MasukMalam sudah menyambangi. Menemani Zhu Linglong yang menatap sisa-sisa sepi dari altar ibukota ini. Perasaannya kembali terperangkap dengan rasa sedihnya. Meskipun, upacara ditunda, bukan berarti tidak akan terlaksana.
Bahkan, kini Kasim Istana sudah memerintahkannya untuk tetap memasuki Altar. Dengan artian, Zhu Linglong hanya bisa menunggu di Altar ini sendirian. Dia juga sudah mengikat tubuhnya sendiri, pada tungku api altar. "Api abadi itu... katanya tidak akan membakarku dengan rasa sakit," gumamnya pelan. Teringat, pada Bai Chen yang mendatanginya pada saat hari undangan disebarkan. Dia ditemui oleh Kaisar dari Timur itu, dan dihadiahi Api Abadi. Di tengah ranumnya pikiran Zhu Linglong, mendadak dia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya mulai terasa. Detak jantungnya seperti dipacu dua kali. Ada hawa panas yang seperti menyelimuti dirinya. "Apa api ini belum benar-benar padam?" tanyanya, sambil melihat ke bawah tungku. Zhu Linglong membelalakkan matanya. Memang benar, api abadi itu tidak padam sepenuhnya. Pantas saja, ada hawa panas. Mata Zhu Linglong mengernyit, ingat akan sesuatu, "bukankah... seharusnya api abadi ini tidak akan terasa panas, tapi kenapa tiba-tiba sekarang panas?" Pertanyaan kebingungan dari Zhu Linglong tidak mendapatkan jawaban apapun, karena dia hanya bermonolog. Bahkan, api di tungku yang dia duduki itu mulai menjilati tubuh Zhu Linglong sedikit demi sedikit, membuat dia mengerang, "argh... ini... panas sekali." Api itu semakin menyala tinggi dan menyelimuti tubuh Zhu Linglong, meskipun kulitnya sama sekali tidak terluka tapi rasa panasnya benar-benar terasa menyedot nyawanya. "Sa-sakit sekali..." rintihnya, mulai kehilangan rasa nyaman. Keramaian mendadak hadir, prajurit pengawas Altar Ibukota, berlari segera untuk melaporkan kejadian yang di alami Zhu Linglong. Kaisar Phoenix Api, yang mendengar kabar itu, langsung bergegas mendatangi Altar Ibukota bersama Kasim Zhu Yudie. Mereka tergopoh-gopoh. Dan begitu terkejut tatkala melihat apa yang terjadi di altar pengorbanan. Ada api yang seakan memeluk erat tubuh Zhu Linglong yang terikat di atas tungku. Zhu Wuhuo seperti terkena serangan api itu sendiri, seolah membakar jantungnya. "Bagaimana bisa api abadi tetap menyala? Siapa yang menyalakannya?" decitnya bertanya, dengan napas yang berat, terasa sesak seakan jantungnya hampir jatuh dari tubuhnya. Apalagi saat melihat kondisi Zhu Linglong di tengah-tengah api. Putri cantiknya itu, seperti merintih kesakitan. Zhu Wuhuo dibuat tak tahan melihatnya. Dia hendak melangkah menuju altar, tapi Zhu Yudie mencegahnya, dengan menarik lengan Zhu Wuhuo, "jangan, Yang Mulia!" sergahnya pelan, "kita tidak boleh mendekati altar apabila Putri Zhu sudah mengikatkan diri di tungku api, kita bisa melanggar etiket dan akan dimusuhi oleh seluruh Benua Tianxu," lanjutnya menasihati dengan kritis. "Tapi kau lihat itu, putriku di sana! Dia kesakitan, bagaimana