Hari itu mereka pergi ke Pulau Brillin. Ya, hanya mereka bertiga. Entah kenapa Jacob tidak membawa maid lainnya selain Ara padahal tahun-tahun sebelumnya Jacob selalu membawa tiga atau empat maid untuk ikut bersama dengannya. Ada apa dengan Tuan Jacob?
Ara bertugas mendorong kursi roda Albert. Sesekali Ara melirik Jacob yang sedari tadi diam dan sibuk.Ketiganya pergi ke Pulau Brillin dengan menggunakan helikopter pribadi milik Jacob. Selama dalam perjalanan Jacob bersikap dingin pada Ara. Pria itu lebih memilih sibuk dengan laptopnya dari pada mengajak Ara atau Albert ngobrol. Sepatah kata pun tidak sama sekali, hal itu membuat Ara tambah kesal. Sebab sikap Jacob terlihat sangat kaku dan membuat Ara tidak nyaman, terlebih lagi dia harus menahan rasa rindu terhadap tuannya itu.Sampailah di Pulau Brillin. Di pulau ini ternyata Jacob mempunyai vila yang begitu besar dan mewah serta terletak di pinggir pantai. Pemandangan di Pulau Brillin sangat indah membuaAktivitas yang dilakukan Jacob pada malam itu adalah membuat Ara merasa nyaman dan tenang. Ara dibuat hanyut akan kenikmatan yang diciptakan oleh Jacob. Pria itu mencumbu Ara dari ujung rambut sampai ujung kaki berapa dia sangat mencinta. Tak hanya itu saja Ara juga memanjakan Jacob dengan mencium dada bidangnya sampai turun ke bawah dan mengulumnya. Hal itu membuat Jacob merasakan kenikmatan yang tiada tara. Setelah merasakan pemanasan sudah cukup, Jacob melakukan penetrasi pertamanya. Karena itu adalah kali pertama pengalaman Ara dan membuat Ara menggigit bibir bawahnya karena menahan rasa sakit. Ara sedikit menjerit karena masuknya adalah pertama kali untuknya, karena ciuman yang diberikan oleh Jacob begitu mematikan hingga membuat Ara tenang. Jacob meremas gumpalan daging lembut yang kenyal dan padat itu. Jacob menciumnya dengan lembut membuat Ara semakin terlena. Sensasi bercinta yang begitu nikmat dirasakan oleh k
Mendengar pernyataan Jacob, Ara terkejut. Terlebih lagi Jacob seperti tidak begitu bisa meyakinkan Ara. Terlihat dari wajah Jacob yang penuh keraguan tapi Jacob begitu yakin jika Ara tidak akan hamil. Tentu saja bagi Ara yang baru pertama kali melakukannya menjadi takut. "Kenapa kau bicara begitu? Bahkan semalam kau tidak memakai pengaman dan kau melakukannya berkali-kali. Aku pun sedang dalam masa subur." Jacob kehabisan kata-kata, dia menatap Ara. "Pokoknya kau tidak akan hamil, tapi aku pasti akan menikahi mu," lanjut Jacob. Ara begitu yakin dengan kalimat yang dilontarkan oleh Jacob hingga membuat Ara mengizinkan Jacob untuk melakukannya sekali lagi. Mereka berdua sedang di mabuk cinta. Dibutakan oleh cinta hingga tidak peduli jika pagi sudah berganti dengan siang. Hal itu pun berlanjut saat mandi bersama. Ara dan Jacob melakukannya lagi di kamar mandi, entah yang ke berapa kali. *** Siang itu tampak Ara
"Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di sini?" ujar Jacob yang berdiri di ambang pintu karena melihat mereka berkerubung di kamar putranya. Kedua pengurus vila dan Ara serentak membalikkan badannya. Mereka terkejut saat mendapatkan Jacob telah berdiri di ambang pintu. Terlihat ada kecemasan di wajah Jacob. Pria itu mengira jika terjadi sesuatu pada Albert, putranya. "Ayah ...." Saat suara itu terdengar, dua pengurus vila bergeser dan nampak lah Albert yang sedang duduk di kursi roda. Jacob mendekati bocah itu. "Aku baik-baik saja, ayah. Ibu selalu merawat ku dengan baik," lanjutnya. "Hah? Ibu?" Jacob mengusap rambut Albert sambil melirik pada Ara yang berdiri di belakang kursi roda. "Iya--ibu. Ibu yang merawat ku dan sekarang aku ingin mengajak ibu jalan-jalan keliling vila. Boleh kan, ayah?" kata Albert sambil mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Ara. Jacob menarik napas panjang. "Boleh. Ayah juga aka
