Eros POV
“Apa yang kamu lakukan?” tanyaku sangsi sambil melihat ke arah tangan putih nun lembab itu. Aku tidak terlalu berani untuk menatap wajahnya, dan aku tidak ingin tahu pula bagaimana ekspresinya saat ini.
Sesuatu yang aneh dan tidak dapat aku ketahui menyerbu masuk ke dalam tubuhku. Rasanya suhu di kamar ini semakin pengap, padahal aku sudah membuka jendela juga menghidupkan pendingin ruangan.
Tenggorokanku mengering ketika dia memegang lenganku dengan erat. Lantas dengan terpaksa aku melihat ke arah matanya yang berbinar.
“Lepaskan lenganku dan cepat berpakaian. Sekarang sudah malam, dan aku sudah mengantuk,” kataku dengan nada tenang. Padahal tenggorokanku sudah kering dan membutuhkan air. Akan tetapi, setelah aku melihat pada wajah Kanya yang masih lembab dan bulir-bulir air masih menempel pada bagian-bagian wajahnya. Tenggorokanku semakin mengering. Sebuah dorongan yang sangat kuat membuatku i
Kanya POVBegitu luar biasa seram, hingga aku mengalami ketakutan lagi dan lagi. Aku tidak sengaja memalingkan wajahku ke arah jendela dan tanpa di sadari pula pandanganku dan pria berjas hujan merah bertemu secara tidak sengaja.Pria itu sangat nyata, bahkan aku dapat melihat senyum mengerikan dan sedikit menjijikkan dari pria itu, hingga aku menggigil ketakutan sampai ke dalam tulangku.Terlalu berlebihan memang, tetapi itulah yang aku rasakan. Pria itu seperti sedang mengawasiku ketika malam tiba. Tidak mungkin hanya imajinasi belaka, imajinasi yang berulang kali dapat kulihat.Eros telah menutup jendela rapat-rapat, sehingga celah kecil pun tidak lagi nampak dalam pandanganku. Kamar Eros tertutup rapat, dan aku menjadi lebih tenang. Eros juga mengambilkan aku air, dia begitu perhatian padaku. Padahal aku bukanlah siapa-siapa baginya. Hanya tetangga gila yang pernah tidur satu malam dengannya.
Eros POV“Kanya,” panggilku dengan nada lembut seraya menepuk pipinya yang sudah basah dengan keringat dingin.Nampaknya Kanya sedang bermimpi buruk. Mungkinkah dia sedang bermimpi membunuhku? Bagiku hal itu masih tidak cukup logis bermimpi buruk membunuh orang yang tidak dikenal dan tidak pernah bertemu sebelumnya.“Kanya!”Sekali lagi aku menepuk pipinya dan kali ini lebih keras. Namun, wanita ini masih saja memejamkan matanya dan bahkan aku bisa melihat dia menutup matanya lebih erat. Alis Kanya bertautan, keringat dingin sudah membasahi tubuhnya, hingga aku menyingkap selimut yang membungkus dirinya.Kanya baru saja terlelap dan aku bahkan belum memejamkan mataku ketika tidak sengaja mengalihkan pandanganku ke samping dan mendapati dia sudah basah dengan keringat. Apakah dia bermimpi buruk setiap hari?Ternyata bukan hanya di apartemennya saja ketika Kanya
Kanya POV Aku mulai menceritakan mimpi buruk yang baru saja aku dapatkan pada Eros. Setelah aku berlari sekian jauhnya menghindari bulan merah yang mencekam, sebuah tangan begitu halus menari-nari di atas pundakku tanpa permisi. Layaknya bahuku adalah panggung tempat jari-jari itu menari de
Eros POVAkhirnya setelah Kanya selesai menceritakan mimpi buruknya, dia tertidur dengan nyenyak. Meskipun aku harus mengorbankan lenganku sebagai bantalnya agar dia tidak mimpi buruk lagi. Apa dia setiap harus tidur dalam pelukanku agar tidak mimpi buruk? Tapi ini sungguh gila.Mana mungkin aku tidur setiap hari dengannya? Pasalnya dia bukan istriku dan aku juga tidak mungkin menikah dengannya. Walaupun bisa menikah tanpa perasaan, tetapi aku tidak yakin kalau Kanya akan bisa bahagia di keluarga Darwin. Apalagi ular hijau itu pasti tidak akan membiarkan Kanya tenang.“Kanya, bangunlah. Sarapan sudah siap. Kamu sarapan saja di sini dan pulang ke apartemenmu ketika selesai nanti.” Aku memanggil Kanya yang saat ini sedang tertidur pulas di ranjangku.Jika kami menikah, apakah setiap hari aku akan membuatkan sarapan untuknya?Itu tidak mungkin karena seharusnya dia yang membuatkan sarapan untukku. Tiba
