Setelah menemukan alasan untuk hidup, Ara memilih untuk menjadi maid di sebuah mansion mewah. Tapi, sebuah insiden membuat gadis polos dan lugu itu justru menjadi wanita simpanan yang selalu didatangi oleh tuannya setiap malam. Lantas, bagaimana nasib Ara?
Lihat lebih banyak"Apa aku harus menghamilimu juga seperti Ellen?"
Ara mematung kala mengingat ucapan mantan kekasihnya beberapa waktu lalu.
Hubungan mereka sejak SMA hancur begitu saja karena pengkhianatan pria itu dengan sahabat Ara!
Parahnya lagi, rumah yang dia beli dengan uang hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun agar dapat memboyong Ibunya di ibu kota, justru digadaikan pria brengsek itu
Stress dan trauma membuat Ara menjadi tidak fokus dalam bekerja. Dia sering kena tegur oleh atasannya dan berakhir dipecat.
Sungguh benar-benar malang nasib Ara.
Hari-hari dia lalui dengan begitu berat, membuatnya tak punya arah dan tujuan hidup.
Namun tadi sore, Ara menemukan fakta bahwa penagih utang mengejar dirinya!
"Aku harus bagaimana sekarang?" lirih Ara kala berhenti di sebuah jembatan kecil.Didekatinya sisi jembatan tersebut.
Menoleh ke bawah dan melihat derasnya air yang mengalir.
Terbesit sudah dalam pikiran Ara untuk bunuh diri dan terjun dari jembatan itu. Namun, dilema mulai menghantuinya. Apakah tak ada cara lain?
Hanya saja dalam kebimbangan itu, tubuh Ara mendadak tidak seimbang dan tampak seperti hendak terjun dari jembatan!"Apa kau gila?" Suara bariton dan pelukan erat dari belakang membuat Ara terkesiap.
Menyadari itu, Ara langsung memberontak, dan memaksa lepas dari pelukan pemuda tersebut.
"Apa-apaan ini. Main meluk seenaknya saja atau jangan-jangan mencari kesempatan dalam kesempitan?" tuduh Ara pada pemuda itu. "Kau sendiri kenapa berdiri di sisi jembatan? Kau ingin bunuh diri?" "Bukan urusanmu!" Ara acuh tak acuh. Gadis itu kembali berdiri menepi ke pinggir jembatan. "Kau ingin loncat? Loncat saja. Sungguh dangkal sekali pemikiranmu itu." Pemuda itu menarik napas. "Jika dengan cara bunuh diri akan menyelesaikan semua masalah, maka loncat lah. Mungkin besok pagi kau akan langsung terkenal dan seketika kau akan membuat masalah baru yang mungkin akan membuat orang yang kau tinggalkan bersedih."Deg!
Ucapan pemuda itu membuat Ara menghentikan langkahnya dan menundukkan kepalanya.
Sesaat setelah itu, bahunya tampak bergejolak menandakan dia sedang menangis.
Pemuda itu memperhatikan Ara, "Hei, kau kenapa?" tanyanya dan tiba-tiba Ara memutarkan badannya dan memeluk pemuda tersebut. Tak hanya itu, suara tangisnya semakin kuat membuat pemuda itu bingung dengan keadaannya saat itu.
Tangisannya semakin menjadi, Ara menumpahkan kekesalannya dengan menangis di pelukan pemuda itu. Barnes namanya, pemuda itu tampak kaget. Namun, dia membiarkan Ara menangis saat itu juga. "Luapkan tangisanmu sampai hatimu lega," saran Barnes. Suara tangisan Ara semakin melemah, menandakan gadis itu mungkin sudah capek dan lega dengan cara menumpahkan air matanya. "Ma-maaf," ucapnya lirih. "Tidak masalah. Jika itu membuatmu lega, tapi maaf ... apa kau sedang ada masalah sehingga berniat untuk mengakhiri hidupmu?" tanya Barnes. Pertanyaannya sama sekali tidak dijawab oleh Ara. Gadis itu hanya diam. "Maaf, jika pertanyaanku tidak sopan," imbuh Barnes meminta maaf pada Ara. "Aku dikhianati pacarku. Dia selingkuh dengan sahabatku sendiri hingga sahabatku hamil, dan rumah yang aku beli dari hasil jerih payahku selama ini dipakai pacarku sebagai jaminan hutangnya. Apesnya lagi, aku yang harus membayar tagihan itu. Setelah itu pun aku dipecat dari tempatku kerja." Ara tiba-tiba menceritakan semua masalah yang sedang dia hadapi saat itu. Barnes yang mendengarkannya menjadi sangat iba. "Aku bingung. Aku benar-benar putus asa. Aku tidak tahu harus berbuat apa." Ara kembali menangis. "Hidup memang tidak pernah lepas dari masalah, tapi kekasihmu itu benar-benar sudah keterlaluan. Bagaimana kalau untuk sementara waktu, kau tinggal di rumahku?" tawar Barnes. Ara menatap Barnes dengan pandangan yang aneh. "Ke-kenapa kau jadi menatapku seperti itu? Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin membantumu saja. Nanti aku juga akan membantu mencarikan pekerjaan untukmu," jelas Barnes. "Bagaimana?" imbuhnya bertanya. Tak ada pilihan lain lagi bagi Ara. Ara harus bekerja dan membayar tagihan surat-surat rumahnya yang dijadikan jaminan oleh Ryan. Dia tidak mungkin terus-menerus menghindarinya. "Baiklah. Aku akan menerima tawaranmu itu, tapi setelah aku mendapatkan pekerjaan, aku akan mencari rumah kontrakan dengan ukuran kecil," balas Ara. Gadis itu sedikit lega karena masih ada orang baik yang mau menolong dan menampungnya. "Kalau begitu, ayo ikut pulang denganku. Aku juga baru saja pulang dari kerja," ucap Barnes tersenyum. "Tu-tunggu dulu. Di rumahmu ada siapa saja?" tanya Ara. "Aku tinggal sendirian. Aku ini juga seorang perantauan, datang ke kota untuk mencari keberuntungan," jelas Barnes. Pemuda itu menatap Ara. Barnes tahu jika Ara pun berstatus sama seperti dirinya, perantau yang datang ke kota untuk mengadu nasib. "Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, jadi jangan berpikiran sempit atau melakukan hal yang tidak semestinya. Gunakan masa muda mu untuk hal yang bermanfaat. Oiya, namaku Barnes. Siapa namamu?" "A-ku? Namaku Ara," jawabnya.***
"Selamat datang di gubuk kecilku." Barnes mempersilahkan Ara untuk masuk ke dalam rumahnya.
Entah mengapa, Ara menuruti permintaan Barnes dan mengikutinya pulang sampai ke rumahnya.
Namun Ara tertegun ketika sampai di rumah Barnes karena teringat pada sosok sialan yang membuat hidupnya menjadi hancur.
"Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan." Barnes menghibur Ara kala menyadari raut wajahnya.
"Aku tahu itu, tapi aku juga tidak ikhlas karena semua jerih payahku harus sia-sia," balas Ara.
"Jika memang itu milikmu, pasti akan kembali padamu kelak. Namun, jika itu bukan milikmu, maka Tuhan akan memberi gantinya dengan yang lain. Percaya padaku." Barnes memberi pengertian pada Ara. Gadis itu kemudian mengangguk dan tersenyum.
"Terima kasih telah membuka pikiranku," ucap Ara.
"Tidak masalah. Tunggu di sini dulu." Barnes menyuruh Ara untuk duduk dan menunggu di ruang tamu.
Barnes melangkah masuk ke dalam salah satu ruangan yang berada tidak jauh dari tempat Ara duduk.
Sembari menunggu Barnes. Ara memperhatikan sekeliling rumah Barnes. Rumah yang sangat sederhana dan rapi. Padahal yang tinggal di rumah itu adalah seorang pemuda.
Beberapa menit setelah itu, Barnes keluar dan tersenyum pada Ara.
"Kau bisa tidur di kamar ini."
"Hah?" ucap Ara karena lambat menangkap ucapan Barnes.
Akhir hidup yang mengenaskan. Wanita paruh baya itu jatuh menggelinding di jurang dan Jacob pun melaporkannya sebagai kecelakaan. Tak butuh menunggu lama di tempat kejadian, Jacob pun menyuruh TJ untuk segera pergi dari sana."Tuan, bagaimana dengan dokumen ini?" tanyanya sebelum pergi dari sana. Jacob melihat dokumen palsu itu berceceran di jalanan. "Bukankah dokumen itu ada nama anda? Jika semua dokumen itu tidak dibawa, maka anda bisa jadi tersangka utama," jelasnya.Jacob menarik napas panjang. "Tenang saja. Itu dokumen palsu. Tidak ada namaku di sana. Hanya ada nama Mandy," jelasnya.Setelah itu mobil pun bergegas pergi dari sana. Sebelum kembali ke rumah sakit, Jacob meminta TJ untuk tidak memakai mobil itu dalam jangka lama, karena pastinya polisi akan mengusut tuntas kasus kematian wanita tua itu.Satu persatu orang yang ada di belakang Nyonya Merry ditangkap termasuk Joey. Namun, tidak dengan TJ yang memang dia memakai identitas palsu.***Satu masalah sudah selesai. Tinggal
Memang tidak ada yang bisa disalahkan atas takdir yang terjadi, tapi peran utama-lah yang bisa disalahkan, karena dia tidak tegas dalam mengambil keputusan serta masih labil. Ara yang dari pertama sudah diberi nasihat oleh ibunya untuk tidak gegabah dengan seseorang, akan tetapi nasihat itu sirna saat Ara terperdaya oleh rayuan Jacob.Karma memang nyata. Entah itu datang lebih cepat atau lebih lambat, tapi itulah yang akan membuatmu merasa sangat berdosa pada diri sendiri."Semua memang salahku. Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibu?" ***Tawa keras membahana mengisi ruangan tersebut. Dia begitu sangat puas. Dia merasa jika hal itu begitu sangat gampang."Dasar wanita serakah. Begitu mudahnya kau masuk dalam perangkapku. Baiklah, aku harus bermain manis demi kelancaran kerjasama ini."Wanita paruh baya itu telah mengambil keputusan. Justru di sinilah semua orang berupaya berakting untuk saling menjebak. Semua orang sibuk mencari satu orang dan satu orang itu mendadak menjadi se
