Accueil / Fantasi / Mahkota Darah sang PHOENIX / 6. Ramalan Karangan dari Cang Jue

Share

6. Ramalan Karangan dari Cang Jue

Auteur: Aksarajjawi
last update Dernière mise à jour: 2025-11-19 13:58:17

"Bukankah dewi secantik ini tidak boleh dikorbankan?"

Itu adalah suara hati Cang Jue, yang tak dapat didengar oleh semua khalayak di sepanjang Altar Ibukota ini. Akan tetapi, Cang Jue masih menjadi pusat perhatian. Semuanya tampak tak suka dengan selaan kalimat yang semula dia timpalkan.

Zhu Linglong yang baru memasuki altar, pun juga jadi menatapnya. "Siapa Kaisar tampan itu? Mengapa... cukup lucu?" tanyanya, dari dalam hati, dan sedikit tersenyum.

Dan Cang Jue sadar betul bahwa dia kini dilihat dengan tatapan berbagai arti dari banyaknya kepala manusia di sini. Dia sedikit menggerakkan tengkuknya, berdecak dalam hati, "para manusia yang menarik," kemudian tersenyum miring.

Lantas, Cang Jue mulai berdiri dari kursi tamunya. "Jika sudah menjadi pusat perhatian, maka sekalian saja," ucapnya, melantangkan kalimat. Dia berdiri penuh wibawa sambil mata memandang mengitari Altar. Melihat satu per satu, para Kaisar itu, dan berhenti pada satu titik, yakni dua mata indah Zhu Linglong. "Hormat Putri Zhu," ucapnya, memberikan senyuman kecil kepada Zhu Linglong.

Zhu Linglong menggerakkan kelopak matanya untuk memandang Cang Jue dengan lembut, "terima kasih, Kaisar," singkatnya, merespon dengan suara lembutnya.

Di tengah peristiwa itu, Kaisar Wilayah Barat, Xuan Ming tiba-tiba tertawa keras. Sampai seluruh pandang mata berubah menyorotnya. Dia turut berdiri, mengikuti gaya Cang Jue, "kau ingin membuat lelucon apa, Kaisar Cang Jue? Jaga martabatmu, meskipun kau seorang Kaisar muda, jangan mempermalukan diri," ujarnya, menatap lurus pada Cang Jue, sembari mengelus-elus jenggotnya yang panjang.

Cang Jue memiringkan kepalanya, menatap Kaisar Xuan Ming dengan netra tajamnya. "Apakah gara-gara jenggotku tak panjang seperti jenggotmu, Kaisar Xuan Ming?" balas Cang Jue, tidak nyambung.

"Cih! Dasar konyol!" balas Xuan Ming, membidik marah.

Berhasil meledakkan tawa semua nyawa, kecuali Kaisar Zhu Wuhuo, Putri Zhu Linglong, Long Wei dan Cang Jue itu sendiri.

Long Wei, yang selalu berusaha menjaga martabat Cang Jue, jadi panas dingin. "Duh, Kaisar... tolong jangan melakukan sesuatu yang memalukan," lirihnya, berbisik di sebelah telinga Cang Jue.

"Diamlah," lirih Cang Jue pula membalas bisikan Long Wei.

Helaan napas berat Long Wei akhirnya lahir. Siapa lagi yang bisa menghalangi segala kemauan konyol Cang Jue?

"Mohon maaf, Kaisar Cang Jue. Izinkan bagi saya untuk melanjutkan upacara ini," sela Zhu Yudie, membuat suasana kembali tenang.

Cang Jue mengangguk sekilas, lalu berkata, "tapi, aku punya saran yang bagus untukmu, Kasim Zhu Yudie."

Kalimat itu, tidak hanya mengejutkan Zhu Yudie. Tapi, semua orang. Mereka menggaungkan rasa penuh penasaran ketika memperhatikan gerak-gerik Cang Jue.

Kaisar wilayah Utara itu, bergerak. Menuju balai Altar, dan kini telah berdiri dengan gagah di samping Kasim Zhu Yudie. Dia berbisik pada Zhu Yudie, "jika kau melanjutkan upacara hari ini, maka pengorbanan Putri Zhu akan sia-sia."

