Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuh
Kepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna
"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini
"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
TinggMaya keluar dari toko buku hatinya senang, moodnya naik, Maya terus menyungingkan senyum setelah keluar dari toko buku, ia senang setelah bekerja paruh waktu di supermarket sekarang ia bisa membawa rupa hasil uang yang dikumpulkannya sebenarnya Maya bisa saja daridulu membeli buku impianya, sayang uang kerjanya berguna untuk memenuhi kehidupanya dan sekarang ada sedikit sisa dari uang kerjanya tentu saja ia manfaatkan untuk beli buku setebal 1.500 halaman.Maya berhenti disebuah halte sepi. pantas saja ini malam hari, ia terpaksa pulang malam demi menyelesaikan tugasnya dikampus jadi pas dirumah Maya hanya tinggal santai tanpa memikirkan tugas, Maya menatap jalanan lalu pandanganya menoleh kesamping, Maya tersenyum kepada pemuda disampingnya,pemuda itu mengenakan jaket hitam masker hitam serta topi hitam.Maya benar-benar tak menaruh curiga sedikitpun pada pria itu ia malah bersyukur ada teman yg mau memiliki tujuan bis yang sama, setidaknya ia tak sendirian
Nenek dan kakek menoleh bersamaan lalu mengganguk mengiyakan, Maya berseru senang sambil menyungingkan senyum manisnya."kamu sudah makan?""belom"Maya nyengir membalas omongan nenek, lalu nenek menyuruh Maya makan bersama karna sedari tadi nenek dan kakek juga menunggu Maya pulang untuk makan bersama sama, Maya mengekori langkah nenek dan kakek menuju dapur, saat sampai didapur mereka bertiga duduk di tanah beralaskan tikar,Maya membantu nenek mengambil makanan dan piring serta minuman ,mereka duduk berhadapan"ih,kakek kok makanya dikit banget, kakek tuh butuh stamina harus makan yang banyak."Maya menaruh setengah nasinya ke kakek"jangan May, kamu habis kuliah ,kerja capek pasti laper harus makan yang banyak "Maya menggeleng menjauhkan piringnya dari sendok kakek yang penuh banyak nasi ingin mengembalikan milik Maya."Nenek juga, nenek juga harus makan banyak,kakek nenek kenapa sih ko makanya dikit-dikit?.""Kan kamu y
Maya menaiki lift ia sedikit kesulitan, lift yang ia naiki berbeda dari yang di tivi tivi,Maya takut salah pencet saat hendak keluar lift dan ingin menaiki tangga langkah Maya berhenti didepanya sudah ada lelaki tinggi tampan menghampirinya dan berdiri disampingnya lalu memencet tombol angka beserta tombol lainya, Maya diam memaku ia terjebak dilift bersama sang pria namun ia beruntung setidaknya nanti saat sudah sampai ditujuan pria itu maya sudah tak capek capek lagi menaiki tangga ia hanya tinggal menaiki beberapa tangga dan sampai diatas gedung tempat dimana reno bekerja, yah memang Reno yg memiliki gedung ini dan industrinya.Pintu lift terbuka, Maya sempat terkejut karna lift yang ditumpanginya mengarah ke atas gedung, Maya berseru senang lalu melangkah keluar lift dan menuju ruangan Reno, Maya sedikit heran juga lelaki yang tadi bersamanya dilift juga sama hendak menuju ruangan Reno,"palingan juga karyawanya"Gumam Maya pelan lalu masuk ke ruangan yang bis
Setelah makan maya diantar pulang oleh Doni, alasannya mudah Reno sibuk dan Jeo sedang berada dirumah sakit menjenguk neneknya, sebenarnya terselubung dihati Reno enggan namun bagaimana pekerjaan menyulitkanya."Nanti malam saya jemput, kamu hanya tinggal bersiap siap tak usah gugup juga keluarga kami sangat menjunjung tata krama dan kehormatan."Maya Mengganguk ia tak menatap Doni, ia menatap jendela luar masih sore, tak terasa dua hari lagi ia akan menikah dan kehidupannya berubah, dua hari lagi akan jadi istri calon presiden sekaligus pemilik perusahaan tambang terbesar seasia dan dua hari lagi ia akan mengalami lika liku rumah tangga.Dua puluh menit perjalanan menuju rumah Maya, sampailah mereka kerumah yg bisa dikatakan sederhana namun sangat bersih dan tertata rapi diperjalanan tadi Maya dan Doni tak diam Doni mencoba mencairkan suasana dgn leluconya dan tentu Maya tertarik dan tertawa akan lelucon Doni, Maya merasa nyaman didekat calon kakak iparny
Maya melahap makananya pelan-pelan, makan sesopan mungkin yah meski kadang ia curi-curi pandang pada ayah mertuanya bukan tanpa alasan, ntah kebetulan atau memang ditakdirkan ayah mertuanya adalah idolanya seorang pebisnis sukses yang belakangan ini ia jumpai dimimpi ternyata lewat mimpi ia bisa bertemu dengan beliau langsung bahkan dengan keterikatan menantu dan mertua."sebaik apapun kau bertingkah tetap saja aksimu pasti kelihatan, pelacur kecil."Maya menatap wanita didepanya wanita yang ia tatap tadi, yang memberikan kata-kata pedas pada Maya, yang tak lain adalah calon mama mertuanya.***Maya pulang dengan perasaan hampa, makan malam yang menyedihkan berakhir dengan tangisan, ia menenggelamkan wajahnya pada bantal kusam yang mampu menghapus make up tipis yang dioleskanya, tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan malam ini selain mengecewakan.Hampir 2 jam Maya menangis ia terlelap karna lelah, lelah batin dan pik