aku bisa melihatnya kesakitan seperti itu, Zhu Yudie?!" Zhu Yudie sendiri nampak panik, dia memang sudah mengumpulkan seluruh prajurit Istana Phoenix Api, tapi apa yang bisa dilakukan? Mereka hanya bisa menonton tanpa berani menyelamatkan Zhu Linglong. Akibat terikat larangan dari etiket yang sudah dibacakan okeh Zhu Yudie kala memulai upacara, bahwa tidak boleh ada yang mendekati Zhu Linglong ketika dia sudah memasuki altar pengorbanan. Semua orang dibuat dilema, bingung dan menangis. Membuat kegadugan di altar ibukota meremang. Mereka berteriak histeris merasa kasihan kala melihat ekspresi Zhu Linglong yang tampak menahan diri untuk berteriak kesakitan. Dan tiba-tiba... sekelebat bayangan muncul. Membuat semua orang semakin gaduh. Semburat kabut berwarna biru yang entah dari mana asalnya, mendadak mengitari tubuh Zhu Linglong, menggantikan api yang semula membakarnya, berubah menjadi es. Membuat Zhu Linglong otomatis ikut membeku. Dan tanpa sengaja, energi es itu merasuk ke tubuh Zhu Linglong hingga matanya menyalakan cahaya kristal biru. Gadis itu langsung kehilangan kesadarannya. Sedangkan sekelebat bayangan yang baru saja lewat itu, mulai berubah menjadi satu Wujud Roh Dewa Binatang Spritiual. Zhu Yudie mengedip takjub. "Wujud roh Naga Es Biru?" Wujud Roh Naga Es Biru, Qing Long— Dewa kecil Naga Es Biru, yang baru saja keluar dari tubuh Cang Jue. Qing Long, Dewa Naga Es Biru di tubuh Cang Jue, memiliki wujud Naga berwarna biru bening, seluruh sisik-sisik naga di tubuhnya diselimuti es yang sangat dingin. Wujud naga itu, memiliki mata kristal biru yang menyala. Kini, dia melayang terbang melingkari altar. Untuk pertama kalinya, Naga Es Biru muncul setelah santer diceritakan selama seratus tahun di Benua Tianxu. Sebagai Kasim rendah di Benua Tianxu, Zhu Yudie lantas menunduk pada Roh Dewa Binatang Spiritual itu. Zhu Yudie meringkuk dan bersujud memberikan hormat pada Qing Long, "Yang Terhormat Dewa Naga Es Biru, Qing Long. Apa yang membuatmu menampakkan diri di wilayah Utara, kami?" ucapnya seraya menatap Naga Qing Long, hati-hati. "Aku tidak punya urusan di sini. Bocah itu yang punya," jawab Qing Long, dengan suara yang menggelegar. Setelahnya, muncul Cang Jue entah dari mana, secepat kilat berdiri di tengah-tengah Altar pengorbanan, sangat dekat dengan tubuh Zhu Linglong di dalam bekuan es. "Kaisar Cang Jue! Jangan Lancang! Seluruh Benua Tianxu di larang mendekati Zhu Linglong di Altar Pengorbanan!" hardik Kaisar Zhu Wuhuo, begitu keras dan lantang. Cang Jue menatap Kaisar Zhu Wuhuo sekilas. Namun tidak peduli akan hardikannya. Kaisar dari Utara itu, langsung menghampiri Zhu Linglong. Dia menggerakkan jurus tangan sakti dengan meninjukan dua jarinya yang berisi kekuatan Dewa Naga Es Biru. Cang Jue, berhasil menghancurkan es yang menyelimuti tubuh Zhu Linglong menjadi berkeping-keping. Gerakan selanjutnya, Cang Jue memotong tali serat Phoenix yang mengikat putri