Masuk03. Mahluk Lain
Penampakan Di Penginapan. Penulis: Lusia Sudarti Part 03 *** Di dekat taman yang ada pohon besar seukuran pelukan orang dewasa, ada seseorang yang duduk bersimpuh, memeluk lutut dan wajahnya tertutup rambut panjang tergerai hingga menyentuh tanah. Karena waktu istirahat masih ada, aku gunakan untuk sekedar jalan-jalan di area taman, untuk merenggangkan otot kaki. Oleh terdorong rasa penasaran, kuhampiri perempuan yang duduk bersimpuh dibawah pohon tersebut. "Mbak, Mbak kenapa? kok dari tadi saya lihat Mbak di sini ...?" tanyaku dengan ramah sembari menatapnya. Tetapi setelah beberapa kali aku bertanya, tetap tak ada jawaban dan tak berubah posisi duduknya. Hatiku mulai curiga! Seperti ada yang tidak beres, tiba-tiba bulu kudukku meremang. Aku pun bergegas pergi tanpa pamit. Setelah menjauh aku memberanikan untuk menoleh ke bawah pohon dimana wanita tersebut berada. Namun, alangkah terkejutnya aku disaat melihat kearah pohon tak ada siapapun. Aku mengedarkan pandangan ke berbagai arah, namun keberadaan sosok tersebut tidak tampak dimana-mana. "Astagfirrullah, kemana wanita tadi?" gumamku pelan sembari mencari sosok yang kulihat tadi. Disaat kebingungan mencari keberadaannya, Dari atas pohon terlihat sesosok Nyai Kunti duduk di cabang pohon dan mengayunkan kedua kakinya yang tertutup gaun yang dipakainya. Yang membuatku bergidik, rambutnya melambai-lambai mengikuti gerakan tubuhnya. "Duh Gusti, ternyata bukan manusia," lir1hku dalam hati. Tergesa-gesa aku menghampiri suamiku, disaat aku menyadari ada sebuah kejanggalan dengan apa yang aku alami. Aku baru menyadari jika tempat tersebut adalah tempat yang begitu angker. Namun tidak sembarang orang yang bisa melihatnya. "Yank, kenapa kok tergesa-gesa? Ada apa sih yank?" tanyanya heran, sembari menautkan kening. "Heeemm biasa yank. Ada mahluk kesiangan," selorohku, sambil tersenyum. "Ya udah biarin aja." "Mbak, minta bonnya!" panggil Suami kepada pelayan. "Ini, A, Rp 80.000," aku ambil selembar 100.000. "Ambil aja kembalian," ucap suamiku. Kedua netra pelayan terbelalak, melihat dan mendapat tips dariku dan suami. "Haturnuhun teh!" ucapnya sambil membungkuk! "Sama-sama Mbak," jawabku sambil tersenyum. "Ayoo yank, naik bus sudah habis waktu istirahat, kami berjalan sambil bergandengan tangan. Akhirnya bus berjalan menyusuri tol yang akan membawa kami ke Bandung. Banyak sekali penampakan di sepanjang jalan tol yang kami lalui. Terutama di jembabatan-jembatan tol. Wajah dan tubuh mereka sangat menyeramkan! Wajah dan tubuh yang rusak, hancur, dan melepuh. Tangisan Anak-anak yang masih sangat bayi memenuhi indera pendengaranku, namun semua itu tak aku hiraukan. Tempat mereka berbeda denganku. Aku tak kuasa melihat mereka, ada rasa iba dan ngeri yang diam-diam menyelinap dalam hatiku. Maka aku berdzikir dalam hati agar arwah mereka merasa sedikit tenang, hanya itu yang bisa aku lakukan. Di genggamnya dengan erat jemariku, untuk memberi kekuatan agar aku tidak merasa takut, meskipun beliau tahu bahwa aku tak mempunyai rasa takut terhadap mahluk yang suka menampakkan diri. Akhirnya kami tiba di Garasi Gede Bage dan mencari angkot ke Jatinangor ... Setelah itu baru naik elf tujuan Cirebon, sesuai rencana awal. Perjalanan ke Cirebon hampir dua jam, macet sana-sini. Aku merasa