Share

Bab 234

Author: Viona
Lyra berpikir panjang dan memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya, "Hari itu, Putri Rania pergi untuk memberi penghormatan kepada Ibu Suri dan ingin bertemu denganku. Jadi, Ibu Suri memintaku untuk tinggal dan menemuinya."

"Oh iya?"

Kaisar mengangkat sebelah alisnya, tidak yakin apakah dia terkejut dengan kedatangan Rania atau karena kesediaannya untuk mengungkapnya begitu saja.

"Apa yang Putri Rania katakan padamu?" tanya Kaisar lagi. Lyra ragu-ragu menjawab, "Dia bilang sudah berbuat salah padaku, bahwa aku sudah jatuh dalam keadaan seperti ini karena dia."

Wajah Kaisar tiba-tiba berubah dingin. "Apa maksudmu dengan jatuh ke dalam keadaan seperti ini? Apakah mengikutiku berarti kejatuhan, begitu?"

Bulu mata Lyra bergetar. "Dia yang bilang begitu, bukan hamba."

"Bagaimana denganmu?" Kaisar mendesak. "Apakah kau juga berpikir mengikutiku berarti sebuah kejatuhan? Apa kau tahu berapa banyak wanita yang bermimpi tinggal di Kompleks Istana?"

Pertanyaan ini adalah pertanyaan hidup atau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 264

    Para kasim itu tanpa berpikir dua kali, langsung berbalik melawan Bagas, mereka langsung bersujud di lantai, dan mengatakan bahwa mereka hanya membantu Bagas memukuli Roni dan tidak melakukan apa pun. Selir Lyra tidak ada di sana ketika mereka menyerang Roni, dia hanya lewat dan menghentikan mereka.Bagas sudah tamat, dia tidak dapat menemukan sepatah kata pun untuk membantah. Dia lalu menatap Selir Yuna untuk meminta bantuan.Selir Yuna mengambil cangkir teh dan melemparkannya ke arah Bagas, "Dasar budak kurang ajar! Beraninya kau mengadu domba dan menipuku? Aku percaya padamu dan hampir membuat kesalahan besar. Kalau sesuatu terjadi pada Selir Lyra, seluruh keluargamu pun nggak akan cukup dipenggal!"Bagas tidak berani menghindar, cangkir teh itu tepat mengenai dahinya, membuatnya berdarah. "Yang Mulia, ampuni hamba. Mohon ampuni hamba, Yang Mulia..." Dia memohon dan bersujud di lantai. "Hamba memang sudah berbohong, tapi bukan semuanya salah. Arang yang hamba ambil untuk Selir Yuna

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 263

    "Terima kasih, Tuan." Dita menjawab dengan takut-takut, lalu melangkah bersama Kirana.Jantung Selir Kartika berdebar kencang saat dia melihat Dita muncul entah dari mana.Kaisar datang begitu cepat, apa mungkin gadis itu yang melaporkannya?Tetapi Kaisar sedang berada di pertemuan pagi saat itu. Bagaimana mungkin gadis pengecut itu berani berlari ke sana hanya untuk melaporkan berita itu?Saat sedang berpikir, seseorang menarik lengan bajunya. Selir Yuna berbisik di telinganya, "Apa pun yang terjadi, kau harus bersikeras bahwa pria liar itu adalah selingkuhannya."Selir Kartika tersadar dan mengangguk, "Jangan khawatir, Nyonya. Hamba tahu apa yang harus dilakukan."Memasuki aula, Kaisar membawanya ke sebuah sofa, menempatkan Lyra di atasnya, dan duduk di kursi utama bersama Ibu Suri.Selir Kartika dan Selir Yuna tidak berani duduk, jadi mereka berdiri di samping Ibu Suri. Seorang dayang istana membawakan teh hangat. Kaisar menyerahkan cangkirnya kepada Kirana, dan memintanya menyuapi