Satu hari telah berlalu. Jacob hanya merencanakan tiga hari berada di Pulau Brillin. Berada di Pulau Brillin adalah hadiah untuk ulang tahun Albert. Selain itu selama di Pulau Brillin adalah waktu berharga untuk Jacob dan Ara di fase hubungan mereka yang semakin dekat. Jacob dan Ara telah memantapkan hubungan mereka. Mereka menghabiskan waktu di Pulau Brillin layaknya keluarga yang utuh. Berjalan-jalan di pantai, terkadang mereka melakukan makan malam di luar tepatnya di dekat taman. Mereka memanggang beberapa daging dan mengajak para pengurus vila tinggal di dalam vila. Beberapa pengurus vila yang rumahnya dekat bisa langsung pulang saat pekerjaannya sudah selesai, tapi bagi pengurus vila yang rumahnya jauh, mereka mendapat mandat untuk tinggal dan tidur di vila. Mereka pun mendapatkan fasilitas tersendiri yang diberikan oleh Jacob. Jacob menyuruh mereka untuk tinggal di vila agar vila terlihat berpenghuni dan tidak terlihat horor. Namun, dibalik itu
Pagi harinya sebelum kembali pulang ke Blackfort, Ara sempat menghampiri Jacob yang tengah duduk minum kopi di balkon. Setelah sebelumnya Ara mengurus Albert. "Tuan, boleh aku bertanya sesuatu?" Jacob menoleh menatap Ara dan meletakkan cangkir kopinya di atas nakas. "Apa? Mau tanya apa?" "Hmm ... ini soal Albert. Sebenarnya Albert itu sakit apa? Apa benar Albert anak pungut?" cerca Ara pada tuannya. Jacob menurunkan pandangannya dan menatap cangkir kopi. Pria itu menarik napas sesak di dadanya, lalu menatap jauh ke hamparan pantai di depan sana. "Albert menderita Leukimia sejak kecil dan benar sekali dia bukan anak kandungku." "Leukimia? Bukankah itu kanker yang mematikan." Jacob kembali menarik napas. "Memang mengerikan jika memikirkan nasibnya dikemudian hari. Aku menemukan Albert di tong sampah saat masih bayi. Begitu tega orang tuanya membuang Albert yang saat itu masih mungil," ungkap Jacob dengan nada berat menandakan pedih di hatinya. "Begitu malang nasibnya, bah
Mendengar penuturan dari sang dokter, kaki Ara mendadak lemas. Ara seperti tidak bisa menopang dirinya sendiri untuk berdiri. Ara tak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah ruah. Wanita itu berjalan pelan keluar dari ruangan dengan dada yang terasa sesak untuk bernapas. Ara sungguh tidak percaya jika secepat ini dia akan berpisah dengan Albert. Tidak lama sosok Jacob tiba dan mendekati Ara. Melihat ekspresi Ara tentunya Jacob sudah paham dengan situasi itu karena sebelum Ara, Jacob lah yang selalu menemani Albert jika bocah laki-laki itu harus rawat inap di rumah sakit. Jacob memeluk Ara dan membiarkan Ara menangis di pelukannya. "Kenapa harus dia, tuan? Hiks ...." "Ara, kita hanya manusia dan tidak tahu apa rencana Tuhan. Apapun yang terjadi kita harus kuat dan ikhlas menerimanya," jelas Jacob. Pria itu terlihat tegar dan tenang walaupun sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama seperti Ara. Bagaimana tidak, Jacob lah yang membawa Albert pulang dan menganggap dia seperti