Zhu Yudie membelalak, dia hampir berteriak jika Cang Jue tidak segera memberikan kode tatapan mata, seakan berkata, "tenanglah!"

"Kasim, aku ini Dewa Kecil Naga Es Biru. Aku juga bisa memberikan ramalan asal kau tahu," ucapnya, langsung berbohong.

Zhu Yudie pun tampak kebingungan, "tapi, sejak kapan Dewa Kecil Naga Es Biru memiliki kemampuan meramal?" tanyanya, karena memang tidak ada legendanya sama sekali di sejarah Dewa Naga Es Biru.

Dan Cang Jue, juga memang hanya sekedar mengarang cerita. Semua, demi untuk mengubah rencana upacara pengorbanan ini.

Cang Jue kembali menatap Zhu Linglong. Dan selalu terpukau, "sejak aku harus menyelamatkan nyawanya," gumamnya dari dalam hati.

Cang Jue kembali fokus pada Zhu Yudie, "kemampuan meramalku baru saja turun, Kasim. Ini adalah rahasia... aku jarang membocorkannya," karang Cang Jue, berusaha mempengaruhi.

Zhu Yudie memang nampak terpengaruh, apalagi Cang Jue adalah Dewa Kecil Naga Es Biru, Dewa Sakti Tertinggi, segala hal mustahil tentu saja menjadi mungkin. "Lalu, apa ramalan yang benar, Kaisar Cang Jue?"

"Umumkan saja, matahari ternyata membawa energi buruk. Upacara diundur besok."

"Baiklah, Kaisar Cang Jue."

Cang Jue lantas tersenyum kecil. Dia mulai kembali berjalan, mengabaikan segala tatap mata yang memandangnya seakan menertawakan. Terutama, Bai Chen. Cang Jue berdecih, "Bai Chen yang malang," ucapnya sangat pelan, dan kini sudah kembali duduk di kursinya sendiri.

"Yang Mulia!" heboh Long Wei, "apa yang baru saja kau katakan pada kasim Zhu Yudie? Semua orang penasaran," bisik Long Wei melanjutkan kehebohannya.

Cang Jue mencebik, "kalau semua orang penasaran kenapa mereka tidak tanya padaku?"

"Karena, mereka tidak berani melawan Dewa Sakti Tertinggi," cengir Long Wei, mendapatkan respon datar dari Cang Jue.

"PERHATIAN!"

Suara lantang Zhu Yudie, mengagetkan semua orang. Gesture kasim itu berubah, lebih serius.

"ETIKET UPACARA AKAN DIUNDUR SATU HARI!"

"RAMALAN DEWA SAKTI TERTINGGI, MATAHARI SEDANG BERADA DALAM ENERGI NEGATIF!"

"PUTRZI ZHU LINGLONG TETAP MEMASUKI ALTAR!"

"API ABADI HARUS DIMATIKAN!"

"DAN DINYALAKAN SAAT UPACARA BERLANJUT!"

Usai mengatakan itu, Zhu Yudie turun dari balai panggung altar. Dia kemudian kembali menghampiri Kaisar Zhu. Meninggalkan keramaian yang bertanya-tanya.

Cang Jue menatap semua khalayak yang mulai meninggalkan Altar, karena upacara sudah ditunda. Semakin sepi, menyisakan Zhu Linglong sendiri. Cang Jue terus menatapnya, putri cantik itu berjalan dengan anggun menuju altar yang semula berisi api, namun kini sedang padam. Dia duduk di sana sendirian.

Long Wei berdehem, "Kaisar, jangan melakukan hal konyol lagi. Kita juga harus pergi dari sini."

Cang Jue melangkah, mengikuti saran Long Wei. Perlahan meninggalkan altar. Dengan sekali waktu, Cang Jue melirik lagi ke arah Zhu Linglong. Gadis itu sudah berdiri dari duduknya. Dan mulai mengikat dirinya sendiri dengan tali serat bulu Phoenix, duduk di atas tungku api.