itu, hanya sedetik saja langsung terpotong dengan jurus jari yang sama saat tadi Cang Jue menghancurkan es. Sedetik saja, tubuh Zhu Linglong langsung ambruk dari tungku api. Dan dengan sigap, Cang Jue menangkapnya, membawa Zhu Linglong dalam dekapan eratnya. Sejenak, Cang Jue menatap wajah cantik Zhu Linglong yang sudah pucat dan memejamkan mata, "Putri Zhu, kau sekarang akan baik-baik saja," ungkap Cang Jue, tegas dari dalam hatinya. "Kaisar Cang Jue! Jangan sembrono! Kau akan diburu oleh seluruh wilayah Benua Tianxu jika berani melakukan hal yang dilarang kepada Putri Zhu Linglong!" Zhu Yudie berteriak, mengingatkan Cang Jue. Namun, itu bukanlah apa-apa bagi Cang Jue, dia hanya menatap Zhu Yudie sekilas saja, dan memalingkan wajahnya tanpa ekspresi. Cang Jue langsung melesat secepat kilat, terbang menjauh dari altar ibukota. Menculik Zhu Linglong, dari altar pengorbanan. "Ayo, Qing Long, kita pergi dari sini."Malam sudah menyambangi. Menemani Zhu Linglong yang menatap sisa-sisa sepi dari altar ibukota ini. Perasaannya kembali terperangkap dengan rasa sedihnya. Meskipun, upacara ditunda, bukan berarti tidak akan terlaksana.Bahkan, kini Kasim Istana sudah memerintahkannya untuk tetap memasuki Altar. Dengan artian, Zhu Linglong hanya bisa menunggu di Altar ini sendirian.Dia juga sudah mengikat tubuhnya sendiri, pada tungku api altar. "Api abadi itu... katanya tidak akan membakarku dengan rasa sakit," gumamnya pelan.Teringat, pada Bai Chen yang mendatanginya pada saat hari undangan disebarkan. Dia ditemui oleh Kaisar dari Timur itu, dan dihadiahi Api Abadi. Di tengah ranumnya pikiran Zhu Linglong, mendadak dia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya mulai terasa. Detak jantungnya seperti dipacu dua kali. Ada hawa panas yang seperti menyelimuti dirinya. "Apa api ini belum benar-benar padam?" tanyanya, sambil melihat ke bawah tungku.Zhu Linglong membelalakkan matanya. Memang benar, api abad
"Bukankah dewi secantik ini tidak boleh dikorbankan?" Itu adalah suara hati Cang Jue, yang tak dapat didengar oleh semua khalayak di sepanjang Altar Ibukota ini. Akan tetapi, Cang Jue masih menjadi pusat perhatian. Semuanya tampak tak suka dengan selaan kalimat yang semula dia timpalkan. Zhu Linglong yang baru memasuki altar, pun juga jadi menatapnya. "Siapa Kaisar tampan itu? Mengapa... cukup lucu?" tanyanya, dari dalam hati, dan sedikit tersenyum. Dan Cang Jue sadar betul bahwa dia kini dilihat dengan tatapan berbagai arti dari banyaknya kepala manusia di sini. Dia sedikit menggerakkan tengkuknya, berdecak dalam hati, "para manusia yang menarik," kemudian tersenyum miring. Lantas, Cang Jue mulai berdiri dari kursi tamunya. "Jika sudah menjadi pusat perhatian, maka sekalian saja," ucapnya, melantangkan kalimat. Dia berdiri penuh wibawa sambil mata memandang mengitari Altar. Melihat satu per satu, para Kaisar itu, dan berhenti pada satu titik, yakni dua mata indah Zhu Linglong.
