Ken prov
Aku terus mendengus kesal sampai pulang dari kampus. "Sialan tu cewek!"
Kenapa dia selalu ada di mana Valen ada. Kayaknya aku harus memberikan pelajaran tu cewek.
"Ken."
Aku menoleh melihat seseorang yang memanggilku.
"Oh. Theo."
Theo berjalan sedikit berlari ke arahku.
Hm. Terbesit suatu pikiran yang menurutku dapat memberi pelajaran si bekicot.
Theo merangkulku. "Main basket kuy. Dah lama ngak main kau."
"Biasalah bro. Lagi banyak tugas."
"Hm... Tugas memikat hati cewek ya? Haha."
"Bangsat kau."
"Haha. Ngak lah. Bercanda... Btw aku bingung samamu, masa ngak ada satu cewek pun yang nyantol di hatimu. Banyak loh cewek yang mengemis, pilih satu kali untuk coba-coba." Theo menyikutku.
Plak
Ken ProvAku berjalan ke parkiran mobil dan mengeluarkan mobilku dari sana.BrumAku melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Di guyur oleh hujan yang deras."Ck. Menyebalkan sekali."Aku mengendarai mobilku ke lapangan basket tempat terakhir kali Theo dan bekicot bersama.Setelah beberapa lama aku mengendarai mobil. Akhirnya sampai juga.Aku memarkirkan mobilku dan keluar dari sini. Sebelumnya aku membentangkan payungku dan beranjak keluar.Apa mungkin dia masih di sini. Di sini kan ngak ada tempat berteduh.Aku berjalan menyusuri lapangan ini. Dia ngak ada."Manalah dia."Astaga. Aku memukul jidatku. Kenapa ngak aku telfon aja dari tadi. Ck, bego aku!Aku mengambil ponsel dari saku celanaku."Hm." Jawab
Ken Provku terkejut mendengar perkataan Cya. Sedangkan dia hanya sedang membaca buku kecilnya sambil masih menggenggam ponselnya di telinganya.Dia tau kalau aku yang jemput mama kemarin?Dia mematikan ponselnya dan kembali menatap ke datar ke bukunya.Eh.. Aku...Aku kembali menelponnya."Hm." Katanya."Kenapa di matikan?!""Karna kau diam."Ck."Kalau kau tau kemarin aku yang jemput mamaku, kenapa kemarin kau seolah-olah ngak kenal aku?" Aku penasaran."Karna kau berharap aku tak mengenalimu kan, makanya kau pakai Woody yang tertutup dan masker?"Aku meneguk salivaku berat.Dia benar.Kalimatnya singkat tapi sangat menusuk. Aku terdengar seperti orang jahat, men
Ken pergi tanpa berkata apa apa lagi. Bahkan. Aku tak mencegahnya. Maafkan aku Ken. Tapi aku memang tak dapat melakukan ini lebih jauh lagi.Aku tak mengerti bagaimana aku dapat menjelaskan perasaan ini. Aku sama sekali tak mencintai Ken. Aku tak ingin dia semakin tersakiti. Terpaksa aku mengatakan hal itu. Maafkan aku Ken.Aku menutup pintu rumahku dan kembali berjalan ke kamarku.Aku menutup kamar sambil merenung. Aku tak mengerti, aku bahkan tak ingin untuk membuka hatiku lagi untuk siapapun. Jika aku membukanya itu akan semakin membuatku semakin sakit.Sesak sekali rasanya mengetahui Jessen pergi dan akan menikah dengan mantan tunangannya. Walaupun itu hanya rumor mengenai pernikahannya, tapi ntah kenapa itu seperti benar seakan akan terjadi.Kenapa dia setega itu? Aku pernah berbuat salahkan padanya? Bahkan aku yang selalu tersakiti dengan sikapnya yang aduh terhadap perasaanku. Aku tak mengerti.Air mata ini menetes deras. Begitu naifn
"Aaa... So sweet banget sih..." Pekikku setelah menonton drama yang romantis ini.Cya memelukku sambil menggerakkan badanku ke kana ke kiri. "Aaa... Malah cogan banget lagi!!""Iyaaa.... Wuaaa..."Cewek memang selalu begini ya... Wkwk.Ngak pinter ngak bego kayak aku, sama sama histeris kalau lihat drama se romantis ini.Setelah menonton kami langsung mencari siapa pemeran utama prianya.. Biasalah. Wkwk."Anjrit... Ganteng bawaan lahir sumpah." Jeritku."Hooh. Bisa begini yak... Makan apa coba mamanya waktu ngamilimnya. Haha.""Iya. Ckck. Semoga jodoh sama aku." Kataku yang langsung di bereng sinis sama Cya."Eh. Aku juga mau kali."Kemudian kami saling tertawa.Ada aja tingkah kami memang."Eh. Cari backsound dramanya lah.""Ashiapp..." Cya langsung mengetik ngetik di keyboard laptopnya."Wew..." Ucap kami serentak."Cogan juga anjrit..." Kata Cya."Ngak bisa ngomon
Readers ku yang cantik cantik dan tampan tampan... Jangan lupa di like dan komen ya guys, ingat loh... Like itu gratis. Ngak ada salahnya untuk di pencet guys... Itu membuat aku semakin bersemangat untuk nulis. Dan kalau bisa di vote dan beri hadiah... Itu akan lebih menyangatiku untuk berkarya.Bagi readers yang udah like, komen, vote dan beri hadiah, aku sangat berterima kasih sekali sama kalian. I love you...Happy reading guys...-----------------------------------------------------------Ken ProvAku menunggu bekicot di halte biasa dia menunggu bis. Semalam aku menelponnya untuk berjumpa dengan alasan ada kegiatan kemahasiswaan yang cocok dengannya.Ntah kenapa aku ingin berjumpa dengannya hari ini.Ngomong ngomong, nih bekicot kok lama banget sih.