Cang Jue mengepalkan tangannya, "aku pasti akan membawamu pergi dari sana secepatnya!" ujarnya berambisi dalam hati.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   7. Malam Penculikan

    Malam sudah menyambangi. Menemani Zhu Linglong yang menatap sisa-sisa sepi dari altar ibukota ini. Perasaannya kembali terperangkap dengan rasa sedihnya. Meskipun, upacara ditunda, bukan berarti tidak akan terlaksana.Bahkan, kini Kasim Istana sudah memerintahkannya untuk tetap memasuki Altar. Dengan artian, Zhu Linglong hanya bisa menunggu di Altar ini sendirian.Dia juga sudah mengikat tubuhnya sendiri, pada tungku api altar. "Api abadi itu... katanya tidak akan membakarku dengan rasa sakit," gumamnya pelan.Teringat, pada Bai Chen yang mendatanginya pada saat hari undangan disebarkan. Dia ditemui oleh Kaisar dari Timur itu, dan dihadiahi Api Abadi. Di tengah ranumnya pikiran Zhu Linglong, mendadak dia merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya mulai terasa. Detak jantungnya seperti dipacu dua kali. Ada hawa panas yang seperti menyelimuti dirinya. "Apa api ini belum benar-benar padam?" tanyanya, sambil melihat ke bawah tungku.Zhu Linglong membelalakkan matanya. Memang benar, api abad

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   6. Ramalan Karangan dari Cang Jue

    "Bukankah dewi secantik ini tidak boleh dikorbankan?" Itu adalah suara hati Cang Jue, yang tak dapat didengar oleh semua khalayak di sepanjang Altar Ibukota ini. Akan tetapi, Cang Jue masih menjadi pusat perhatian. Semuanya tampak tak suka dengan selaan kalimat yang semula dia timpalkan. Zhu Linglong yang baru memasuki altar, pun juga jadi menatapnya. "Siapa Kaisar tampan itu? Mengapa... cukup lucu?" tanyanya, dari dalam hati, dan sedikit tersenyum. Dan Cang Jue sadar betul bahwa dia kini dilihat dengan tatapan berbagai arti dari banyaknya kepala manusia di sini. Dia sedikit menggerakkan tengkuknya, berdecak dalam hati, "para manusia yang menarik," kemudian tersenyum miring. Lantas, Cang Jue mulai berdiri dari kursi tamunya. "Jika sudah menjadi pusat perhatian, maka sekalian saja," ucapnya, melantangkan kalimat. Dia berdiri penuh wibawa sambil mata memandang mengitari Altar. Melihat satu per satu, para Kaisar itu, dan berhenti pada satu titik, yakni dua mata indah Zhu Linglong.

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   5. Upacara Pengorbanan Darah Phoenix Api

    Gendang gong Altar Ibukota sudah ditabuh tiga kali. Masyarakat sekitar Istana Selatan, berbondong-bondong mendatangi Ibukota. Mereka semua sangat ingin menyaksikan peristiwa yang sudah ditunggu oleh semua manusia dari segala penjuru. Penantian akan pengorbanan selama delapan belas tahun. Akhirnya hari ini tiba. Para Kaisar dari wilayah utara, timur dan barat pun telah menduduki tempat mereka masing-masing. Altar Ibukota itu dikepung oleh tempat duduk ke-empat Kaisar. Api Abadi sudah menyala bahkan saat sebelum acara dilaksanakan. Di tempatnnya, Kaisar Cang Jue menatap dengan dalam pada kobaran api. Alisnya mengernyit merasakan sesuatu yang familier. Mengundang pertanyaan dari Long Wei, jenderal tangan kanannya. "Yang Mulia, apa ada yang salah dengan Altarnya?" tanya Long Wei, pada sang Kaisar. Cang Jue melihat pada Long Wei, lalu melihat ke sekitar. "Kaisar Bai, Kaisar Xuan, menurutmu siapa yang bisa mengeluarkan Api Abadi di antara mereka?" tanya Cang Jue kemudian. Long We

