Beranda / Romansa / Malam Membara Bersama Pamanmu / 225. Kebencian Membakar Tenggorokan

Share

225. Kebencian Membakar Tenggorokan

Penulis: Almiftiafay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-28 22:03:51
Seringai Kayden terlihat sesaat sebelum ia mengayunkan kaki panjangnya untuk menyusul Liora serta Evan.

Meninggalkan Nyonya Lin yang kerongkongannya benar-benar terasa terbakar akibat kalimat Kayden.

Beliau berdiri membeku tanpa mampu beranjak seinchi pun dari tempatnya. Napasnya tercekat, semua kata yang pernah dipelajarinya selama hidup mendadak sirna. Ia tak bisa bicara.

Ucapan Kayden menamparnya tanpa ampun, tepat mengenai wajahnya. Tanpa sentuhan, hanya suara baritonnya yang menyasar tepat di ulu hati.

Mungkin setelah Kayden yang menyusul Liora dan sekretarisnya itu menghilang di kejauhan, barulah Nyonya Lin mampu bergerak.

Beliau menoleh pada Irina yang napasnya terdorong berat, matanya sesaat terpejam—seperti seseorang yang baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang buruk atau menyembunyikan kebusukan terlalu lama.

“Jelaskan pada Mama, Irina!” pinta Nyonya Lin. “Apa alasan Adrian sudah tidak pernah datang ke rumah itu karena kalian putus?”

“Ma—“ balas Irina, bingun
Almiftiafay

lunas 6 bab ya hari ini Akak semuanya... terima kasih sudah membaca. apakah bisa tidur dengan nyenyak? 🤣🤣🤣

| 13
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
ada yg mau liat kayden jadi iblis nih. apa suruhan nya irina? selamat irina kamu akan jadi target pembalasan kayden
goodnovel comment avatar
Eva
Ini pasti kelakuannya si Irina. Siapa lagi? Suka banget cari mati nih orang-orang. Udah di kasih hidup enak malah pada minta di penjarain
goodnovel comment avatar
indina
bukan nyenyak tidur Kaka yang ada ga bisa tidur,hhuu..hu..hu siapa lagi ini yang mau mencelakai Liora,Adrian kah si iri ataauuu si aku aki allen
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    304. Seumur Hidup!

    “Saudari Freya Jason akan diserahkan kepada lembaga pemasyarakatan negara bagian Washington untuk menjalani hukuman tersebut sesuai ketentuan yang berlaku. Sidang ditutup.”Hakim mengetuk palu.Menggema memenuhi ruang sidang, mengiringi beliau yang kemudian bangun dari duduknya.Freya menunduk, tak bisa berkutik sebab keputusan sudah final.Petugas keamanan ruang sidang mendekat, melindunginya dari para reporter yang memadati tempat itu.Liora menghela dalam napasnya. Ia menyeka setitik air mata kecil di kedua sudut netranya yang terasa perih.Seumur hidup di dalam penjara, itu adalah harga yang harus dibayar Freya atas kejahatannya merenggut nyawa Nyonya Marry.Jika membandingkan dengan tragisnya kematian sang Ibu, dan bagaimana beliau melewati satu malam bak neraka dalam keadaan memikul kesepian, kegelisahan dan rasa sakit seorang diri itu membuat Liora ingin bersikap serakah.Liora ingin hukuman yang lebih berat!Tapi ... sepertinya itu setara.Freya juga akan merasakan neraka yang

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    303. Tak Ada Belas Kasih!

    Sudah cukup siang saat Liora ada di dalam kamarnya. Ia masih belum sepenuhnya siap keluar.Rambutnya masih basah sehingga ia perlu mengeringkannya dulu.Ada hal yang harus ia lakukan hari ini, yakni menghadiri sidang putusan untuk sahabatnya—aah ... bolehkah jika Liora menyebutnya sebagai mantan sekarang?Setelah urusan rambutnya selesai, ia memakai anting di telinganya, memastikan tampilannya cukup bagus di depan Freya nanti.Meski terdengar jahat, tapi Liora ingin memastikan bahwa temannya itu menyesal sebab ia telah menodai hubungan mereka dengan sebuah pengkhianatan.Sekalipun Liora harus menapaki perjalanan panjang agar keadilan bisa menyeruak, tapi Liora puas!Tidak ada belas kasih di dalam hatinya untuk seseorang yang teah sengaja mengambil satu-satunya keluarga Liora yang tersisa saat itu.Ibunya, Nyonya Marry yang malang.Liora menarik laci dari tempat perhiasan, mengambil kotak berwarna hitam dengan beludru. Membawanya ke meja di depan cermin.Liora membukanya dan melihat se

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    302. Ah—Tutup Matamu Dulu

