Share

Hari-Hari Terakhir (Bagian 1)

Alaric berdiri dari kursinya, matanya terbuka lebar. Dia menatap Dimitri yang duduk di depannya. Keduanya tengah berada di serambi ruangannya, meja penuh berisi kudapan dan teh di depan mereka. Cahaya pagi menyinari dari gorden yang dibuka.

“Selir?” dia mengulangi. "Aku meminta pada Ibu untuk memberi izin agar dia menjadi putri mahkota.”

Sepupunya itu menghela nafas, menganggukkan kepala. Dan jika Alaric tidak mengenalnya, dia takkan pernah menangkap rasa sabar yang dia paksakan untuk ada di dalam dirinya.

Namun sang pangeran masih menatapnya, bersikeras. “Aku sudah menjelaskannya padamu,” ucapnya. “Dia adalah–”

“Putri seorang viscount,” potong Dimitri, meraih cangkir tehnya. Dia kembali menganggukkan kepala, seolah dia sudah lebih bijak dibandingkan sang pangeran yang berusaha untuk tetap tenang. “Tapi tak ada yang bisa menjamin itu.”

Dia memicingkan mata. “Apa maksudmu?”

“Tak ada yang bisa membuktikannya,” dia menjelaskan. “Jika yang dia katakan tentang keluarga pamannya adalah bena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status