Home / Romansa / Malam Panas dengan Atasan Mantan / Bab 148 : Juliet dan Lukanya

Share

Bab 148 : Juliet dan Lukanya

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-06-19 21:01:48

Veronica dengan segera melakukan apa yang Juliet katakan.

Tangannya menggenggam ponsel dengan erat, lalu menekan sebuah nomor yang sudah lama tidak ia hubungi. Orang kepercayaannya yang dulu biasa melakukan pekerjaan “gelap” di balik layar, menjawab cepat.

“Cari tahu semuanya,” kata Veronica dingin. “Apa saja yang pernah dilakukan suamiku yang sekarang… terhadap mantan suami ku. Aku ingin tahu seberapa dalam luka yang aku abaikan selama ini.”

“Baik, Nyonya. Akan segera saya kerjakan,” suara pria itu berat dan patuh.

Setelah menutup telepon, Veronica duduk membeku. Sorot matanya penuh ketegangan dan penyesalan, tapi juga rasa takut.

Ia memejamkan mata mengingat kembali tahun-tahun yang lalu, bagaimana ia memaksa perceraian itu agar segera terjadi.

Ya. Saat itu, dia benar-benar tidak tahan lagi dengan hubungan pernikahannya yang selalu saja memiliki masalah.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 163 : Pria Kursi Roda

    Hari itu, matahari belum terlalu tinggi ketika Juliet tiba di kafe milik Wilson. Dia mengenakan pakaian kasual sederhana, blus putih longgar, celana bahan nyaman, dan sneakers polos. Rambutnya diikat seadanya, wajahnya nyaris tanpa riasan, tapi justru itulah yang membuat para staf langsung jatuh kagum padanya. Bukan karena statusnya sebagai istri Wilson, tapi karena auranya yang hangat dan sederhana. “Pagi semuanya!” sapanya sambil tersenyum manis. Beberapa staf yang sedang menyusun gelas dan membersihkan meja langsung membalas dengan kikuk. “Selamat pagi juga, Nyonya…” “Eh, panggil aku Juliet saja,” potongnya cepat, membuat semua orang langsung kaget. “Tapi kan...” ucap salah satu pegawai, bingung. “Sudahlah, santai saja. Aku juga tidak gila hormat, kok,” ujar Juliet. Para pegawai pun tersenyum pasrah. Juliet berjalan ke arah dapur, melihat

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 162 : Rumah Yang Sesungguhnya

    Sejak hari itu, segala akses Reina ke sistem internal perusahaan dialihkan. Rafael mengambil alih, menyamar sebagai Reina dalam jalur komunikasi yang biasa digunakan pihak misterius itu. Di balik meja komputer yang kini jadi “markas” barunya, Rafael mengenakan headset kecil dan mengenakan kacamata yang menutupi separuh wajahnya. Di layar, muncul deretan pesan terenkripsi yang biasa dikirimkan ke Reina. “Laporan keamanan terakhir? Ada celah atau tidak?” Pengirimnya tidak dikenal Rafael mengetik cepat, meniru gaya dan ejaan Reina. “Masih dalam pantauan. Sistem terlihat stabil, tapi ada kemungkinan celah jika dilakukan saat shift malam.” Pesan itu terkirim. Rafael menunggu, hingga layar berkedip lagi. “Bagus. Jaga komunikasi. Sepertinya orang itu tidak suka keterlambatan.” Nama itu ‘asing’ muncul semakin sering. Rafael mencatat semuanya, termasuk waktu, bahas

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 161 : Mencoba Menyelesaikan Masalah

    Reina duduk di meja kerjanya dengan wajah pucat. Tangannya gemetar saat menutup layar laptopnya, sementara napasnya terasa berat. Sudah tiga hari ini ia diliputi kecemasan yang luar biasa. Awalnya semua tampak mudah, ia hanya diminta mengirimkan laporan bulanan biasa oleh “perusahaan rekrutmen luar negeri” yang mengaku ingin mengevaluasi kandidat. Tapi kemarin malam, ia menerima pesan surel tanpa nama pengirim yang hanya berisi satu kalimat aneh, “Kami sudah mendapatkan apa yang kami butuhkan. Jangan lakukan tindakan bodoh, Reina.” Dada Reina langsung terasa sesak. Ia tidak mengerti sepenuhnya apa maksud pesan itu, tapi perasaan bersalah mulai menyesaki dirinya. Apalagi pagi ini, saat Rafael, kepala keamanan siber baru sekaligus orang kepercayaan Wilson perusahaan mengirim email kepada semua kepala divisi dan staf tertentu, termasuk Reina sendiri. “Kami sedang menyelidiki aktivitas mencurigakan dalam sistem internal. M