Aksi yang tidak senonoh dan tidak patuh untuk dilihat oleh Jacob. Bahkan mereka berdua lupa mengunci kamarnya. Jacob berdiri di ambang pintu menyaksikan istrinya berhubungan badan dengan pria lain. "Ja-Jacob? Katanya malam ini ingin menginap di rumah sakit, tapi kenapa pulang?" kata Mandy panik. Jacob tersenyum saat melihat ekspresi sang istri yang panik setelah mereka berdua baru saja menyelesaikan aksi panas. Jacob langsung memberi tepuk tangan pada mereka berdua. "Sa-sayang, aku hanya main-main dan tidak serius," ujar Mandy sambil mendorong tubuh Mike dan memberi isyarat pada Mike agar segera pergi. Tak ingin memperkeruh suasana, Mike langsung pergi dari sana tanpa dihalangi oleh Jacob sedikit pun. Jacob terlihat tenang seolah bukan pertama kalinya dia melihat hal itu. Justru sikap Jacob yang acuh tak acuh membuat Mandy menjadi bingung. "Kau tidak marah?" "Untuk apa aku marah
Ara terkejut saat handuk yang menutupi tubuhnya ditarik paksa oleh Jacob. Hal itu membuat tubuh Ara terlihat sepenuhnya. Ara sempat menyadarkannya dengan membawa nama Albert yang sedang sekarat di rumah sakit, tapi justru Jacob tidak peduli dengan alasan yang diberikan oleh Ara. Jacob yang sudah murka atas kemarahannya pada Mandy melampiaskan kemarahannya pada Ara. Malam itu Jacob menggauli tubuh Ara dengan kasar dan brutal.Hal itu membuat Ara sakit hati karena Jacob tak segan-segan bermain kasar dan memukulnya serta menarik rambut Ara dengan kasar layaknya seorang jalang yang dibayar untuk memuaskannya.Ara tidak mampu menahan atau meredakan amarah Jacob dan Jacob tidak bisa terima karena Mandy telah mengejeknya. Hal itu membuat Jacob secara tidak sadar telah melukai hati Ara.Delapan tahun menikah dengan Mandy. Mereka tidak mendapatkan keturunan bahkan Mandy tidak pernah hamil sama sekali. Mengingat kata hamil adalah hal yang sangat diharapkan oleh kedu
Wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat. Dia berusaha menjauhi dari sana. Dari tempat arah pintu kayu tersebut tampak debu halus berjatuhan seperti di atas sana ada orang yang berjalan.Memang di atas sana ada dua orang yang sedang berjalan mondar-mandir seperti sedang mencari seseorang dan itupun terdengar dari bawah sana."Bagaimana? Ada?" "Tidak ada!""Tapi di sini ada jejak kaki. Mungkin dia pernah datang kemari, tapi setelah itu dia pergi,""Kita pergi dari sini. Kita bisa cari ke tempat lainnya."Setelah beberapa menit. Suasana kembali hening. Nyonya Merry dengan susah payah menenangkan kegalauan hatinya. "Siapa mereka? Apakah mereka anak buah Jacob? Ah——tidak mungkin. Anak buah Jacob tidak tahu tempat ini atau———" Nyonya Merry menggantungkan kalimatnya. Dia tidak percaya jika anak buahnya berkhianat. "Yang mengetahui tempat ini hanyalah dia, tapi dia pun tidak tahu jika di sini ada ruang rahasia."Nyonya Merry bangun dan melangkah pelan ke sebuah sofa. Rasa mabuknya mendad
Jacob dibuat terkejut dengan suara itu. Dia panik dan berlari keluar. Saat hendak membuka pintu, pintu itu sudah terbuka duluan dan para dokter masuk ke dalam."Dok, putraku kenapa?" tanya Jacob khawatir."Lebih baik Tuan Jacob menunggu di luar saja. Kami akan memeriksa pasien." Sang dokter meminta Jacob untuk keluar, tapi Jacob kekeh ingin tetap di sana. Terjadilah keributan di ruangan itu yang memancing Jaden untuk bergerak mendekati. Bocah tampan itu melangkah masuk melewati keributan antara dokter dengan ayahnya. Dia melangkah sambil memperhatikan ketika orang yang tengah sibuk menarik satu dengan yang lainnya. Ada beberapa perawat yang berdiri di samping kanan dan kiri sisi Harry serta seorang dokter yang menekan-nekan dadanya. Jaden melihat semua aktivitas mereka tanpa berkedip sedikit pun.Jaden terus melangkah mendekati ranjang yang di mana di sana tergeletak tubuh lemas dan dalam keadaan kritis. Tidak ada yang menghalangi Jaden untuk menuju ke arah sana. Dia terus melangkah
