Han baru tersadar dari pingsannya. Samar-samar pandangannya melihat sekitar ruangan ketika membuka mata. Ia melihat tumpukan barang-barang yang sepertinya sudah lama tak terpakai di sana. Tempat itu terkesan seperti gudang.
"Saya dimana?"
Ia baru menyadari bahwa tangan dan kakinya sedang diikat dengan tali tambang yang kuat. "Kenapa saya diikat di sini?"
Han mencoba melepaskan diri dari lilitan tali tersebut dengan menarik-narik tangannya.
Dua orang lelaki berbadan besar menghampiri Han.
"Diamlah! Jangan pernah berusaha untuk kabur, karena itu adalah hal yang sia-sia! Kami akan selalu mengawasimu secara ketat," ucap salah satu lelaki tersebut.
"Siapa kalian? Kenapa kalian membawa saya ke sini?" tanya Han berseru.
Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah dirinya. Dari kegelapan, samar-samar wajahnya mulai kelihatan. Dan semakin jelas saat orang itu semakin dekat.
"James William?" kata Han mengernyitkan d
Han baru saja selesai dari toilet dan diantar oleh salah satu penjaga tersebut. Penjaga itu mulai melilitkan tali tambang pada tangan dan kaki Han kembali."Pelan-pelanlah sedikit! Tanganmu sangat kuat.""Bersiaplah! Tangan ini akan segera menghajarmu."Tak lama setelah Han selesai diikat kembali, James datang menemuinya."Pagi, Kakak ipar yang sedikit tampan!" sapa Han lebih dulu, sebelum james menyapanya. Karena bagi Han, sapaan dari james itu sangat menyebalkan."Aku tidak butuh basa-basi!""Lalu apa yang kau butuhkan, wahai Kakak ipar?"James menaikkan satu sudut bibirnya ke atas. "Aku ingin segera tahu tentang siapa dirimu dan apa hubunganmu dengan Kang Areum. Dan kuharap, kau bisa menjawabnya dengan jujur tanpa berbelit-belit.""Jika saya tidak mau?""Berarti kau cari mati.""Pindah dan ikat dia pada tiang itu!" perintah James pada anak buahnya.Sekarang posisi Han sedang berdiri dengan kedua tanganny
Setelah melihat dua orang bertopeng yang membawa Han dari rekaman CCTV, Evelyn menjadi berpikir, siapa dalang dari rencana tersebut.Dia juga bingung, kenapa hal itu bisa terjadi. Padahal penjagaan di apartemen cukup ketat."Siapa orang-orang itu? Dan apa tujuannya ia menculik Han?""Apa mungkin, Kak James?"Evelyn mencurigai James, karena memang dialah satu-satunya orang yang pantas dicurigai."Benar. Kemungkinan besar memang Kak James dalangnya."Tanpa membuang waktu lagi, Evelyn bergegas menuju rumah kediaman James bersama Hyunki.Sampai di sana, ia disambut oleh Neneknya yang juga tinggal di sana."Lho ... Sayang? Kok, tidak bilang kalau mau datang?""Nek, di mana Kak James?" tanya evelyn, mengabaikan basa-basi dari Neneknya."Tumben, kamu menanyakan Kakakmu? Dia tidak di rumah. Biasa, dia pasti sibuk dengan pekerjaannya. Memangnya ada apa?""Ada yang ingin aku bicarakan dengannya.""Ya sud
"Kau bisa aku lepas dengan mudah hanya dengan mengatakan yang sejujurnya, tapi kau malah memilih disiksa seperti ini." James berkata pada Han yang tak sadarkan diri "Jika kau ingin tahu yang sebenarnya, mengapa tak bertanya padaku langsung?" suara wanita yang membuat James terkejut dan mencari sumber asalnya. "Srek ... Srek ... Srek .... " langkah kaki yang terdengar, perlahan mulai menunjukkan wujudnya. Tubuhnya tinggi, ramping dan mengenakan dress putih bersih. Wajahnya tirus dengan bibir mungil. "Kang Areum?" Arwah wanita bernama Kang Areum itu mungkin datang atas utusan Yang Kuasa. "Apa kabar, James?" tanya wanita itu dengan ekspresi datar. "Kenapa kau menyiksa orang lain, hanya untuk mengetahui apa hubungannya denganku? Bukankah kau sudah tidak peduli denganku?" "Tentu aku sangat tidak peduli denganmu, Perempuan kotor! Hanya saja aku khawatir kau mempunyai rencana untuk menghancurkanku." "Jika aku perempuan kotor,
"Han!" Evelyn berlari ke arah Han dan melepaskan tali yang mengikatnya. Dengan sigap, ia menopang tubuh Han yang akan terjatuh ketika tali itu terlepas. Ekspresi wajah Evelyn terlihat sangat khawatir. "Bertahanlah, Han!" Sementara itu, para polisi mengurus James dan anak buahnya. Han segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Ia masuk ke ruang darurat karena kondisinya yang sangat kritis. Evelyn hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan ketika para dokter sedang menangani Han. "Apa yang terjadi pada suamimu, Ev?" tanya Nenek Evelyn yang baru saja datang karena Evelyn mengirimkan pesan. "Dimana Hyunki?" "Dia dijaga oleh Asistant di rumah." "Han kritis. Ini semua ulah cucu laki-lakimu!" "Bagaimana bisa? Apa yang dia lakukan padanya?" "Dia menyekap dan menganiaya Han selama beberapa hari!" "Astaga!" Menutup mulut dengan satu tangan. "Memang
