Beberapa jam sebelum kejutan datang untuk Lily dan Arjuna, Rizal pulang seperti biasa. Nessa menyambutnya dengan menyunggingkan senyum manis. Hari ini dia berdandan lebih cantik dari hari-hari sebelumnya.
"Sudah sehat kamu?" tegur Rizal melihat wajah Nessa yang tampak segar, tidak seperti orang yang sedang sakit.
"Udah dong, Mas. Tadi kan sudah minum obat," jawab Nessa manja sambil menggandeng suaminya masuk.
Rizal langsung membersihkan diri. Nessa memang sengaja menunggu Rizal sudah mandi baru mulai menjalankan aksinya.
Saat Rizal berpakaian, Nessa berpura-pura merapikan tempat tidur yang sebenarnya sudah rapi sejak tadi. Ia mengibas-ngibaskan tempat tidur dengan selimut, kemudian menyimpan kacamata ke dalam laci."Eh, Mas! Hampir lupa. Untung aku buka laci ini. Tadi ada orang nitipin ini, katanya untuk Mas Rizal," ucap Nessa pada suaminya yang sedang menyisir rambut di samping.
Rizal meraih amplop tersebut. Ia membola
"Sialan! Benar-benar sialan!" Rizal mengepalkan tangannya dengan wajah berang, langsung berjalan menuju ruko diiringi Bu Erna, membuat beberapa warga yang ada di situ bertanya-tanya."Ada apa ini? Ada apa ini?" tanya beberapa orang dari mereka penasaran."Mereka di dalam itu, pasangan selingkuh, bapak-bapak. Mereka itu berzinah di dalam. Pemilik ruko itu, yang melarikan perempuan tadi!" jawab Nessa yang masih menahan langkahnya menyempatkan diri menghasut warga yang sedang bersiap-siap bermain kartu."Oh, jadi mereka itu bukan kakak adik?""Oh, bukan! Mereka itu ipar. Perempuan itu istri pertama suami saya yang di larikan oleh kakaknya sendiri. Warga sini dibohongi kalau mereka mengaku adik-kakak! Mereka itu pasangan kumpul kebo!" Melihat kebingungan warga Nessa bersemangat menebar fitnah."Wah, harus laporkan RT ini. Ngotorin daerah kita aja!" celetuk salah seorang warga."Harus Pak!" sahut Nessa senang karena berhasil menyulut emosi warga.
Rizal memutar wajah seketika dengan bola mata membulat sempurna. Ia mendekat pada Lily dengan rahang mengeras dan tangan mengepal. Sorot matanya bak seekor singa yang siap menerkam mangsa."Berani-beraninya kamu berbohong hanya untuk melindungi selingkuhanmu Lily! Mana buktinya kita sudah bercerai? Aku tidak pernah menceraikanmu," ucap Rizal dengan napas terengah-engah. Tangannya terangkat ingin menarik Lily, namun Mang Dirman lekas menghalau."Aku yang sudah menggugatmu Rizal! tunggu sebentar dan jangan melakukan gerakan apapun sebelum aku kembali membawa buktinya!" Lily menunjuk wajah Rizal lalu berlari masuk untuk mengambil akta cerai mereka.Tak lama berselang, ia kembali dan langsung memperlihatkan pada Rizal. Tulang belulang Rizal serasa rontok satu persatu. Tubuhnya mendadak lemas. Rizal sungguh tak menduga, ia akan bertemu Lily dalam keadaan sudah bukan pasangan suami istri lagi."Silahkan diambil yang jadi bagianmu di pengadilan
"Heeh, kalau diarak ngapain juga pake kolor. Biarin aja gak pake apa-apa. Seperti kalau mereka lagi maksiat!" celetuk salah satu dari warga di sambut gaduh warga lainnya. Ada yang bersorak, ada yang tertawa, ada juga yang meringis membayangkan mereka berdua jadi tontonan tanpa sehelai busana pun.Lily mulai gelisah. Wajah Arjuna pun yang biasanya selalu tenang, mulai menampakkan kerisauan. Arjuna tahu, lingkungan di sekitar rukonya hukum adat cukup berpengaruh dan selalu diutamakan. Harapan Arjuna dan Lily satu-satunya ada pada Pak RT."Tenang ... tenang ... tenang! Mohon tenang dan beri saya kesempatan berbicara sebagai RT di sini." Pak Rt mengangkat kedua tangannya menenangkan warga."Jangan kasih ampun! Mereka itu sudah mengotori daerah kita, Pak. Pasangan pezinah. Buktinya sudah jelas, tuh yang cowok keluar dengan pakaian acak-acakan begitu!" Salah seorang diantara mereka kembali nyolot."Iya ... benar! Benar! Sudah, arak kelil
Di antara riuh suara Warga, Pak RT mengedarkan pandangannya bergantian pada Arjuna, Lily, Rizal, Nessa dan Bu Erna."Ayo, cepat dipilih!" titahnya kemudian karena tak satu pun di antara mereka ada yang bersuara."Ka-mi ... pilih menikah saja, Pak!" jawab Arjuna membuat Lily hampir tersedak. Matanya melirik tajam pada Arjuna. Ia bergeser supaya lebih dekat dengan Arjuna."Kami? Itu keputusanmu sendiri!" protes Lily setengah berbisik karena merasa ia belum mengeluarkan pendapat."Lah, kamu mau diarak keliling kampung enggak pakai apa-apa? Terus kalau diantara warga ada yang siaran langsung terus membagikan di sosial media gimana?" jawab Arjuna juga balas berbisik.Bulu kuduk Lily meremang mendengar bisikan Arjuna. Membayangkan mereka di arak tanpa memakai apa-apa dan tersebar di sosial media? Oh, tidak! Mati lebih baik daripada melakukan itu. Tapi, bukankah menikah adalah penawaran yang jauh lebih bagus daripada mati?"