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 262

    Damian menerima perintah itu, dia segera memanggil Roni dan Bagas. Siapa pun yang bersama Bagas saat itu juga dipanggil.Kaisar perlahan mendekati Lyra, melepaskan mantel bulu rubahnya, dan menutupi tubuhnya.Lyra bergerak, berusaha mengangkat kelopak mata untuk menatapnya.Setelah melihat wajahnya dengan jelas, matanya langsung berkaca-kaca. Bulu matanya yang panjang bergetar, dan setetes air mata tiba-tiba jatuh, mengalir di pipinya yang pucat hingga ke sudut bibirnya yang berdarah.Jantung Kaisar tiba-tiba bergetar, seolah-olah air mata itu telah mendarat di hatinya.Dia tetap membungkuk, dan jari-jemarinya yang ramping dan agak dingin menyentuh bibir Lyra.Dia menduga Lyra akan menghindar lagi.Namun, mungkin karena Lyra terlalu lemah atau mungkin karena terlalu sedih, dia tidak menghindarinya. Dia hanya menatapnya dengan tenang, sorot matanya dipenuhi kesedihan yang mendalam. Hati Kaisar menegang dan sakit melihat tatapannya, dia dengan lembut menyeka darah dari sudut bibirnya de

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 261

    Kaisar bahkan tak perlu melihatnya. Dia yang paling tahu bekas-bekas luka itu daripada siapa pun. Dia bahkan yang mengoleskan obat pada bekas-bekas luka itu sendiri tadi malam.Selir Kartika terus memanggilnya sebagai lelaki liar, tanpa tahu tahu bahwa dialah pria liar itu.Namun, karena Ibu Suri ada di sini, dia tidak bisa memberi tahunya bahwa Lyra telah bertemu dengannya setelah bertemu Pangeran Andre, dan karena itu pula tidak bisa mengakui bahwa dialah pria liar itu.Tatapan dinginnya kembali tertuju pada Lyra.Dia telah dipukuli dengan sangat parah, namun tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun. Apakah itu karena Roni, atau karena dia telah memperingatkannya untuk tidak memberi tahu Ibu Suri tentang Pangeran Andre?Apakah dia masih sadar?Dia pasti sangat kesakitan, kan?Apakah dia tahu kalau Kaisar sudah datang?Jika tahu, mengapa dia masih berbaring tak bergerak di sana?Pada saat itu, apakah dia masih tidak mau meminta bantuannya?Berapa lama dia akan tetap keras kepal

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 260

    Teriakan itu tak hanya membuat Selir Kartika dan Selir Yuna ketakutan, tetapi juga Ibu Suri.Dia mendengar bahwa Lyra telah kembali pagi-pagi sekali, dan pikiran pertamanya adalah Lyra telah pergi menemui Pangeran Andre. Dia bergegas ke sana karena berharap dapat menyelesaikan masalah ini sebelum Kaisar selesai pertemuan pagi, agar Lyra tidak mengungkapkan rahasia mereka di bawah siksaan.Namun, tak disangka dia baru saja tiba, Kaisar malah muncul setelahnya.Dengan kedatangan Kaisar, dia bahkan tidak sempat berbicara secara diam-diam dengan Lyra.Bagaimana jika Kaisar menekannya terlalu keras dan Lyra menyerah? Semuanya akan berakhir.Apa yang harus dia lakukan?Telapak tangan Ibu Suri berkeringat karena cemas, tetapi dia tak boleh menunjukkan di wajahnya. Dia berdiri di sana, mempertahankan ketenangan dan wibawanya sembari memperhatikan Kaisar yang turun dari tandu kerajaannya, lalu dengan khidmat menerima sapaan dari orang banyak, dan melangkah ke arahnya."Ibunda juga ada di sini?"

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 259

    Kirana mengerang kesakitan, tetapi tetap memeluk Lyra erat-erat, menolak untuk melepaskannya.Selir Yuna dan Selir Kartika memerintah hampir bersamaan, "Pelayan! Seret budak ini pergi!"Mereka akhirnya memiliki kesempatan untuk menghajar Lyra sampai mati, dan mereka tidak bisa membiarkan seorang pelayan merusak acaranya.Selagi Kaisar masih dalam pertemuan pagi, mereka bisa menghajar Lyra sampai mati terlebih dahulu, baru kemudian mengurus budaknya.Nova memerintahkan dua kasim junior untuk menarik paksa Kirana, mengikat tangannya, dan melemparkannya ke sudut ruangan."Cepat!" teriak Selir Kartika dengan tidak sabar.Lyra kini bebas, dan tongkat itu dipukulkan dengan keras, menghantam tubuhnya hingga terdengar bunyi yang menggema.Satu.Dua.Tiga.Lyra terkulai di bangku, menggigit bibirnya erat-erat, tidak bersuara sama sekali.Selir Kartika merasakan ada yang tidak beres. Ketika tadi mencubitnya beberapa kali, dia menjerit kesakitan. Kenapa dia malah tidak menjerit sekarang?Apakah k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status