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 160 : Tidak Kenal Puas

    “Lalu, apa kau pikir Wilson tidak cacat?” jawab Luis. Leonardo terdiam mendengar ucapan Luis. Tatapan sinis di wajahnya perlahan memudar, tergantikan oleh sorot mata yang lebih dalam, bukan kelembutan, tapi pemahaman getir atas kenyataan hidup yang tidak pernah memihak siapa pun dalam keluarga mereka. Luis menundukkan kepala sejenak, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih rendah, nyaris seperti pengakuan, “Kita semua terluka, Leo… Bukan cuma kau yang duduk di kursi roda, bukan cuma Wilson yang dihancurkan oleh ambisi ibunya, bukan cuma aku yang kehilangan dua anak karena keserakahan masa lalu. Tapi kalau ada satu hal yang aku sadari belakangan ini… Harta yang dulu kupikir bisa membuat segalanya lebih baik, justru membuat kita saling membunuh, perlahan tapi pasti.” Leonardo mengernyit, menggenggam sandaran kursinya erat. “Jadi… ini apa? Penebusan dosa, atau cuma karena Ayah takut mati dan ingin meninggalkan sesuatu agar terlihat seolah Ayah pernah

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 159 : Menyerah Pada Akhirnya

    Byurrrrr...! Raina mengerjap panik, tubuhnya gemetar saat guyuran air dingin membasahi tubuh dan rambutnya. Nafasnya memburu, kesadarannya mulai pulih sepenuhnya seiring rasa dingin yang menusuk tulang. Dia mendapati dirinya duduk di kursi besi, tangannya terikat ke belakang dengan tali nilon yang kasar dan kuat. Ruangan itu gelap, hanya satu lampu redup menggantung di atas kepalanya, menciptakan bayangan tajam di dinding kosong. “Apa-apaan ini?! Siapa kalian?! Kenapa kalian melakukan ini padaku?!” Raina berteriak dengan suara parau. Di hadapannya, berdiri tiga orang pria bertubuh besar. Wajah mereka ditutupi masker hitam. Tidak ada yang bicara. Yang satu menyalakan korek api, lalu memainkan nyala kecil itu sambil berjalan mendekat, seperti mencoba menakuti. “Hei! Jawab aku! Jangan diam saja seperti ini! Kalian tahu siapa aku? Kalian—” “Justru karena kami tahu siapa kau, kami melakukan ini

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 158 : Menyingkirkan Pengganggu

    Raina mulai melancarkan rencananya secara diam-diam.“Aku harap... ini akan berhasil!” Ia tahu tidak bisa menyerang Juliet secara langsung, tidak sekarang, ketika Juliet sudah memiliki begitu banyak perlindungan, termasuk dari Wilson. Maka langkah pertamanya adalah… pengamatan. Pengumpulan informasi.Selama beberapa hari, Raina menyusun jadwal kerjanya agar bisa fleksibel. Ia mulai mengikuti Wilson dari kejauhan, mengamati rutinitasnya. Pria itu memang cermat dan terorganisir. Pagi bekerja, sore kadang mengunjungi tempat tertentu, dan beberapa kali terlihat membeli mainan atau kebutuhan anak-anak.Hingga pada suatu sore yang cerah, Raina akhirnya menemukan celah. Wilson mengendarai mobilnya menuju sebuah area perumahan elite yang cukup sepi tapi dijaga ketat. Raina menyusul dengan taksi dari jarak aman. Ia mencatat setiap detail, gerbang utama, posisi kamera pengawas, dan siapa saja yang keluar masuk dari pos penjaga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status