    ***Kenangan akan semua peristiwa itu lambat laun memudar dari pandangan Evan, seperti layar proyektor yang meredup lalu tak lagi terlihat.Matanya masih menatap sebungkus gummy bear yang ada di tangannya. Ia tersenyum saat membukanya dan memasukkan satu buah ke dalam mulut.Kemudian, kalimat Kayden tentang ‘wajahnya yang sama seperti saat ia sembilan belas tahun itu’ bisa dipahaminya secara jelas. Bahwa saat ia melampiaskan kekesalannya dengan menginjak-injak kartu nama milik Regan tadi, Evan sebenarnya sedang menyembunyikan kesedihannya. Persis seperti saat Kayden melihatnya di halte.Marah, kesal, tapi berpura-pura kuat.‘Kapan dia berhenti memperlakukan aku seperti anak kecil?’ batin Evan dalam hati. Memasukkan satu gummy bear lain, tak membaginya dengan Rowan.Sedan itu kemudian berhenti di depan gerbang rumahnya. Ia keluar lebih dulu kemudian memandang Rowan yang menurunkan jendela mobilnya saat Evan mengatakan, “Terima kasih, Rowan.”“Sama-sama, Pak Evan.”“Terima kasih juga un

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    301. Pergi, Lalu Kembali

    Untuk pertama kalinya, Evan lalu mengenalkan Kayden pada ibunya. Mereka berhubungan baik sejak saat itu. Kayden menjadi donatur tetap untuk Maple Hearts, sekaligus memberi bantuan biaya pendidikan pada anak-anak yang tinggal di sana. Ia rutin berkunjung, setiap bulan, tak pernah terlewati. Di Evermore, Evan memiliki posisi yang lebih secure. Ia menjadi karyawan tetap, ditunjuk mendampingi Kayden, menjadi sekretarisnya, saat Kayden naik jabatan. Sikap Kayden, bukankah Evan tak perlu mempertanyakan seperti apa? Di tempat kerja, mereka bekerja secara profesional. Kayden berdarah dingin, tidak menoleransi kesalahan, dan perfeksionis. Evan dituntut untuk lebih naik level, bukan hanya sebatas staf biasa, ia harus sama cerdasnya seperti Kayden. Tidak pernah ada sesuatu di dunia ini yang berjalan secara mulus. Begitu juga dengan perjalanannya. Ia kerap dipandang sebelah mata, orang-orang yang lebih dulu bekerja di sana dan mengenal Kayden lebih awal meletakkan iri yang cukup besar padan

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    300. Yang Tak Terduga

    Ibunya dilarikan ke rumah sakit. Dari saksi mata yang ikut ke sana, Evan mendengar bahwa beliau keluar malam itu untuk membelikan obat karena salah satu adik pantinya ada yang demam. Tapi dalam perjalanan pulang, seorang pria yang tengah mabuk mengendarai motornya tanpa aturan dan menabraknya. Setelah pertolongan pertama untuk membuat ibunya tetap bertahan hidup berhasil, masalah lain timbul. Biaya untuk operasi ibunya yang diklaim mengalami ruptur hati sangat mahal dan tidak bisa ditutupi oleh asuransi. Ibunya dibawa masuk ke ruang bedah saat Evan harus memikirkan bagaimana caranya ia membawa beliau pulang kelak. Setelah memberi tahu adik pantinya yang paling besar, Evan memandangi ponselnya. Dalam hati ia berpikir, 'Bagaimana kalau aku meminjam pada orang tua temanku?' Apa mereka akan memberi pinjaman? Mengingat jumlahnya yang cukup besar? Evan berhenti menggulir ponselnya. Di kursi tunggu di depan kamar bedah itu, ia yang seperti telah hilang arah melihat foto Kayden di berit

  • Malam Membara Bersama Pamanmu    299. Terima Kasih Sudah Mempertemukan Aku Dengan Kayden Baldwin

    Saat Evan ceritakan apa yang didapatkannya hari ini, Ibu Joanna tak bisa membendung harunya. Beliau menyeka air matanya saat keduanya telah duduk di ruang tamu yang ada di panti asuhan, selepas pulang dari gereja. "Syukurlah," ucap Ibu Joanna, tersenyum hangat dan keibuan seraya mengusap pipi Evan. "Doa ibu dikabulkan, kamu mendapat kemudahan, Nak. Selamat ya?" Evan mengangguk, tentu ia tak menyebutkan perihal dirinya yang 'dibuang dan dikhianati' oleh teman-temannya pasca project itu selesai. Ia kabarkan saja hal yang bahagia pada Ibunya yang telah banyak memikul beban itu. "Terima kasih, berkat doa Ibu juga aku dipertemukan dengan Tuan Kayden," balasnya. "Nanti, uang yang aku dapat dari kerja paruh waktu bisa untuk biaya sekolah adik-adik yang lain. Tahun ini Edo akan masuk SMA, 'kan?" "Terima kasih kamu sudah mau membantu Ibu, tapi sisihkan juga untuk dirimu. Ibu masih bisa mendapatkan biaya untuk adik-adikmu. Semoga ke depannya ... tidak ada lagi yang perlu singgah di rumah i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status