Han terbangun dari komanya setelah mendapat penanganan beberapa jam yang lalu. Ia merasakan seluruh tubuhnya pegal-pegal saat mulai membuka mata. Ia mengusap rambut Evelyn yang sedang duduk terlelap di samping ranjangnya. Hal itu membuat Evelyn terbangun. "Kau sudah sadar?" tanya Evelyn setelah selesai mengucek mata. Han menjawabnya dengan senyuman. "Aku sangat khawatir denganmu. Bukan. Maksudku, aku hanya takut kau mati dan bayimu sepenuhnya akan menjadi tanggunganku." "Kenapa kau sangat gengsi hanya untuk mengatakan jika kau khawatir?" "Aku tidak gengsi. Aku memang tidak terlalu mengkhawatirkanmu." Matanya terlihat tidak selaras dengan mulutnya. "Dasar! Kau memang Puteri tsundere." "Sudah kubilang, aku tidak seperti itu!" Memukul pundak Han. "Awh!" "Ah, maaf! Hufh ... Hufh ... " Meniup-niup pundak Han, lalu menatap wajahnya. Mereka pun saling beradu pandang. "Dimana Hyunki?" tanya
Lantai menebal karena debu tak disapu. Tak tersisa secuil tempat untuk duduk karena sofa penuh dengan pakaian. Begitulah keadaan apartemen Evelyn karena beberapa hari tak dirawat. "Pelan-pelan!" Evelyn memapah Han dari keluar taksi hingga masuk ke dalam rumah, meskipun sebenarnya Han bisa berjalan sendiri. "Luka saya tidak separah itu, Ev. Saya mungkin bisa berjalan sendiri." "Tidak! Bagaimana jika kau terjatuh?" "Baiklah! Terima kasih karena sudah khawatir." "Aku hanya tidak ingin kerepotan lebih lama jika kau terjatuh lagi dan tak kunjung sembuh." "Astaga! Rumah ini sudah seperti bangunan yang terbengkalai selama berabad-abad." ucapnya setelah masuk ke dalam apartemen. "Apa saya boleh membantu membersihkannya?" "Tidak! Kau harus istirahat. Aku akan mengantarmu ke kamar." "Duduk!" perintahnya, lalu membantu meluruskan kaki Han di atas ranjang kamarnya. "Kau sangat perhatian. Beruntung sekali bagi
"Dicari atau mencari, sengaja atau tidak, kau pasti akan bertemu dengan pasanganmu." Kalimat yang diucapkan oleh Han tadi melintas di kepalanya. Membuatnya yang sedang melamun menatap ke luar jendela, mengenang sebuah kenangan di masa lampau. "Pasangan?" Di bangku sekolah dasar pada saat bel istirahat berbunyi, seluruh Siswa berlomba-lomba keluar kelas untuk makan siang. Terkecuali, Evelyn kecil. Dia terlihat enggan untuk keluar kelas. Ia mulai melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menopangkan kepalanya. "Eyin, kau tidak makan siang?" tanya seorang anak laki-laki yang baru saja menghampirinya. Evelyn mendongak, "Aku tidak bawa bekal. Uang sakuku sedikit. Jika habis, aku pasti akan kena marah. "Ayo makan bersama! Ibuku membawakan bekal yang sangat banyak. Jika tidak habis, ibuku akan memarahiku." Dua anak itu akhirnya makan bersama di bangku kantin. Mereka duduk saling berhadapan. "Masakan ibumu sangat enak," koment
Kondisi Han sudah benar-benar pulih. Pagi ini, Evelyn dan Han pergi bersama untuk menjemput Hyunki di rumah Hwang Seol He, nenek Evelyn. Di sofa ruang tamu, mereka saling bicara sebelum membawa Hyunki pulang. Sedangkan Hyunki masih bermain bersama Asistant rumah itu. "Bagaimana dengan kondisimu, Nak Han? Apa kau sudah sepenuhnya sehat?" tanya Seol He sebagai bentuk perhatiannya. "Seperti yang Anda lihat, Ny. Hwang. Saya sudah merasa sangat sehat." "Syukurlah kalau begitu. Tapi, bisakah kau memanggilku dengan sebutan 'Nenek' saja? Aku sudah menganggapmu sebagai cucuku juga." "Tadinya saya juga ingin begitu, tapi saya takut dianggap lancang dan tidak sopan." "Tidaklah. Omon-omong ... Aku minta maaf atas kesalahan James. Aku bahkan tidak tahu, kapan jiwanya mulai terganggu." "Mungkinkah itu sebuah karma?" sahut Evelyn tiba-tiba. "Apa maksudmu, Ev?" Wanita itu mengernyitkan dahi. "Atas kesalahan dan dosa-dosan