Malaikat Dihukum Jadi Babysitter

Malaikat Dihukum Jadi Babysitter

By:  Ai nien  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
38Chapters
2.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Han adalah malaikat yang melakukan sebuah kesalahan, hingga menyebabkan seorang bayi manusia kehilangan Ibunya dan tak diakui oleh Ayahnya. Untuk menebus kesalahan, ia harus menjalani hidup sebagai manusia untuk merawat bayi tersebut. Beruntung, di bumi ia bertemu dengan Evelyn yang bersedia membantunya, meski dengan terpaksa arena kasihan. Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh diantara mereka.

View More
Malaikat Dihukum Jadi Babysitter Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
wah... cerita yg bikin penasaran salam Ksatria Pengembara
2022-04-09 00:36:38
1
38 Chapters
Bab 1.Hukuman
"Dasar, Jalang!" Laki-laki itu melempar kertas berisi hasil tes DNA ke arah ibu muda yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit menyusui bayinya."Lihat! Sekarang sudah jelas dia bukan anakku. Jadi, aku tidak akan sudi menikahimu!""Tapi aku hanya melakukannya denganmu. Bahkan aku tak mempunyai pria lain, James," jelas wanita itu setelah membaca kertas tersebut. Air matanya mulai mengalir."Kau pikir aku akan percaya dengan omonganmu?" James berjalan keluar."Kau harus percaya! Bayi ini adalah darah dagingmu!" teriaknya kepada pria yang sama sekali tidak memedulikannya. Tak ada yang bisa ia lakukan. James sudah memblokir nomornya. Tak ada yang bisa ia pintai bantuan. Dengan apa dia harus membayar biaya persalinannya. Tak berpikir panjang, malam ini ia berencana kabur dari rumah sakit dengan membawa bayinya.Aksinya berjalan dengan lancar. Sekarang dia sudah berjalan jauh dari rumah sakit, tetapi pikirannya masih dipenuhi banyak beba
Read more
Bab 2.Lalai
*Sembilan bulan yang lalu di Negri Kahyangan tepatnya kantor tempat produksi manusia.*Han sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ia adalah malaikat yang bertugas meracik genetik makhluk di bumi seperti, golongan darah, sidik jari, warna kulit, warna mata, dan berbagai jenis bentuk tubuh lainnya. Bisa dibilang pekerjaanya sangat rumit dan butuh ketelitian luar biasa. Dia harus memasukkan ramuan sesuai takaran yang tertulis di dokumen. Misalnya, takaran lebar mulut dan tinggi hidung tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Jika tidak, akibatnya bayi yang lahir akan berbeda dengan wajah kedua orang tuanya. "Tok ... tok ... tok ... " suara ketukan pintu dari luar.  "Masuklah!" Yejun pun masuk dengan membawa tumpukan berkas setelah dipersilahkan. "Siang, Tuan Han! Ini berkas-berkas manusia yang akan lahir sembilan bulan ke depan." "Aissh ... K
Read more
Bab 3.Toko Roti
Malam semakin larut. Han membopong bayi tersebut sambil menelusuri jalan dengan perut kelaparan. Dia menoleh kanan dan kiri. Namun, tiada satu pun tempat yang dapat ia singgahi. Toko dan tempat-tempat makan semua nampak redup.  Bagai menemukan secercah cahaya dalam gulita, saat langkahnya terasa semakin berat, pandangannya berhasil menemukan sebuah toko yang masih buka. Segera ia bergegas menuju ke sana. Tempat yang sedang dituju malaikat kelaparan itu adalah sebuah toko yang menjual beragam roti dan kue. Di dalam sana, terdapat sang pemilik toko yang duduk menopang dagu. Dia terlihat bukan seperti gadis Asia dengan rambut pirang dan bola mata biru. "Lima menit lagi aku akan menutup toko jika tidak ada pembeli yang datang," katanya sambil melirik jam dinding dengan jarum panjang dan pendek saling tumpang tindih di angka 11. "Bisa-bisanya jumlah roti yang terjual sama saja meskipun buka lebih awal dan tutu
Read more
Bab 4.Makanan Ringan