Bawahan Jacob yang merupakan tangan kanannya itu mengerahkan semua anak buahnya. Mereka semua menyebar ke seluruh pelosok kota Blackfort. Jacob meminta semuanya untuk menelitik setiap pojok kota. Saat dia kembali ke meja makannya untuk melihat semuanya makan, terutama asupan gizi sang putra. Jacob sendiri memesan burger untuk mengganjal perutnya.Mereka berempat masih berada di rumah sakit. Menunggu kabar baik.Kurang lebih 30 menit berlalu, mereka kembali ke ruang di mana Harry masih dalam penanganan serius. Saat mereka menunggu dengan hati gundah gelisah, tiba-tiba seorang dokter menghampiri Jacob."Tuan, bisa ikut saya sebentar. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan," ajaknya.Jacob pun mengikuti dokter itu masuk ke dalam sebuah ruangan. Dia duduk di depan sang dokter."Bagaimana, dok?" tanya Jacob yang begitu penasaran."Tuan Jacob, setelah kami teliti ternyata racun itu adalah racun serangga," jelasnya."Racun serangga?" Jacob mengerutkan alisnya. Telinga Jacob seperti famil
Pria itu terlihat sedang menghubungi seseorang. Dia sibuk berbicara seperti sedang menjelaskan sesuatu. Beberapa menit setelah memasukkan ponselnya ke saku, Jacob keluar dari kamarnya dan melangkah mendekati Faye yang tengah menyapu lantai kamar Harry."Kau!" panggil Jacob. Faye menoleh dan menganggukkan kepalanya. Lantas segera berlari mendekati sang tuan."Iya, tuan," balasnya."Selesai membereskan kamar Harry, bereskan juga kamarku. Kau bisa ajak beberapa maid lagi untuk membantu," pinta Jacob. Faye menganggukkan kepala dan mundur beberapa langkah saat Jacob berlalu dari sana.Jacob menuruni anak tangga dan dia sudah melihat dua orang sedang menunggunya di ruang depan. Jacob menghampiri mereka berdua. Kedua orang itu tidak lain adalah pengawal kepercayaan Jacob spek Intel."Kalian pahan kan tugas kalian kali ini. Jika dia hidup, bawa langsung ke hadapanku, tapi jika dia mati konfirmasi padaku dan aku akan ke lokasi," perintah Jacob."Saya rasa itu mungkin akan sangat berbahaya, tu
Tiba-tiba Harry melotot dan kejang-kejang, lalu tubuhnya ambruk ke lantai disertai keluarnya busa dari dalam mulutnya. Jaden yang melihat hanya berdiri dan dipeluk oleh Faye agar tidak melihat kejadian itu. Namun, karena rasa penasaran dalam diri Jaden. Bocah itu tetap mencari celah untuk melihat apa yang tengah terjadi pada Harry.Liz dan Nat menjadi panik dan bingung serta berteriak keras. Beruntung siang itu saat kejadian Jacob sudah sampai di rumah. Saat keluar dari dalam mobil, Jacob yang mendengar teriakan histeris langsung berlari masuk ke dalam rumah.Kejang-kejang yang dialami oleh semakin hebat serta busa yang keluar dari mulutnya semakin banyak. Hal itu pun membuat Jaden menangis karena ketakutan. Terlebih lagi para maid yang berusaha untuk menolong Harry.Sampai di sana Jacob terperanjat melihat tragedi di dalam kamar itu. Dia pun tanpa basa-basi mendekati Harry dan menggendongnya.Tangisan Jaden, teriakan para maid yang memanggil tuan muda--tuan muda membuat gempar seisi
Jacob keluar dari kamarnya dan melihat pintu kamar Jaden terbuka. Lantas pria itu masuk ke dalam kamar Jaden dan mendapatkan dua bocah berada di sana. Saat Harry melihat Jacob masuk, bocah itu berlari dan memeluknya.Harry terlihat sangat manja pada Jacob. "Ayah, aku ingin ibu. Jaden bilang jika dia punya seorang ibu yang sangat baik dan perhatian," rengek Harry sambil menunjuk Jaden yang duduk bersila di atas ranjangnya. Jaden memasang muka datar pada Jacob saat Jacob menatap Jaden.Jacob membelai lembut rambut Harry dan memberinya sedikit pengertian. "Secepatnya kau akan mendapatkan ibu.""Benarkah, ayah?" sahut Harry antusias. Jacob pun menganggukkan kepalanya.Padahal Jacob sendiri masih bingung mencari cara untuk membawa Ara kembali ke rumah megah itu. Namun, Jacob tidak pernah berhasil. Di saat ada kesempatan untuk bersatu, tapi keduanya malah justru terlihat canggung dan renggang.Mendengar kabar baik itu, Harry terlihat bahagia dan dia sangat antusias serta terus merengek——mer
