus kerja daripada pusing mikirin tempat tinggal.”

Arka berdiri, menjabat tangan Alya sekilas, lalu kembali duduk.

Alya keluar ruangan sambil nahan napas. Ponsel di tangannya nyaris jatuh. Baru beberapa jam menginjak Jakarta, dan hidupnya udah kayak adegan drama Korea.

Begitu keluar dari ruangan, Alya langsung duduk lagi di tempat duduk tunggu,kali ini bukan karena menunggu wawancara, tapi karena lututnya lemas karena grogi.

Hp-nya kembali bergetar.

Ibu: “Udah wawancara belum?”

Alya tersenyum sambil mengetik cepat.

Alya: “Bu aku keterima. Langsung disuruh mulai besok.”

Ibu: “Alhamdulillah… akhirnya kamu dapat mewujudkan mimpimu, Nak.”

Alya: “Tapi Bu… bosku… nyuruh aku tinggal di rumahnya.

Ibu: “ hah? Maksudnya?”

Alya: “Rumahnya besar, ada kamar kosong. Katanya biar aku fokus kerja dan gak cape nyari kosan.”

Ibu: “Kalau itu keputusanmu, Ibu hanya bisa percaya. Tapi hati-hati ya, jaga diri. Jangan mudah percaya, apalagi dia laki-laki.”

Alya: “Iya, Bu. Alya janji. Alya jaga diri.”

Ibu: “Ya ibu percaya padamu, tapi ingat apapun yang terjadi pintu rumah akan selalu terbuka untukmu.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status