Pak itu yang di stroller masih kicik woyyy 🤣🤣🤣🤣 parah si Kayden mah kecintaan sama Liora yg seksi ✨ 🤣 baca juga JANGAN MENANGIS NONA TUAN MUDA AKAN MEMANJAKANMU 💃🏻
"A-apa yang sebenarnya kamu bicarakan?" tanya Liora, menarik kepalanya ke belakang, sebab wajah Kayden terlalu dekat dengannya."Tidak mau?""Lucca dan Elea masih kecil, Tuan Kayden! Aku masih mau melakukan banyak hal dengan mereka. Aku mau kalau mereka itu besar dalam pengawasanku dan tumbuh dengan tidak kekurangan cinta.""Hm ... padahal aku sudah berencana untuk membuat kamu hamil lagi dalam waktu dekat," kata Kayden, mengangkat dress yang dikenakan oleh Liora dan menggantinya dengan sleepwear yang diambilnya. "Padahal kamu yang duluan merencanakan agar kita punya bayi lagi.""Tapi tidak dalam jarak sedekat ini!" balas Liora, menunjuk Kayden, menusukkan ujung jari telunjuknya di dada bidangnya yang berbalut piyama hitam.Kayden tetap tersenyum penuh godaan meski bibirnya mendesis kesakitan karena Liora tak hanya sekadar menunjuk tapi juga mencubitnya.Setelah gaun tidur itu sempurna dikenakan Liora, mereka menuju ke tempat tidur."Boleh aku baca besok proposalnya?" tanya Liora yan
Sepulangnya dari taman kota, selagi Kayden mengikuti si kembar masuk ke dalam kamar, Liora lebih dulu menuju ke ruang makan.Di sana ia membuka makanan yang tadi dibelinya disalah satu restoran sewaktu dalam perjalanan kembali ke rumah. Cukup banyak Liora memesannya.Sengaja ia lakukan itu agar bisa berbagi dengan semua orang di rumah.Tapi yang paling spesial ia belikan khusus untuk Tuan Owen. Makanan rendah lemak dan gula, yang ia minta Annie agar memindahkan ke dalam mangkuk-mangkuk dan ditata di atas meja makan."Yang ada di kantong besar satunya itu untuk Bu Annie dan semua pelayan yang lain," kata Liora seraya menunjuk ke tas kain yang ada di sisi lain di meja makan, yang hampir ditarik oleh Annie mendekat."Ya?!" Kedua mata wanita paruh baya itu membola. "Untuk kami, Nona?" ulang Annie memastikan."Iya, jumlahnya dua belas orang termasuk Bu Kim dan Bu Wina, 'kan?""Benar, Nona.""Aku membeli lebih tadi, untuk Pak Han dan sopir yang lain sudah ada di depan, Bu Annie bisa membagi
....Dengan diantar oleh Han, Liora dan Kayden memenuhi janji ke butik pada sore harinya.Bersama dengan si kembar yang tampak sangat senang, karena mereka seperti melihat dunia baru di luar.Setelah usai berkonsultasi dengan teman Kayden yang seorang desainer, Liora meminta prianya itu untuk berhenti sejenak di taman kota.Han menurutinya. Lokasinya tak jauh dari tempat di mana ia ditenggelamkan oleh Irina saat itu.Tapi di sini lebih banyak orangnya. Beberapa wanita dengan stroller bayi mereka, dan para ayah yang mengajak anak-anak mereka menghabiskan sisa sore dengan berlari di sepanjang trek.Liora duduk di bangku taman, di samping Kayden yang matanya tak berhenti memandangi Lucca dan Elea yang duduk tenang di stroller yang tadi dikeluarkan Han dari dalam bagasi.“Kamu akan diam sampai kapan?” tanya Liora yang membuat Kayden dengan segera menoleh ke arahnya.Kayden tersenyum, ia merangkul bahu Liora sebelum menjatuhkan bibir di pucak kepalanya.“Maaf,” katanya. “Apa aku mengabaika
Cherry dapat menjumpai tatapan mata Adrian yang tampak kosong. Sepasang iris gelapnya mengarah pada langit-langit kamar hotel tempat mereka menginap yang telah sepenuhnya terang.Matahari sudah meninggi di Seattle tetapi di dalam sana hanya kesuraman yang terjadi.Padahal, mereka baru saja usai bercinta dengan panasnya. Dari sofa tempat Cherry menunjukkan punggungnya pada Adrian tadi hingga ke ranjang.Cherry mendekatkan tubuhnya pada Adrian yang terlindung dengan satu selimut yang sama dengannya. Jemari lentiknya jatuh di dada Adrian yang tak tertutup sebelum bertanya, “Kamu masih belum puas?”Adrian tak menjawab. Masih menatap pada langit-langit sebelum helaan dalam napasnya terdengar.“Puas,” katanya. “Tapi anehnya bukan seperti itu yang aku mau.”Adrian mengambil ponselnya, melihatnya dan melemparkannya kembali ke tempat semula saat membaca pesan yang membuatnya kesal.“Kenapa?” tanya Cherry.“Ada pesan masuk dari orang aneh. Dia terus mengusikku sejak beberapa bulan ini.”“Tidak
“Saudari Freya Jason akan diserahkan kepada lembaga pemasyarakatan negara bagian Washington untuk menjalani hukuman tersebut sesuai ketentuan yang berlaku. Sidang ditutup.”Hakim mengetuk palu.Menggema memenuhi ruang sidang, mengiringi beliau yang kemudian bangun dari duduknya.Freya menunduk, tak bisa berkutik sebab keputusan sudah final.Petugas keamanan ruang sidang mendekat, melindunginya dari para reporter yang memadati tempat itu.Liora menghela dalam napasnya. Ia menyeka setitik air mata kecil di kedua sudut netranya yang terasa perih.Seumur hidup di dalam penjara, itu adalah harga yang harus dibayar Freya atas kejahatannya merenggut nyawa Nyonya Marry.Jika membandingkan dengan tragisnya kematian sang Ibu, dan bagaimana beliau melewati satu malam bak neraka dalam keadaan memikul kesepian, kegelisahan dan rasa sakit seorang diri itu membuat Liora ingin bersikap serakah.Liora ingin hukuman yang lebih berat!Tapi ... sepertinya itu setara.Freya juga akan merasakan neraka yang
Sudah cukup siang saat Liora ada di dalam kamarnya. Ia masih belum sepenuhnya siap keluar.Rambutnya masih basah sehingga ia perlu mengeringkannya dulu.Ada hal yang harus ia lakukan hari ini, yakni menghadiri sidang putusan untuk sahabatnya—aah ... bolehkah jika Liora menyebutnya sebagai mantan sekarang?Setelah urusan rambutnya selesai, ia memakai anting di telinganya, memastikan tampilannya cukup bagus di depan Freya nanti.Meski terdengar jahat, tapi Liora ingin memastikan bahwa temannya itu menyesal sebab ia telah menodai hubungan mereka dengan sebuah pengkhianatan.Sekalipun Liora harus menapaki perjalanan panjang agar keadilan bisa menyeruak, tapi Liora puas!Tidak ada belas kasih di dalam hatinya untuk seseorang yang teah sengaja mengambil satu-satunya keluarga Liora yang tersisa saat itu.Ibunya, Nyonya Marry yang malang.Liora menarik laci dari tempat perhiasan, mengambil kotak berwarna hitam dengan beludru. Membawanya ke meja di depan cermin.Liora membukanya dan melihat se