Gendang gong Altar Ibukota sudah ditabuh tiga kali. Masyarakat sekitar Istana Selatan, berbondong-bondong mendatangi Ibukota. Mereka semua sangat ingin menyaksikan peristiwa yang sudah ditunggu oleh semua manusia dari segala penjuru. Penantian akan pengorbanan selama delapan belas tahun. Akhirnya hari ini tiba. Para Kaisar dari wilayah utara, timur dan barat pun telah menduduki tempat mereka masing-masing. Altar Ibukota itu dikepung oleh tempat duduk ke-empat Kaisar. Api Abadi sudah menyala bahkan saat sebelum acara dilaksanakan. Di tempatnnya, Kaisar Cang Jue menatap dengan dalam pada kobaran api. Alisnya mengernyit merasakan sesuatu yang familier. Mengundang pertanyaan dari Long Wei, jenderal tangan kanannya. "Yang Mulia, apa ada yang salah dengan Altarnya?" tanya Long Wei, pada sang Kaisar. Cang Jue melihat pada Long Wei, lalu melihat ke sekitar. "Kaisar Bai, Kaisar Xuan, menurutmu siapa yang bisa mengeluarkan Api Abadi di antara mereka?" tanya Cang Jue kemudian. Long We
"Anakku... ayahanda minta maaf kepadamu, apabila ayahanda sama sekali tidak punya jalan keluar untuk masalahmu ini," ucap Zhu Wuhuo, yang sudah berdiri selama tiga jam di Paviliun Chi Yan Dian, kini akhirnya bersuara. Membuat Zhu Linglong tersenyum. Dia mendekati ayahandanya, yang berdiri dengan menautkan tangan di belakang punggung. "Ayahanda jangan minta maaf, aku baik-baik saja. Lagipula, ramalan itu bukan ayahanda yang buat," ucap Zhu Linglong, seraya mengelus bahu ayahnya. Zhu Wuhuo kemudian menghadap pada Zhu Linglong sepenuhnya, sisi lengan kanan dan kiri Zhu Linglong, dipegangnya dengan penuh kasih sayang, "nak... selama ini kau tidak pernah sama sekali keluar dari Paviliun. Kau tidak ingin menikmati waktu untuk melihat-lihat?" "Maksud Ayahanda... untuk yang terakhir kalinya?" Zhu Wuhuo menunduk. Menyesal mengatakan itu, "tidak anakku. Ayahanda hanya asal bicara. Lupakan saja," rintihnya pelan. Zhu Linglong tertawa kecil, "tidak apa-apa, Ayahanda. Linglong mu ini su
Istana Perak Biru wilayah Utara, Kekaisaran ke-59 yang kini dipimpin oleh kaisar baru. Mendadak ramai karena menerima kabar dari Wilayah Selatan. Kaisar Cang Jue, sang Dewa Kecil Naga Es Biru itu baru saja kembali dari kultivasinya di Lembah Kelereng Suci. Dia sudah harus menerima undangan itu dengan cap sihir dari Wilayah Utara, langsung darinya. Sungguh membuatnya merasa tidak bahagia. Memang saja, karena dirinya belum berniat kembali ke Istana, dan masih ingin berkultivasi mematangkan kekuatan Naga Es Biru milik tubuhnya itu. Tapi, sekarang malah harus kembali hanya untuk membaca dan menandatangani undangan. Membuatnya menggeleng kecil, "ada-ada saja," ucapnya lirih, hanya dia yang dengar. "Yang Mulia, bagaimana kami menyikapi undangan dari Kaisar Zhu?" tanya Long Wei, sang jenderal utama, begitu Cang Jue membubuhkan cap sihir tanda bahwa dia akan menghadiri acara di wilayah selatan itu. Kini, Kaisar Cang Jue, menatap pada Long Wei. "Bagaimana dengan ketampananku?" Long We
Hari ini, undangan dari Kaisar Zhu Wuhuo telah disebarkan ke seluruh wilayah Kerajaan lain di Benua Tianxu. Kaisar Phoenix duduk diam di kamarnya, saat Chi Yan kembali menguatarakan ramalannya. "Yang Mulia, bisakah kau temui Kaisar Harimau Putih?" ucap seorang Prajurit setelah memberikan penghormatan kepada Kaisar Zhu Wuhuo. "Oh, maksutmu Kaisar Bai, dari wilayah Timur?" Prajurit itu mengangguk. "Benar, Yang Mulia." "Untuk apa dia datang?" "Kaisar Dewa Harimau Putih, memasuki ruangan!" teriak pengawal singgasana menabuh palu gong Istana. Begitu suara menggema, Kaisar Harimau Putih datang. Dia memberikan hormat, "Yang Mulia. Bagaimana kabarmu?" tanyanya, sedikit berbasa-basi. Di sela itu, prajurit yang memberikan kabar untuk Kaisar Zhu Wuhuo, akhirnya mengundurkan diri dari hadapan mereka berdua. Tersisa Zhu Wuhuo, dan Kaisar Harimau Putih, Bai Chen. "Apa yang membuat Kaisar Harimau Putih datang kesini? Bukankah undangan yang disebar masih untuk beberapa hari lagi?"