Nyonya Merry begitu sangat marah karena kerja kerasnya harus sia-sia. Dia tidak ada niat untuk mendekati dua bocah itu. Tentunya dia akan mencari cara lain lagi, karena bagi wanita itu kedua bocah itu adalah musuh yang harus dilenyapkan guna memuluskan rencana dari wanita iblis itu.Usut punya usut, ternyata minuman yang akan diminum oleh Jaden tadi telah diberi racun serangga oleh Nyonya Merry, tapi berkat aksi Harry membuat saudaranya itu bisa terselamat. Harry adalah malaikat tak bersayap yang selalu menolong Jaden selama di rumah itu. Jaden yang selalu menjadi target kemarahan atas ancaman yang selalu diberikan oleh Nyonya Merry. Cukup beruntung karena memiliki hari Sang Penyelamat dan penyelamat itu pula yang dulu dibawa oleh wanita iblis itu sendiri.Harry sebenarnya terlihat normal seperti biasa, tetapi kadang dia kesulitan menggerakkan tubuhnya yang terkadang tidak sinkron dengan perintah otaknya. Harry juga sangat manis, meski kadang cukup kesulitan berbicara dengan baik da
Wanita muda itu hampir saja salah tingkah, tapi dia segera menetralkannya dengan menundukkan kepalanya. "Tidak masalah. Untuk saat ini, aku sedang tidak memegang uang cash. Bagaimana jika upah terakhirmu, aku transfer saja?" ujarnya. Jean menatap Jacob terkejut. "Kenapa? Ada masalah?" lanjut Jacob."T-tidak," sahut Jean. "Baik. Beri aku nomor rekeningmu. Nanti setelah sampai di kantor aku akan mentransfer upah mu. Bagaimana?" tukas Jacob. Jean pun menganggukkan kepalanya.Jean pun merogoh ponselnya yang dia letakkan di dalam tas selempangnya, lalu menyodorkan itu pada Jacob. Pria itu lalu mengambil foto dan setelahnya dia pergi dari sana.Jean dan Liz memperhatikan tuannya pergi sampai tubuhnya hilang di anak tangga depan."Jean, kau serius?" tanya Liz."Panjang ceritanya!" balas Jean."Kenapa tiba-tiba?"Sebenarnya aku akan menikah,""Hah? Secepat itukah? Padahal———""Ya. Kemarin dia ke rumah dan menyuruhku untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku ini," potong Jean. Liz hanya mengan
Jean tertegun melihat siapa yang datang ke rumahnya. Jean tidak mampu berkata apapun saat melihat sosok tampan yang tengah mengobrol dengan sang kakak.Lantas sosok tampan itu berdiri dengan tegap saat melihat Jean datang. Tampak binar bahagia terpancar dari raut wajahnya."Jean, apa kabar?" sapanya tersenyum.Antara harus bahagia atau sedih. Ada gerangan apakah Tobey bisa sampai datang ke rumahnya. Yang jelas pada saat itu memang Jean belum tahu apa yang sedang terjadi pada pernikahan Tobey dan Ara."Hai ... Tobey. Kau lihat aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?""Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja," sahut Tobey tersenyum."Baiklah. Kebetulan kau sudah sampai di rumah, aku akan masuk ke kamarku. Maaf, jika kakak tidak memberitahumu jika Tobey datang ke rumah. Mungkin kalian berdua butuh berbicara empat mata di sini. Mungkin juga ada yang ingin dibicarakan oleh Tobey," ungkap Barnes sambil berdiri.Barnes sendiri juga belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Jean dan