"Maaf, kalian bisa tidur di sini saja!" ucap Lily sambil menunjuk ambal yang terhampar di ruang tamu.Baru saja mulut Lily menutup, Rizal melesat cepat, menarik Arjuna lagi. Rupanya ia sudah menyiapkan ancang-ancang untuk perseteruan yang kedua. Bu Erna, Lily, dan Nessa memekik kaget. Bu Erna dan Nessa memegang tangan Rizal bersebelahan. Sementara Lily membantu Arjuna berdiri, dan menariknya menjauh dari jangkauan Rizal. Perlakuan Arjuna terhadap Lily membuat darah Rizal serasa mendidih."Hebaaat! Hebaaat! Arjuna kamu kakak yang hebat!" Rizal bertepuk tangan sambil tertawa lebar."Pantas saja, kamu betah menyendiri sampai tua. Ternyata kamu menunggu dia! Bekasku! Jandaku! Jandaku yang jalang!" Rizal terbahak seperti orang kesurupan sambil bertepuk tangan."Jaga mulutmu Rizal!" ucap Lily emosi, melihat tingkah Rizal. Lily merasa Rizal tidak hanya menghinanya, tapi juga menghina Arjuna yang selama ini sudah banyak membantunya."Wow! Ibu coba li
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Arjuna sudah mandi. Karena belum ada toko baju yang buka pagi-pagi, Arjuna berniat meminjam baju koko milik Mang Dirman. Tapi ternyata, Mang Dirman memiliki simpanan baju koko yang masih baru berwarna putih. Ia memberikan secara gratis pada Arjuna lengkap dengan kopiah, sekaligus meminta maaf karena malam tadi tidak bisa berbuat apa-apa. Arjuna tentu saja tidak menyalahkan Mang Dirman atas kejadian tersebut. Baginya semua hanya serba kebetulan saja.Abidzar dan Hussein yang baru terbangun, nampak terkejut melihat kehadiran Rizal dan Bu Erna. Mereka mendekat takut-takut, saat Rizal memanggil mendekat. Bu Erna yang juga kangen pada kedua cucunya sedikit terharu. Ia menarik Hussein duduk di pangkuan, dan mencium cucu bungsunya.Seperti tidak memberikan kesempatan anaknya berbincang lama dengan mereka, Lily memanggil kedua putranya untuk mandi. Setelah itu, cepat-cepat ia memakaikan seragam sekolah, dan mengantar mereka berdua
"Ayo! Kita pulang duluan!" ucap Rizal pada istri dan ibunya.Bu Erna dan Nessa tidak berani membantah. Mereka berdua langsung mengikuti Rizal, mengambil posisi masing-masing seperti saat merek berangkat tadi. Rizal langsung menjalankan mobil tanpa berpamitan pada Arjuna dan Lily yang sebentar lagi akan menyusul mereka juga."Ini semua gara-gara kamu, Nes!" ucap Rizal yang masih memendam perasaan marahnya sedari ruko tadi."Sudahlah, Zal! Semuanya sudah terjadi. Kenapa kamu harus mencari tahu tentang sesuatu yang sudah terlewat lama."Bu Erna menenangkan Rizal yang mulai gusar lagi. Ia takut bila Rizal menyetir dalam keadaan emosi.Kali ini Nessa berusaha menekan rasa takutnya dengan membuang pandangan ke samping, berpura-pura menikmati perjalanan pulang mereka. Dalam hati ia menyumpah pada Arjuna, karena menyumbangkan ide yang membuat posisinya terjepit sendirian."Ibu juga! Kenapa ibu diam aja, waktu Arjuna bilang mau nik
Lily dan Arjuna dibantu oleh Mang Dirman, membersihkan ruko yang akan mereka tinggalkan. Segala sisa bahan masakan Lily diberikan pada Mang Dirman yang dengan berat hati melepas kepindahan Lily kembali."Enggak nyangka, Mas. Semuanya begitu cepat. Padahal Abi dan Husen, mulai betah di sini," ucap Mang Dirman sambil mengumpulkan sisa sampah ke dalam kresek."Iya, Mang. Aku juga benar-benar enggak nyangka. Seperti mimpi," jawab Arjuna sambil memandang kosong ke jalanan."Tapi, Mas beruntung loh, menikahi Mbak Lily. Yaa ... walaupun naik ranjang sih."Arjuna hanya diam menyimak ucapan Mang Dirman, menatap Lily yang masih merapi-rapikan beberapa barang mereka di mobil. Walaupun diam, ia masih menunggu kelanjutan ucapan Mang Dirman."Beberapa bulan di sini, Mbak Lily sering kasih makanan sama kami. Kalau pas antaran lagi banyak juga, mbak Lily pasti kasih lebih buat saya. Pokoknya baik deh, orangnya! Mas Juna beruntung, Lily bukan hany