Share

Tak Asing

Penulis: Nia Kannia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 23:51:55

Alya duduk di sisi tempat tidur tanpa berkata apa-apa. Tatapannya menembus dinding, tapi telinganya menyimak setiap jeda napas Kaivan.

Sementara itu, Kaivan memandang lekat jari-jarinya yang saling mengunci. Ada banyak yang ingin ia katakan, tetapi tak tahu harus mulai dari mana.

“Siapa, Mas?"

Kaivan meminta tolong pada Alya untuk membuka laci nakas. Yang pertama kali Alya lihat adalah selembar foto 4R yang sudah sedikit usang. Dia mengambilnya.

"Itu foto yang aku temukan di rumah Amara. Dia bersama Sahara masa kecil."

"Kenapa wajah Amara seperti gak asing, Mas?" Aira mengerutkan kening sembari menggigit bibir.

"Kamu bener, Yang. Mirip seseorang. Aku sempat putus asa mencari Sahara. Tapi satu tahun yang tanpa sengaja aku nemuin foto itu lagi, saat itu juga aku menyadari kalau Amara mirip seseorang."

Alya bergeming. Kembali mengamati foto. Fokusnya berpindah pada anak perempuan di samping Amara.

"Aira? Amara mirip Aira. Iya kan?“ seru Alya akhirnya.

Alya menoleh. Gerakan lehernya la
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
apa aira anaknya azzam?
goodnovel comment avatar
Yeni Royani
huh d bikin jantungan. lanjut penasaran lambat banget mengungkap nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Perbintangan Singkat

    Beberapa kali Azzam datang ke sana lagi. Ia memesan menu berbeda, duduk di meja yang berbeda, dan kadang berpura-pura jadi pelanggan tetap. Tapi tiap kali, reaksinya tetap sama. Aira tak pernah mengenalnya.Ah, memang apa yang ia harapkan? Berharap Aira akan mengenalnya sebagai ayah begitu saja. Azzam bahkan terlalu pengecut untuk menyapanya. Ia pun hanya bisa melihat dari balik meja. Menjadi bayangan yang tak terlihat.aHingga hari itu.Kafe sepi. Pelanggan hanya dua orang di pojok dan satu yang baru saja pergi. Aira sedang merapikan buku catatan order ketika suara Azzam memanggil.“Hmm Dek.”Aira menoleh. “Iya, Pak?”“Kalau boleh tahu ... kamu asli mana?”Aira tampak bingung sejenak, lalu tersenyum sopan. “Saya dilahirkan di Medan, Pak. Tapi besar di Jakarta.““Oh ....” Azzam menunduk sebentar, lalu berkata, “Orang tua kamu masih ada?”Pertanyaan itu membuat ekspresi Aira sedikit berubah. Namun, ia cepat mengendalikannya.“Saya dibesarkan keluarga angkat. Orang tua kandung saya ...

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Maaf

    Kaivan mengeluarkan lagi lembaran hasil tes DNA yang tadi dia sembunyikan di bawah bantal."Subjek 2 yang tanpa identitas itu elu, Zam," ujar Kaivan perlahan, hampir seperti bisikan. "Tapi kalau lu gak yakin dan gak percaya dengan itu, lu bisa lakukan tes DNA ulang. Nanti gue yang atur untuk pengambilan sampel dari Aira," lanjut Kaivan.Azzam masih memegang foto Amara dan Aira kecil. Tangannya yang dingin kini mengambil selembar kertas dari sang sahabat. "Sekarang utang gue sama Amara lunas, gue udah penuhi apa yang dia amanahkan ke gue. Gue minta maaf, karena gue yang menyebabkan Amara meninggal." Kalimat terakhir Kaivan ucapkan dengan penuh penyesalan. Azzam bergeming. Sejak tadi dia tidak ada kata yang ia ucapkan. Sebagian dari dirinya ingin menyangkal, mengusir kebenaran yang mulai mengetuk pelan-pelan, tetapi tegas.Kaivan bersandar di sandaran ranjang. Tatapannya tak lepas dari wajah sahabatnya. “Gue tahu ini gak mudah untuk lu terima, Zam. Gue belum ngomong apa-apa sama Aira

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kesalahan Terbesar

    Azzam mengerutkan dahi. "Gue gak ngerti. Lu ngomong jangan pake bahasa isyarat, dong. Kita cuma berdua di sini." "Gue terima tuduhan lu yang bilang gue serong sama dia. Tapi gue takut lu yang ga bisa terima kalau tahu alasan gue yang sebenarnya," ucap Kaivan tegas. Azzam menegakkan tabuh yang tadi duduk dengan mencondongkannya. "Sebelum lu lanjutkan tuduhan lu itu, lu harus tahu satu hal, Zam." Kaivan brhenti sejenak. "Gue jagain Aira kerena lu, Zam. Karena gue gak mau keluarga lu yang bahagia hancur hanya karena kesalahan yang lu buat di masa lalu." Kaivan menghelan napas untuk mengambil jeda. Sementara itu, Azzam makin mengerutkan dahi. Kaivan mengambil ponselnya. Tak butuh waktu lama, dia kemudian menyodorkan pada sahabatnya itu. "Lu lihat dan perhatiin baik-baik foto ini." Kaivan memberi intruksi. Azzam mengikuti perintah Kaivan. "Aira?" Azzam menoleh pada sahabatnya itu. "Lu lihat baik-baik dia." Kaivan menggoyangkan ponsel, meminta Azzam untuk mengambil benda itu.

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Temui Dia!

    "Mas nggak salah? Masa iya sih Mas—"Ketukan pelan di pintu membuat suara Alya terpotong. Ia menoleh cepat, lalu pandangannya bertemu dengan Kaivan yang sama-sama terdiam."Melati, Bu." Suara Melati terdengar dari balik pintu. Suaranya terdengar ragu tapi mendesak. "Masuk aja, Mel." Alya menjawab.Beberapa detik kemudian, pintu terbuka dan Melati berdiri di sana. "Ada tamu cari Bapak, Bu.""Siapa, Mel?" Alya bertanya."Papanya Non Lysandra, Bu."Alya dan Kaivan saling pandang. Hanya lewat sorot mata, mereka sudah bisa membaca kekacauan yang akan segera datang. Kaivan menarik napas panjang dan mengusap wajahnya yang tampak lelah."Oo, suruh masuk aja, Mel." Kali ini Kaivan yang bersuara.Kaivan mengambil dengan cepat dokumen dan foto itu dan menyembunyikan di bawah bantal. Melati baru saja akan beranjak keluar saat Azzam tiba-tiba muncul di depan pintu. Dia kemudian berjalan masuk dengan langkah tegas, seperti biasa. Namun, membawa serta aura tegang yang entah datang dari tubuhnya s

  • Malam Pertama dengan Dosenku    Tak Asing

    Alya duduk di sisi tempat tidur tanpa berkata apa-apa. Tatapannya menembus dinding, tapi telinganya menyimak setiap jeda napas Kaivan.Sementara itu, Kaivan memandang lekat jari-jarinya yang saling mengunci. Ada banyak yang ingin ia katakan, tetapi tak tahu harus mulai dari mana.“Siapa, Mas?"Kaivan meminta tolong pada Alya untuk membuka laci nakas. Yang pertama kali Alya lihat adalah selembar foto 4R yang sudah sedikit usang. Dia mengambilnya. "Itu foto yang aku temukan di rumah Amara. Dia bersama Sahara masa kecil.""Kenapa wajah Amara seperti gak asing, Mas?" Aira mengerutkan kening sembari menggigit bibir."Kamu bener, Yang. Mirip seseorang. Aku sempat putus asa mencari Sahara. Tapi satu tahun yang tanpa sengaja aku nemuin foto itu lagi, saat itu juga aku menyadari kalau Amara mirip seseorang."Alya bergeming. Kembali mengamati foto. Fokusnya berpindah pada anak perempuan di samping Amara. "Aira? Amara mirip Aira. Iya kan?“ seru Alya akhirnya. Alya menoleh. Gerakan lehernya la

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menepati Janji

    "Maafin aku gak jujur, tapi sekarang mungkin saatnya. Kamu tahu gak, semua yang yang terjadi hingga hari ini, itu berawal dari hari itu, Yang."Alya melerai pelukan mereka. Mengerutkan dahi, menatap Kaivan tak mengerti. Namun, mata itu terlihat jelas jika tengah menanti jawaban.Kaivan menunduk, seolah berat mengangkat kata-kata yang akan keluar. “Hari itu, aku bukan sibuk atau asyik dengan kegiatan. Aku ... nabrak orang, Al."Alya terkejut. "Apa?"Kaivan menatap jauh ke depan. Matanya buram oleh ingatan. "Perempuan itu ... setelah membawa dia ke rumah sakit, dia akhirnya ga tertolong. Tapi dia ningglin amanat ... yang ... sampai hari ini aku belum bisa menunaikannya."Mata Kaivan menatap kosong ke luar jendela. Perlahan angannya kembali pada masa dua puluh tahun yang lalu.Saat itu Kaivan sedang menuju rumah setelah menurunkan Rayyan di sekolah barunya. Kaivan belum menghabiskan sarapannya tadi karena mengejar waktu, takut Rayyan terlambat.Jam sembilan nanti ia juga punya janji terh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status