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   4. Malam Terakhir

    "Anakku... ayahanda minta maaf kepadamu, apabila ayahanda sama sekali tidak punya jalan keluar untuk masalahmu ini," ucap Zhu Wuhuo, yang sudah berdiri selama tiga jam di Paviliun Chi Yan Dian, kini akhirnya bersuara. Membuat Zhu Linglong tersenyum. Dia mendekati ayahandanya, yang berdiri dengan menautkan tangan di belakang punggung. "Ayahanda jangan minta maaf, aku baik-baik saja. Lagipula, ramalan itu bukan ayahanda yang buat," ucap Zhu Linglong, seraya mengelus bahu ayahnya. Zhu Wuhuo kemudian menghadap pada Zhu Linglong sepenuhnya, sisi lengan kanan dan kiri Zhu Linglong, dipegangnya dengan penuh kasih sayang, "nak... selama ini kau tidak pernah sama sekali keluar dari Paviliun. Kau tidak ingin menikmati waktu untuk melihat-lihat?" "Maksud Ayahanda... untuk yang terakhir kalinya?" Zhu Wuhuo menunduk. Menyesal mengatakan itu, "tidak anakku. Ayahanda hanya asal bicara. Lupakan saja," rintihnya pelan. Zhu Linglong tertawa kecil, "tidak apa-apa, Ayahanda. Linglong mu ini su

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   3. Kaisar Azure Dragon, Naga Biru

    Istana Perak Biru wilayah Utara, Kekaisaran ke-59 yang kini dipimpin oleh kaisar baru. Mendadak ramai karena menerima kabar dari Wilayah Selatan. Kaisar Cang Jue, sang Dewa Kecil Naga Es Biru itu baru saja kembali dari kultivasinya di Lembah Kelereng Suci. Dia sudah harus menerima undangan itu dengan cap sihir dari Wilayah Utara, langsung darinya. Sungguh membuatnya merasa tidak bahagia. Memang saja, karena dirinya belum berniat kembali ke Istana, dan masih ingin berkultivasi mematangkan kekuatan Naga Es Biru milik tubuhnya itu. Tapi, sekarang malah harus kembali hanya untuk membaca dan menandatangani undangan. Membuatnya menggeleng kecil, "ada-ada saja," ucapnya lirih, hanya dia yang dengar. "Yang Mulia, bagaimana kami menyikapi undangan dari Kaisar Zhu?" tanya Long Wei, sang jenderal utama, begitu Cang Jue membubuhkan cap sihir tanda bahwa dia akan menghadiri acara di wilayah selatan itu. Kini, Kaisar Cang Jue, menatap pada Long Wei. "Bagaimana dengan ketampananku?" Long We

  • Mahkota Darah sang PHOENIX   2. Api Abadi Altar Megah Pengorbanan

    Hari ini, undangan dari Kaisar Zhu Wuhuo telah disebarkan ke seluruh wilayah Kerajaan lain di Benua Tianxu. Kaisar Phoenix duduk diam di kamarnya, saat Chi Yan kembali menguatarakan ramalannya. "Yang Mulia, bisakah kau temui Kaisar Harimau Putih?" ucap seorang Prajurit setelah memberikan penghormatan kepada Kaisar Zhu Wuhuo. "Oh, maksutmu Kaisar Bai, dari wilayah Timur?" Prajurit itu mengangguk. "Benar, Yang Mulia." "Untuk apa dia datang?" "Kaisar Dewa Harimau Putih, memasuki ruangan!" teriak pengawal singgasana menabuh palu gong Istana. Begitu suara menggema, Kaisar Harimau Putih datang. Dia memberikan hormat, "Yang Mulia. Bagaimana kabarmu?" tanyanya, sedikit berbasa-basi. Di sela itu, prajurit yang memberikan kabar untuk Kaisar Zhu Wuhuo, akhirnya mengundurkan diri dari hadapan mereka berdua. Tersisa Zhu Wuhuo, dan Kaisar Harimau Putih, Bai Chen. "Apa yang membuat Kaisar Harimau Putih datang kesini? Bukankah undangan yang disebar masih untuk beberapa hari lagi?"

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status