Angin malam yang berhembus kencang mengingatkannya agar tak lupa untuk mengenakan jaket.Beberapa menit yang lalu, Evelyn baru saja selesai membereskan kedai. Kini, lengkap dengan pengaman kepala serta kaos tangan ia siap mengendarai motor maticnya dan meluncur pulang. Dari kejauhan, samar-samar matanya melihat seseorang sedang berjalan dipinggir jalan. Dan semakin jelas pada jarak kurang dari 50 meter. "Bukankah itu pria yang tadi?"Ya, orang tersebut adalah Han yang masih berada di jalanan sambil berusaha menenangkan bayinya.Awalnya, Evelyn ingin mengabaikan. Tapi, melihat bayi yang dibawa menangis kencang, ia pun memilih berhenti meskipun sudah melewati Han beberapa meter."Kenapa kalian masih berada di sini?" tanyanya setelah turun dari motor."Oh, Nona Roti. Saya tidak tahu harus ke mana dan bayi ini terus menangis sampai-sampai saya juga ingin menangis.""Jadi kalian tidak punya tempat tinggal?"Han ha
Read more
Bab 5.Makhluk Aneh
"Tok ... tok ... tok ... " suara pintu yang diketuk oleh Han. "Nona Roti, bangunlah sebentar! Maaf kalau mengganggu tapi ini sangat darurat," katanya panik. "Tok ... tok ... tok ..." "Nona Roti!" Suara berisik Han berhasil membangunkan Evelyn dari tidur nyenyaknya. Dengan rambut berantakan dan tentunya dengan ekspresi marah, ia membuka pintu kamar. "Sudah kubilang jangan mengganggu kenapa malah ribut-ribut tengah malam?" "Tunda marahmu sebentar saja, Nona! Sesuatu terjadi pada Si bayi. Tolong bantu saya!" Dia menarik tangan Evelyn menuju kamarnya. "Owek ... owek ... " "Lihatlah! dia belum berhenti menangis sedari tadi. Bahkan aku sudah membuatkan susu untuknya malah dia seperti menolak." Mereka melangkah bersama mendekati si bayi. Evelyn mengecek popoknya, "Hoek!" Secara reflek, dia menutup hidung setelah melihat kotoran didalam popok bayi itu. "Dia buang air besar. Cepat gant
Read more
Bab 6.Terpukau Oleh Kesempurnaan
"Kita mulai dari membuat sarapan terlebih dahulu. Perhatikan baik-baik, oke!""Oke!" Mengacungkan jempol tangan kanan sementara tangan kiri menggendong bayi.""Nyalakan kompornya terlebih dahulu seperti ini! Ceklik ..." bunyi kompor dinyalakan."Aku akan mengajarkan menu paling sederhana dulu. Yaitu ... telur ceplok." Gaya bicara Evelyn meniru pembawa acara progam memasak di stasiun televisi."Panaskan teflon! Lalu pecahkan telur diatasnya! Tambahkan sedikit garam! Ini yang namanya garam. Kau juga harus belajar membedakan mana garam, mana gula, dan lain-lain."Han sangat fokus meperhatikan Evelyn, "Bagaimana cara membedakannya?""Kau bisa menjilatnya sedikit. Nanti lama kelamaan kau bisa membedakan hanya dengan melihatnya."Han pun menjilat masing-masing toples bumbu menggunakan ujung jari dengan menampilkan ekspresi sesuai rasa. Evelyn yang sedang mengangkat telur, melirik ke arah Han, "Sudah matang ... Pakai sendok, Bodoh! Itu menji
Read more
Bab 7.Uang
"Kau bisa memandikan Hyunki?"Belum sempat Han membuka mulut, Evelyn kembali berkata, "Sudahlah jangan menjawab! Kau pasti tidak bisa.""Hehe ... Kalau begitu tolong ajari!""Masalahnya aku juga belum pernah memandikan bayi." berpikir sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari tas. Ia menonton sebuah video memandikan bayi di internet. Han juga ikut menonton."Aku tetap tidak berani melakukannya. Hyunki terlalu kecil," ucap Evelyn."Saya bisa melakukannya.""Kau yakin?"Sambil mengangguk, dia berkata, "Seperti yang saya bilang, saya bisa melakukan segala hal jika sudah pernah melihatnya."Segera, Han memandikan bayi yang diberi nama Hyunki tersebut dan benar dia bisa melakukannya dengan baik."Wah, ternyata kau tidak bodoh sepenuhnya," puji Evelyn, "Kalau begitu, aku juga tidak perlu mengajarimu cara melakukan pekerjaan rumah sendiri. Kau tonton saja video di internet!""Tentu saja," balas Han sambil tersenyum.