sedikit jenuh dalam perjalanan yang tidak mulus seperti ini. Tidak berapa lama setelah kemacetan sedikit teratasi, kami pun sampai ke warung langganan suami, di tempat Mama angkat suamiku. "Assalamualaikum, punten, Mi, Mi," pada suamiku. "Waalaikumsalam." Dari dalam warung muncul sosok wanita paruh baya dengan dandanan cetar membahana. "Eh Gusti ... ternyata si Aa? Sehat A ...?" jawab Mi setelah melihat kedatangan kami. "Alhamdulillah Mi, sehat-sehat," jawab suami sembari tersenyum. "Ini siapa A?" tanya si Mi sambil melihat kearahku. "Ini Istri saya Mi," jawab suamiku lagi. "Oh gitu! Cantik sekali," jawabnya sambil tersenyum, aku pun memperkenalkan diri. "Vina Mi," sapaku sambil mengulurkan tanganku, kemudian disambut oleh si Mi dengan ramah. "Ayo duduk Neng, A!" " Terima kasih Mi," jawab suamiku. "Mi, saya mau cari kontrakan dekat tempat kerja." Suami bercerita kepada Ibu angkatnya, karena mau menitipkan aku di rumahnya sebentar selama ia mencari kontrakan. "Neng disini aja, capek ikut Mas ya?" kata suamiku. "Iya Neng. Disini aja sama Mama," sahutnya seraya menatapku. "Terima kasih Mi," jawab suamiku. "Ayo bawa masuk itu tas pakaiannya, Neng!" titah mama angkat kepadaku. "Ayo yank masuk dulu," ajak suamiku. Lalu kami masuk kedalam kamar yang telah rapi. Kemudian membersihkan tubuh yang terasa lengket. Habis membersihkan tubuh, kami memesan makanan di warung. "Yank ...?" panggilku. "Heem." "Kok rasa masakannya kebanyakan manis ya? Aku kurang suka masakan manis," celetukku sembari menyuapkan nasi. "Iya yank. Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini warung terdekat, nanti kita cari warung nasi Padang ya?" ujarnya kepadaku. Aku mengangguk setuju. "Iya yank." Kami makan dengan cepat, setelah beristirahat Mas Ardian bersiap untuk berangkat. "Mas berangkat dulu ya? jaga diri dan hati-hati. Kalo butuh sesuatu, bilang sama Mi, jangan keluar atau terlalu lama diluar, kalo suamimu ini belum pulang ya Sayang?" imbuhnya lagi, mewanti-wanti karena daerah ini enggak aman dari laki-laki fredator. "Iya yank," jawabku. Aku meraih pungung tangannya, untuk kucium takzim, lalu keningku pun dikecupnya. "Hati-hati yank," bisiknya. "Jangan lama yank?" balasku. Ia mengangguk lalu melangkah keluar. "Mi ... titip Neng ya?" Pamit suami. "Iya A," jawab Mi. Aku merebahkan tubuh yang begitu lelah, dua hari perjalanan dari Sumatera, cukup membuat otot terasa sakit dan ngilu. Sudah hampir dua jam, suami belum pulang. Waktu menunjukkan pukul 07:00. Tiba-tiba tengkuk seolah di tiup dari belakang. Di balik jendela seolah ada yang memperhatikan. Hi ... hi ... hi. Tiba-tiba terdengar suara tertawa cekikikan. Aku sedikit terperanjat mendengarnya, namun aku pura-pura tidak mendengar suara-suara itu. Tapi seakan sengaja untuk terus menakuti, dan berani menampakkan wujudnya, berdiri di dekat nakas di sudut ruangan. Wajah yang hancur, bola mata menggantung dengan darah meleleh dari luka-luka diwajahnya disertai bau busuk yang menyengat teramat sangat. Tatapan bola mata yang tidak pada tempatnya seolah sedang mengintimidasiku, namun aku tak peduli karena aku tidak mengusiknya. Namun ... Semakin aku tak peduli, semakin berani mencoba mengusikku. Aku pun tak tinggal diam, aku berdzikir dalam hati, menyebut Asma Allah dan surah pengusir mahluk-mahluk jahat. Bola