Keadaan Ara begitu sangat mengenaskan. Perceraian yang dia alami membuatnya begitu sangat down. Semua memang salah dirinya sendiri hingga dia teringat bagaimana dulu dia bisa bertemu dengan Jacob.Flashback on.Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan dan itu sudah pasti. Ara sangat sedih akan hal itu, tapi dia pun tidak mungkin berlama-lama tinggal di rumah Barnes. Namun, justru Barnes terlihat sedih. Laki-laki itu berpikiran jika dia tidak akan pernah bertemu dengan Ara lagi. Ara malah meledek Barnes hingga mereka berdua tertawa bersama.Ara benar-benar merasa terbantu, bahkan dia bisa melupakan kejadian yang telah menimpanya. Terlebih lagi dia bisa melupakan Ryan.Saat tiba di sebuah rumah yang elegan, Barnes berhenti. Barnes mengangkat kepalanya dan menatap rumah tersebut. Masih terlihat sepi, tapi di dalam sana pasti sudah disibukan dengan segala aktivitas."Apa kita sudah sampai?" kata Ara."Belum," balas Barnes."Lalu kenapa kita berhenti? Aku pikir kita sudah sampai tempat tuj
Mencari musuh memang sangat mudah dibandingkan mencari Damai. Banyak orang yang tidak sadar dengan kesalahan-kesalahan atau perlakuan buruk yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Apalagi musuh dalam selimut.Seperti halnya Joey yang memang selalu bermain sangat manis di depan Nyonya Merry, dia yang dulu begitu patuh dan nurut sekarang justru berbelot mengkhianati sang tuannya.Kini kembali Joey akan memainkan aktingnya. "Kau ingin membunuhnya?""Ya, benar. Aku ingin membunuhnya,""Begitu bencinya kau dengannya?" "Kau tidak perlu banyak bicara! Aku tidak suka dengan orang yang hanya omong kosong saja!""Aku tidak pernah bicara seperti itu. Bicara ku sesuatu fakta. Jika kau ingin bertemu dengannya, aku bisa mengatur jadwalnya," jelas Joey.Orang itu mengerutkan kedua alisnya seperti meragukan perkataan Joey. Kedua matanya tampak menatap Joey dari ujung rambut ke ujung kaki. "Meragukan!""Kenapa? Kau tidak mempercay
Wajah wanita paruh baya itu terlihat pucat. Dia berusaha menjauhi dari sana. Dari tempat arah pintu kayu tersebut tampak debu halus berjatuhan seperti di atas sana ada orang yang berjalan.Memang di atas sana ada dua orang yang sedang berjalan mondar-mandir seperti sedang mencari seseorang dan itupun terdengar dari bawah sana."Bagaimana? Ada?" "Tidak ada!""Tapi di sini ada jejak kaki. Mungkin dia pernah datang kemari, tapi setelah itu dia pergi,""Kita pergi dari sini. Kita bisa cari ke tempat lainnya."Setelah beberapa menit. Suasana kembali hening. Nyonya Merry dengan susah payah menenangkan kegalauan hatinya. "Siapa mereka? Apakah mereka anak buah Jacob? Ah——tidak mungkin. Anak buah Jacob tidak tahu tempat ini atau———" Nyonya Merry menggantungkan kalimatnya. Dia tidak percaya jika anak buahnya berkhianat. "Yang mengetahui tempat ini hanyalah dia, tapi dia pun tidak tahu jika di sini ada ruang rahasia."Nyonya Merry bangun dan melangkah pelan ke sebuah sofa. Rasa mabuknya mendad
Jacob dibuat terkejut dengan suara itu. Dia panik dan berlari keluar. Saat hendak membuka pintu, pintu itu sudah terbuka duluan dan para dokter masuk ke dalam."Dok, putraku kenapa?" tanya Jacob khawatir."Lebih baik Tuan Jacob menunggu di luar saja. Kami akan memeriksa pasien." Sang dokter meminta Jacob untuk keluar, tapi Jacob kekeh ingin tetap di sana. Terjadilah keributan di ruangan itu yang memancing Jaden untuk bergerak mendekati. Bocah tampan itu melangkah masuk melewati keributan antara dokter dengan ayahnya. Dia melangkah sambil memperhatikan ketika orang yang tengah sibuk menarik satu dengan yang lainnya. Ada beberapa perawat yang berdiri di samping kanan dan kiri sisi Harry serta seorang dokter yang menekan-nekan dadanya. Jaden melihat semua aktivitas mereka tanpa berkedip sedikit pun.Jaden terus melangkah mendekati ranjang yang di mana di sana tergeletak tubuh lemas dan dalam keadaan kritis. Tidak ada yang menghalangi Jaden untuk menuju ke arah sana. Dia terus melangkah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen