Share

Bab 03

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-27 15:37:41

03. Mahluk Lain

Penampakan Di Penginapan.

Penulis: Lusia Sudarti

Part 03

***

Di dekat taman yang ada pohon besar seukuran pelukan orang dewasa, ada seseorang yang duduk bersimpuh, memeluk lutut dan wajahnya tertutup rambut panjang tergerai hingga menyentuh tanah.

Karena waktu istirahat masih ada, aku gunakan untuk sekedar jalan-jalan di area taman, untuk merenggangkan otot kaki.

Oleh terdorong rasa penasaran, kuhampiri perempuan yang duduk bersimpuh dibawah pohon tersebut.

"Mbak, Mbak kenapa? kok dari tadi saya lihat Mbak di sini ...?" tanyaku dengan ramah sembari menatapnya.

Tetapi setelah beberapa kali aku bertanya, tetap tak ada jawaban dan tak berubah posisi duduknya.

Hatiku mulai curiga! Seperti ada yang tidak beres, tiba-tiba bulu kudukku meremang.

Aku pun bergegas pergi tanpa pamit.

Setelah menjauh aku memberanikan untuk menoleh ke bawah pohon dimana wanita tersebut berada. Namun, alangkah terkejutnya aku disaat melihat kearah pohon tak ada siapapun. Aku mengedarkan pandangan ke berbagai arah, namun keberadaan sosok tersebut tidak tampak dimana-mana.

"Astagfirrullah, kemana wanita tadi?" gumamku pelan sembari mencari sosok yang kulihat tadi.

Disaat kebingungan mencari keberadaannya,

Dari atas pohon terlihat sesosok Nyai Kunti duduk di cabang pohon dan mengayunkan kedua kakinya yang tertutup gaun yang dipakainya.

Yang membuatku bergidik, rambutnya melambai-lambai mengikuti gerakan tubuhnya.

"Duh Gusti, ternyata bukan manusia," lir1hku dalam hati.

Tergesa-gesa aku menghampiri suamiku, disaat aku menyadari ada sebuah kejanggalan dengan apa yang aku alami. Aku baru menyadari jika tempat tersebut adalah tempat yang begitu angker. Namun tidak sembarang orang yang bisa melihatnya.

"Yank, kenapa kok tergesa-gesa? Ada apa sih yank?" tanyanya heran, sembari menautkan kening.

"Heeemm biasa yank. Ada mahluk kesiangan," selorohku, sambil tersenyum.

"Ya udah biarin aja."

"Mbak, minta bonnya!" panggil Suami kepada pelayan.

"Ini, A, Rp 80.000," aku ambil selembar 100.000.

"Ambil aja kembalian," ucap suamiku.

Kedua netra pelayan terbelalak, melihat dan mendapat tips dariku dan suami.

"Haturnuhun teh!" ucapnya

sambil membungkuk!

"Sama-sama Mbak," jawabku sambil tersenyum.

"Ayoo yank, naik bus sudah habis waktu istirahat, kami berjalan sambil bergandengan tangan.

Akhirnya bus berjalan menyusuri tol yang akan membawa kami ke Bandung.

Banyak sekali penampakan di sepanjang jalan tol yang kami lalui.

Terutama di jembabatan-jembatan tol.

Wajah dan tubuh mereka sangat menyeramkan! Wajah dan tubuh yang rusak, hancur, dan melepuh. Tangisan Anak-anak yang masih sangat bayi memenuhi indera pendengaranku, namun semua itu tak aku hiraukan. Tempat mereka berbeda denganku.

Aku tak kuasa melihat mereka, ada rasa iba dan ngeri yang diam-diam menyelinap dalam hatiku. Maka aku berdzikir dalam hati agar arwah mereka merasa sedikit tenang, hanya itu yang bisa aku lakukan.