Ken ProvAku mengejarnya dan menghadangnya. "Ngak ada naik bis. Pulang bareng aku.""Ngak mau.""Bekicot!""Kentang.""Ck. Aku ngak akan ngebut lagi.""Tetap ngak mau.""Bekicot, jangan bantah!""KRP, jangan maksa."Aku mengacak rambutku kesal. Aku selalu kalah berdebat dengannya."Denger. Kau pulang denganku. Aku yang bawa kau sampai sini dan aku harus tanggung jawab sampai kau sampai di rumahmu dengan selamat. Paham?" Jelasku dengan berusaha tetap tenang."Ken-tang. Tadi kan kau ngak jemput aku dari rumah. Kita hanya berjumpa di halte. Jadi kau tak perlu sampai mengantarku. Paham."Tarik nafas... Buang... Sabarkan dirimu Ken... Memang otak ni anak terbuat dari batu, semen dan bahan material bangu
Aku berjalan bersama Cya melalui koridor sekolah yang cukup ramai karena pembelajaran hendak di mulai."Cy. Aku semalam mimpi." Aku memulai pembicaraan. Rasanya jika aku curhat sama Cya pasti lebih lega, karena kalau aku ngomong sama nenek, aku pasti semakin merepotkannya."Mimpi apa beb?" Dia penasaran."Aku mimpi Jessen." Ucapku sambil menerawang ingatanku semalam.Dia menutup mulutnya menahan tawa. Kemudian Cya mulai bicara masih dengan terkekeh. "Kangen banget ya, sampai di mimpiin. Haha."Aku memasang wajah kesal. "Is.. Serius loh."Dia menepuk pundakku pelan. "Hedeh. Mbak mbak. Masa lalu, biarlah masa lalu..." Cya seakan menyairkan lagu dangduttan padaku.Aku menyentil jidatnya. "Nyebelin banget."Dia terkekeh dan memelukku. "Udahlah beb. Cari cogan baru aja napa sih beb.""Iya loh...""Nah. Gitu dong." Katanya senang sambil mengacungkan jempolnya menempel ke wajahku.Aku sedikit mendorong tanga
Aku langsung berjalan ke arah Jessen dengan cepat. "Ngak bisa gitu dong Jes.""Apa peduliku?"Aku menarik narik lengan baju Jessen. "Jes jangan gitulah.""Kau ke sini kan karena kemauan mu sendiri. Jadi itu masalahmu." Katanya cuek tanpa melihatku.Aku duduk di sebelahnya lemas sambil memijit kepalaku, pusing memikirkan apa yang terjadi.Tapi sesaat kemudian aku bingung melihat sudut ruangan ini yang terlihat sangat sepi. Dari pandanganku sepertinya ini di apartemen lagi deh. Dan btw... Foto calon si Jessen kok ngak ada di sini?"Eh. Kapan kau nikah?" Tanyaku memastikan rumor yang beredar itu bener apa enggak."Siapa yang mau nikah?" Dia balik nanya."Ya.. kau lah."Dia melihatku datar. "Aku tidak akan nikah.""Serius? Berarti gosip itu ngak bener dong ya kan...""Heh?" Dia menaikkan alisnya."Ngak apa. Ngak usah di bahas."Dalam hati aku sangat bersorak kegirangan.Aa.... Yes yes yes..