Read more
Bab 8. Wajah Sempurna
Sepanjang hari dan malam, pikiran Han tak berpaling sedikit pun dari kata-kata Evelyn bahwa dirinya adalah beban.Hal itu membuat dirinya bertekad untuk mencari kerja meski tanpa kartu identitas apa pun.Hari ini setelah Evelyn berangkat ke toko roti dan dia sudah selesai dengan pekerjaan rumah, ia pergi berangkat melamar pekerjaan.Di bawah sinar mentari pagi, ia berjalan menyusuri kota sambil mendorong kereta bayi yang berisi Hyunki.Dia mendatangi semua toko dan tempat makan menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan.Tak banyak toko yang sedang menambahkan pekerja. Sekalipun ada, mereka selalu bertanya kartu identitas yang tak dimiliki oleh Han.Dia terus berjalan dan menemukan sebuah tempat makan yang sedang membutuhkan karyawan tanpa meminta identitas apa pun. Tapi tentunya, pemilik tempat makan itu tidak mau menerima karyawan yang bekerja membawa bayi.Hari semakin siang.Terik matahari terasa membakar kulit. Han memilih b
Read more
Bab 9. Makan malam
Biasanya, Han makan malam lebih dulu tanpa menunggu Evelyn. Tapi, berbeda dengan hari ini, ia mengganjal perutnya yang lapar dengan makanan ringan agar bisa makan malam bersama Evelyn.Waktu pulang Evelyn pun telah tiba. Ia datang dengan membawa bungkusan roti di tangan dan raut muka yang lesu."Selamat datang, Evelyn!" sambut Han begitu Evelyn masuk ke dalam."Untukmu!" kata Evelyn sambil memberikan bungkusan roti yang ia bawa, "kau pasti belum makan karena di rumah tidak ada bahan makanan.""Benar, saya belum makan karena menunggumu. Tapi, saya sudah memasak untuk makan malam kita. Ayo!""Kenapa menungguku? Setiap hari kan aku sudah makan malam di toko.""Sudah! Pokoknya malam ini kau harus makan malam dengan saya!" Han pun menarik tangan Evelyn menuju dapur.Melihat meja makan penuh dengan berbagai makanan yang tersaji, membuat Evelyn bertanya karena yang ia tahu bahan makanan dirumah sudah habis."Kau dapat dari mana semua
Read more
Bab 10. Nyaman di dekapmu
Di depan jendela kamarnya, Evelyn berdiri. Menatap gemerlap bintang di langit sambil menangis."Ev, Kau belum tidur?"Evelyn menoleh, "Kau? Kau sangat tidak sopan memasuki kamar perempuan sembarangan!" katanya sambil mengelap air mata."Maaf! Saya ingin mengetuk pintu tapi saya takut kau tidak mengijinkan saya masuk." Mendekat ke arah Evelyn."Kenapa menangis?" Mengelap air mata Evelyn menggunakan tangan kanannya.Evelyn hendak menolak perlakuan Han dengan menepis tangannya, tetapi Han malah memegang pipinya dengan kedua tangan dan menghapus air matanya.Hal itu membuat sebuah kenangan terbesit di kepalanya. Kenangan dengan seorang anak laki-laki yang mengusap air matanya ketika menangis di masa kecil. Air matanya mengalir semakin deras membuat Han bingung dan langsung memeluknya."Apakah saya menyakitimu sedalam itu? Maafkan saya." Mengusap punggung.Otak Evelyn hendak menolak, namun tidak dengan tubuhnya. Ia mera
Read more
DMCA.com Protection Status