Di genggamnya dengan erat jemariku, untuk memberi kekuatan agar aku tidak merasa takut, meskipun beliau tahu bahwa aku tak mempunyai rasa takut terhadap mahluk yang suka menampakkan diri.

Akhirnya kami tiba di Garasi Gede Bage dan mencari angkot ke Jatinangor ...

Setelah itu baru naik elf tujuan Cirebon, sesuai rencana awal.

Perjalanan ke Cirebon hampir dua jam, macet sana-sini. Aku merasa sedikit jenuh dalam perjalanan yang tidak mulus seperti ini.

Tidak berapa lama setelah kemacetan sedikit teratasi, kami pun sampai ke warung langganan suami, di tempat Mama angkat suamiku.

"Assalamualaikum, punten, Mi, Mi," pada suamiku.

"Waalaikumsalam." Dari dalam warung muncul sosok wanita paruh baya dengan dandanan cetar membahana.

"Eh Gusti ... ternyata si Aa? Sehat A ...?" jawab Mi setelah melihat kedatangan kami.

"Alhamdulillah Mi, sehat-sehat," jawab suami sembari tersenyum.

"Ini siapa A?" tanya si Mi sambil melihat kearahku.

"Ini Istri saya Mi," jawab suamiku lagi.

"Oh gitu! Cantik sekali," jawabnya sambil tersenyum, aku pun memperkenalkan diri.

"Vina Mi," sapaku sambil mengulurkan tanganku, kemudian disambut oleh si Mi dengan ramah.

"Ayo duduk Neng, A!"

" Terima kasih Mi," jawab suamiku.

"Mi, saya mau cari kontrakan dekat tempat kerja."

Suami bercerita kepada Ibu angkatnya, karena mau menitipkan aku di rumahnya sebentar selama ia mencari kontrakan.

"Neng disini aja, capek ikut Mas ya?" kata suamiku.

"Iya Neng. Disini aja sama Mama," sahutnya seraya menatapku.

"Terima kasih Mi," jawab suamiku.

"Ayo bawa masuk itu tas pakaiannya, Neng!" titah mama angkat kepadaku.

"Ayo yank masuk dulu," ajak suamiku.

Lalu kami masuk kedalam kamar yang telah rapi. Kemudian membersihkan tubuh yang terasa lengket.

Habis membersihkan tubuh, kami memesan makanan di warung.

"Yank ...?" panggilku.

"Heem."

"Kok rasa masakannya kebanyakan manis ya? Aku kurang suka masakan manis," celetukku sembari menyuapkan nasi.

"Iya yank. Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini warung terdekat, nanti kita cari warung nasi Padang ya?" ujarnya kepadaku.

Aku mengangguk setuju. "Iya yank."

Kami makan dengan cepat, setelah beristirahat Mas Ardian bersiap untuk berangkat.

"Mas berangkat dulu ya? jaga diri dan hati-hati. Kalo butuh sesuatu, bilang sama Mi, jangan keluar atau terlalu lama diluar, kalo suamimu ini belum pulang ya Sayang?" imbuhnya lagi, mewanti-wanti karena daerah ini enggak aman dari laki-laki fredator.

"Iya yank," jawabku. Aku meraih pungung tangannya, untuk kucium takzim, lalu keningku pun dikecupnya.

"Hati-hati yank," bisiknya.

"Jangan lama yank?" balasku.

Ia mengangguk lalu melangkah keluar.

"Mi ... titip Neng ya?" Pamit suami.

"Iya A," jawab Mi.

Aku merebahkan tubuh yang begitu lelah, dua hari perjalanan dari Sumatera, cukup membuat otot terasa sakit dan ngilu.

Sudah hampir dua jam, suami belum pulang.

Waktu menunjukkan pukul 07:00.

Tiba-tiba tengkuk seolah di tiup dari belakang.

Di balik jendela seolah ada yang memperhatikan.

Hi ... hi ... hi.