mata tersebut tiba-tiba lepas, menyala Semerah saga dan meneteskan darah hitam berbau sangat bvsvk mendekati aku. Tak ada pilihan lain, akupun terus membaca doa dan dzikir yang tiada henti, aku tetap tak bergeming di tempatku duduk. Akhirnya mahluk si*l*n itu pun kabur, sambil tertawa melengking memekakkan gendang telinga. Aroma bvsvk yang memenuhi ruangan serta merta menghilang seiring kepergian mahluk tersebut. Hatiku menjadi lega. "Alhamdulillah," ujarku sambil mengusap wajahku tiga kali. Bersambung Ternyata di mana-mana tempat angker selalu ada.17. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku) Beristirahat Di Warung. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Yank ... yank!" Aku membuka mata perlahan dan memindai pandanganku ... ternyata ...! ========= "Mimpi apa yank? Kok sampai senyum-senyum begitu?" tanya Mas Ardian kepadaku. Aku menatapnya tak percaya. "Benarkah, yank?" "Iya, betul yank! Mas sampai bingung melihatnya," Aku menatap keluar mobil, hari mulai senja. Lampu-lampu penerangan di pinggir jalan telah menyala. "Sudah hampir magrib ya yank?" tanyaku sambil menatap sunset yang menghiasi langit di ufuk barat dengan indahnya. "Iya, Sayang! Makanya, Mas bangunin ... karena akan memasuki magrib," jawabnya sambil tetap fokus di jalan. Aku hanya mengangguk dan memperhatikan jalan raya yang padat merayap. "Nanti sebelum alas Roban kita istirahat dulu di warung yank," ujarnya. Aku menoleh dan mengangguk. "Iya yank." "Yank ...," panggilnya kepadaku. "Iya, yank!" jawabku. Aku menoleh dan menatapnya. "Sudah lapar belum?" tanyany
16. Makhluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Melati Menitipkan Sebuah Nama, Untuk Calon Anakku.Penulis : Lusia SudartiPart 16Aku terperanjat ketika daun pintu toilet tertutup dengan kuat.============Aku terpaksa mengurungkan niatku untuk segera keluar dari kamar mandi, karena tiba-tiba daun pintu tertutup dengan sendirinya."Hahaha ... Vina! Kemarilah. Aku menginginkan calon bayi dalam kandunganm!"Aku terkejut mendengar suara tanpa wujud. Dengan segenap keberanian dan keyakinan, aku menyapu setiap sudut kamar mandi dengan pandanganku. Dari sudut toilet, aku melihat asap tipis bergulung dan ..."Sosok bayangan yang semula mengganggu, kini menampakkan diri. Asap putih perlahan menjelma menjadi sosok manusia setengah ular. Tubuh manusia dengan kepala ular, bertahta mahkota berkilau.Mahluk itu menyeringai sambil menatapku. Lidahnya menjulur dan bercabang. Serta meneteskan lendir menjijikan. "Wahai manusia, besar juga keberanianmu!" Aku sedikit bergidik melihat pemandangan yang terpa
15. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku)Pom Bensin Terbengkalai.Penulis : Lusia SudartiPart 15"Berdoalah, sementara aku akan membantu kalian semampuku," sambung Melati."Terima kasih Melati," ujarku. Lalu sosoknya menghilang dari pandanganku.===========Aku tergagap lalu terjaga dari tidurku.Suamiku masih fokus mengemudi, maklum jalan masih padat merayap. Jalan penghubung antar provinsi."Hei, sudah bangun yank?" tanyanya sambil menoleh sejenak ke arahku."Iya yank," jawabku sembari berpindah tempat ke kursi sebelah kiri."Kira-kira jam berapa kita sampai Semarang yank?" tanyaku tanpa menoleh kepadanya."Kalau enggak ada halangan besok pukul delapan pagi kita sampai yank."Aku manggut-manggut. "Mendungnya gelap banget yank!" ujarku.Suami mendongakkan wajah keluar jendela."Iya yank, jika ada tempat yang aman kita istirahat dulu ya?" pintaku."Iya kita cari pom bensin nanti." Setelah berkendara di dalam guyuran hujan lebat akhirnya kami menemukan sebuah pom bensin yang terbengk
Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Mahluk Jahat Mengikuti AkuPenulis : Lusia SudartiPart 14Selang beberapa menit, Suamiku masuk ke mobil kembali, ia menyalakan mobil dan memanasinya sejenak. Mang Adek pun demikian, mobilnya melaju perlahan dan di susul Suamiku.Mobil membelah jalan raya, kami memasuki daerah Tegal. Itu artinya masih jauh untuk tiba di Semarang.Entah sudah melewati berapa kota, aku juga tak tahu, karena terlalu mengantuk aku melewatkan beberapa moment di perjalanan.Aku termenung sembari menikmati hentakan dalam mobil yang di kemudikan Suami."Yank, ini yang namanya alas roban," ucapan suamiku membuyarkan lamunan. Aku mengedarkan pandangan ke luar, mengamati jalan yang berliku dengan hutan yang rimbun di kanan kiri jalan, dan jembatan panjang. Dari sisi kanan kiri jalan terdapat orang-orang yang membawa sapu lidi seolah hendak menyapu. "Yank, ambil beberapa keping uang logam dan lemparkan ke sisi jalan." titah suamiku.Aku segera melaksanakan perintah suamiku. Dan
13. Mahluk LainPerjalanan Ke SemarangPenulis : Lusia SudartiPart 13"Bu, berapa semua?" tanya suamiku sembari mengabiskan sisa jus, pun dengan aku. Ibu warteg menghitung semua. "Tiga puluh lima semuanya Mas," jawabnya sembari memberikan bon dan segera di bayar oleh suami. Kami lalu pamit kepada Hendra dan istrinya.Malam ini kami melakukan perjalanan ke Semarang melalui jalan alternatif untuk sampai ke jalan raya."Yank," panggilku."Hemm," jawabnya sambil masih fokus di jalan yang masih padat merayap. Maklum jalan penghubung antar Provinsi.Setelah mengambil kartu, ia menatapku."Apa yank?" tanyanya menoleh kearahku, lalu fokus lagi."Jauh ya Semarang?" tanyaku, aku menghirup udara sejuk di malam hari pandangan aku edarkan di sisi jalan yang remang-remang. Dari kejauhan kerlap kerlip cahaya dari gedung-gedung di tengah kota."Lumayan yank?" jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.💐💐💐💐Malam semakin larut, aku terlelap saat suami memarkirkan mobil di depan warung."Udah sampa
12. Mahluk LainBongkar Ke Semarang.Penulis : Lusia SudartiPart 12Setelah selesai mencuci dan mandi, suami mengajak aku ke warung Heri, di sisi keluar pom."Ri, kopi sama mie kuah dua ya?" kata suamiku."Iya A."Kami duduk di bale bambu sambil mencharger ponsel, sekalian menanti informasi muat.***Ting!Suara notif dari benda pintar yang sedang aku charger. Segera ku-raih untuk memeriksa notif pesan yang baru saja masuk."Yank, nih ada info muat!"Aku memberikan gawai kepada suamiku yang sedang berbaring di sisiku. Sementara pesanan belum di antar."Ya udah kita makan mie sama ngopi dulu yank, baru kita berangkat. Tempat bongkar kita jauh yank!" ujarnya memberitahu aku, tanpa melihatku karena masih fokus ke layar ponsel."Kemana yank bongkarnya?" tanyaku menatap lekat kearahnya karena penasaran."Ke Semarang yank," jawabnya masih fokus ke layar.Aku terbelalak kaget. "Yang bener yank?" kataku tak percaya.Aku belum yakin, ia memberikan ponsel kepadaku. Aku membuka info dari perusa