Kanya POV“Kay, lo harus jelasin sama gue kenapa lo ....”Samuel tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika melihatku yang hanya terbungkus oleh kemeja Eros. Aku tidak menduga kalau Samuel Wijaya akan muncul pagi-pagi di gedung ini, dan yang lebih parah lagi dia mendapatiku dalam keadaan seperti ini. Melihatku keluar dari apartemen Eros.Aku cukup bingung dari mana aku harus menceritakannya pada Samuel dan dia pasti tidak akan terima kalau sampai aku bercerita tentang malam panas bersama Eros Darwin.“Sam, gue mau ganti baju dulu. lo duduk saja.” Aku melangkah ke arah kamar. Rasanya tidak begitu nyaman kalau harus mengobrol dengan Samuel dan aku hanya mengenakan kemeja yang memperlihatkan pahaku. Akan tetapi jika itu Eros, maka aku tidak mengapa karena dia sudah melihat semuanya.Tiba-tiba memikirkan adegan itu kembali membuat wajahku menjadi merah. Untung saja Samuel Wijaya tida
Eros POVAku merasakan ada yang aneh dengan pria bernama Samuel. Perasaanku tidak bisa tenang membiarkan Kanya dekat dengannya, atau sebenarnya aku menganggapnya sebagai saingan cinta?Tidak. Aku tidak sedang bersaing dengan siapa pun.Akan tetapi aku merasa tidak tenang karena aura Samuel terlihat berbahaya. Apalagi ketika matanya menyorot ke arahku, begitu berbahaya, bahkan sampai membuatku sedikit tertekan oleh auranya.Ketika Samuel dan Kanya memasuki apartemen, mereka terlihat akrab. Mungkin saja mereka sudah lama berteman dan aku tidak punya hak untuk menyuruh Kanya berhenti berteman dengan Samuel.“Apa yang sedang aku pikirkan saat ini? Samuel hanya pekerja kantoran biasa dengan aura mencekam. Ya, aura pria itu sedikit mencekam. Sorot matanya sangat berbeda ketika melihatku tadi. Dia seperti ingin meremukkan tubuhku dengan kakinya atau menusukku ribuan kali dengan belati
Kanya POVSaat ini aku menyandarkan punggungku pada pintu apartemen. Menatap lurus ke depan, serta membuat ekspresi kosong. Aku baru saja datang dari membuang sampah dan ketika masuk ke dalam apartemen, seorang wanita berjalan ke arah apartemen Eros. Lantas karena penasaran, aku mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Siapa kiranya wanita yang masuk ke apartemen Eros barusan?Haruskah aku bertamu ke apartemen Eros dan bertanya padanya? Akan tetapi, itu bukanlah urusanku. Siapa pun yang datang atau masuk ke apartemen Eros tidak ada hubungannya denganku. Mungkin saja wanita itu adalah pacarnya; wanita itu cantik, tinggi dan penampilannya berkelas.Eros pernah bilang kalau aku bukanlah tipenya, dan sekarang tampaknya aku tahu bagaimana tipe wanita yang disukai Eros. Ya, seperti wanita yang dia biarkan masuk ke dalam apartemennya.Aku menyentuh dadaku, menempatkan tanganku untuk beberapa s
POV ErosTatapan tajam aku arahkan pada Siska dan tampaknya membuat punggungnya merasa tertusuk. Sudah aku katakan untuk segera pergi dari gedung ini, tapi dia malah berbincang dengan Kanya, dan kenapa Kanya juga keluar ketika wanita ular ini keluar dari apartemenku?“Kenapa kamu masih di sini?” tanyaku pada Siska dengan nada yang tentunya tidak ramah seraya melangkah ke arah dua wanita yang sedang berdiri menatap ke arahku.Aku dapat merasakan kalau Kanya takut-takut melakukan kontak mata denganku, dia memilih untuk menundukkan kepalanya. Entah apa yang telah dikatakan oleh Siska, sehingga Kanya menjadi enggan untuk melihat ke arahku dengan berani seperti sebelumnya.“Eros, aku hanya—”“Pergilah! Kamu sudah tidak ada urusan lagi di sini.” Potongku dengan kasar.Aku tidak senang kalau dia memasang wajah cerah di depan Kanya hanya untuk memanipulasi Kanya, dan aku tahu Kan