Tiba-tiba terdengar suara tertawa cekikikan. Aku sedikit terperanjat mendengarnya, namun aku pura-pura tidak mendengar suara-suara itu.

Tapi seakan sengaja untuk terus menakuti, dan berani menampakkan wujudnya, berdiri di dekat nakas di sudut ruangan.

Wajah yang hancur, bola mata menggantung dengan darah meleleh dari luka-luka diwajahnya disertai bau busuk yang menyengat teramat sangat.

Tatapan bola mata yang tidak pada tempatnya seolah sedang mengintimidasiku, namun aku tak peduli karena aku tidak mengusiknya.

Namun ...

Semakin aku tak peduli, semakin berani mencoba mengusikku.

Aku pun tak tinggal diam, aku berdzikir dalam hati, menyebut Asma Allah dan surah pengusir mahluk-mahluk jahat.

Bola mata tersebut tiba-tiba lepas, menyala Semerah saga dan meneteskan darah hitam berbau sangat bvsvk mendekati aku.

Tak ada pilihan lain, akupun terus membaca doa dan dzikir yang tiada henti, aku tetap tak bergeming di tempatku duduk.

Akhirnya mahluk si*l*n itu pun kabur, sambil tertawa melengking memekakkan gendang telinga.

Aroma bvsvk yang memenuhi ruangan serta merta menghilang seiring kepergian mahluk tersebut. Hatiku menjadi lega.

"Alhamdulillah," ujarku sambil mengusap wajahku tiga kali.

Bersambung

Ternyata di mana-mana tempat angker selalu ada.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 05

    05. Mahluk LainAda Ruang Tak Kasat Mata Di Kontrakan.Penulis:Lusia SudartiPart 05***Aku merubah posisi duduk menyamping dan membuang pandangan keluar. Agar tak melihat hal-hal yang membuat hatiku panas. Rupanya ia sadar akan perubahan sikapku. Lalu dengan sigap di rangkulnya pundakku. Aku menghindar dan kuturunkan tangannya. Suami pun terkejut melihat sikapku yang acuh bahkan menolak pelukannya.Akhirnya ia pun mengalah, lalu mengusap rambutku, namun aku tak peduli.Sedang wanita cantik yang duduk di depanku hanya tersenyum simpul.Suamiku Mas Ardian hanya diam tanpa bereaksi apapun.Sekitar beberapa menit kemudian elf memasuki daerah Cirebon, setelah melewati Plered, lalu sampailah kami di daerah Kedawung."Kiri Pak," kata suamiku saat sudah sampai di gang menuju kontrakan.Lalu sopir pun menghentikan elf di depan gang.Setelah membayar sejumlah ongkos, suami menggamit jemariku, melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan bermotor.Jalan gang begitu lengang, ada bangu

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 04

    04. Mahluk LainTerdengar Suara Aneh Dari Bilik Sebelah.Penulis: Lusia SudartiPart 04***Akhirnya Mahluk si*l*n itu pun kabur, sambil tertawa melengking memekakkan gendang telinga."Alhamdulillah," ujarku sambil mengusap wajahku tiga kali.Aku pun merebahkan diri karena kelelahan. Dari bilik sebelah terdengar suara berisik dan samar-samar terdengar suara-suara aneh. Karena penasaran, aku pun mendekatkan telinga ke bilik yang terbuat dari bambu. Aahh huh, plok, plok, plok ...!Karena penasaran aku mempertajam pendengaranku, menempelkan kembali telingaku ke bilik bambu.Namun, aku masih tak mengerti dengan suara aneh di dalamnya."Duh suara itu kok aneh banget ya? Suara laki-laki dan perempuan. Tapi kok dingin-dingin begini suara orang pake kipas bambu! Aneh ...," gumamku, sambil menerka suara aneh tersebut."Ah masa bodoh lah!"Dari pada pusing mikir apa yang terjadi di bilik sebelah, aku pun kembali membaringkan tubuh yang serasa remuk."Vin, Vina!" Baru saja aku memejamkan kedua

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 03

    03. Mahluk LainPenampakan Di Penginapan.Penulis: Lusia SudartiPart 03***Di dekat taman yang ada pohon besar seukuran pelukan orang dewasa, ada seseorang yang duduk bersimpuh, memeluk lutut dan wajahnya tertutup rambut panjang tergerai hingga menyentuh tanah.Karena waktu istirahat masih ada, aku gunakan untuk sekedar jalan-jalan di area taman, untuk merenggangkan otot kaki.Oleh terdorong rasa penasaran, kuhampiri perempuan yang duduk bersimpuh dibawah pohon tersebut."Mbak, Mbak kenapa? kok dari tadi saya lihat Mbak di sini ...?" tanyaku dengan ramah sembari menatapnya. Tetapi setelah beberapa kali aku bertanya, tetap tak ada jawaban dan tak berubah posisi duduknya.Hatiku mulai curiga! Seperti ada yang tidak beres, tiba-tiba bulu kudukku meremang.Aku pun bergegas pergi tanpa pamit.Setelah menjauh aku memberanikan untuk menoleh ke bawah pohon dimana wanita tersebut berada. Namun, alangkah terkejutnya aku disaat melihat kearah pohon tak ada siapapun. Aku mengedarkan pandangan

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 02

    02. Mahluk LainMelati Terus Mengikutiku.Penulis : Lusia Sudarti Part 02**Huufffttt ...!Aku menarik nafas dan kuhempaskan nafas dengan sedikit kasar.'Kenapa sih kamu keras k3pala?" ketusku dalam hati.Aku melihat Melati seolah mempunyai beban di semasa hidupnya. Biarlah itu menjadi urusannya.'Baiklah Melati, akan kucari tau nanti," l1rihku.✨✨✨✨✨✨Suamiku, Ardian Prasetya, lelaki yang baru setahun lalu kukenal, lalu melamarku.Di hadapan kedua orang tuaku berjanji akan menyayangiku, melindungiku sampai akhir hayat.Dan sebulan kemudian kami resmi menjadi Suami Istri.Kini usia pernikahan kami pun genap setahun, namun belum juga di karuniai momongan.Kami pun tak mempermasalahkannya.Semua itu kehendak yang di atas.Dari dalam kafe kulihat suamiku, Mas Ardian kerepotan membawa dua buah cup teh hangat, dan dua buah pop mie yang telah diseduh.Senyum mengembang di bibirnya, saat kedua mata kami saling bertemu."Hai yank, maaf lama menunggu!" ujarnya sambil tersenyum. "Enggak pa-pa

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 1

    01. Mahluk LainMerantau Penulis : Lusia Sudarti Part 01"Yank lama ya perjalanan dari Sumatera ke Jawa?" tanyaku penasaran. Karena aku tak pernah pergi jauh dari kampungku."Nggak kok yank, cuma dua hari satu malam," jawab suami sambil mengukir senyum."Aa-paa, cuma dua hari satu malam?" jawabku dengan rasa tak percaya.Suamiku hanya tersenyum mendengar kata 'tidak' percayaku."Cuma kok dua hari satu malam sih yank?" sungutku sambil cemberut."Uuhh jadi gemeees deh sama Istriku yang cantik ini," goda Suamiku, sembari mencivm keningku."Ihh malu tau, kan banyak penumpang," protesku seraya menoleh kiri dan belakang."Biarin aja, toh mereka juga enggak lihat," ucapnya.Seumur-umur memang aku baru pertama kalinya pergi jauh, bahkan sampai antar pulau seperti saat ini.Maklumlah, aku memang berasal dari keluarga yang kurang mampu.Jangankan untuk jalan-jalan atau sekedar beli pakaian, untuk makan pun pas-pasan.Aku dua bersaudara, satu lagi Kakak laki-lakiku yang kini telah berumah tang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status