“Wah lihat ekspresi mu. Kau harusnya bisa menjaga ekspresi wajahmu ketika bertemu aku! Kau harusnya tahu diri kalau Shane menikahimu lagi semata-mata karena anak.”Helena menaikan alisnya. ‘Yah aku juga tahu itu. Tapi adik tiri Shane ini masih saja menyebalkan.’Theresia Windsor berdecak sambil menatap Helena dari atas sampai bawah. “Apa kau tak tahu malu menggunakan anak kecil untuk kembali menjebak Shane?”Helena tak menanggapi apa pun. Ia hanya diam dengan rasa kesal yang dipendam. Selalu seperti itu. ‘Ini tak ada ubahnya seperti beberapa tahun lalu.’Theresia Windsor melambai pada pelayan yang membawa gelas-gelas berkaki tinggi berisi sampanye. Ia dan anaknya dengan sigap mengambil gelas yang dibawakan pelayan itu.“Ahh… enak sekali minuman ini. Sayang sekali minuman ini harus disia-siakan untuk pernikahan yang-.” Theresia Windsor melihat Helena dari ujung kaki hingga kepala sebelum melanjutkan ucapannya. “pengantin wanitanya tak kompeten ini.”“Kasian kakakku mendapat anak dari w
“Ta-tapi… .” Kate ingin membantah hanya saja ia terlalu takut membalas tatapan Shane sekarang. Ia hanya bisa menunduk pasrah sambil melihat gaun mewahnya berubah warna dengan perlahan karena terkena cairan. Shane berjalan mendekat ke arah Kate Windsor. “Bukankah kau harusnya bersikap sopan di depan kakak iparmu, Kate. Apa tanganmu sedang patah hingga tak bisa memegang gelas minummu sendiri?”Adik tiri Shane Digory itu langsung merundukkan kepalanya sambil nyaris bersembunyi pada ibunya. “Apa yang kau lakukan, Shane!” Theresia Windsor menggeram, tak tahan seseorang meremehkan anaknya. Tapi sepertinya Theresia lupa kalau orang yang ia lawan adalah Shand Digory. Shane menelengkan kepala, melayangkan tatapan tajam pada ibu tirinya. “Bukankah aku yang harusnya bertanya, kenapa kau bertindak tidak sopan dan ramah pada menantu sah keluarga Digory untuk memegang gelas minummu?” Mata Shane sampai berkedut menahan amarah, jika Theresia dan Kate adalah seorang pria sudah pasti lelaki itu mel
Shane langsung mengeluarkan ponsel dari kantong jas putihnya. Ia mencari nama kontak dan tak lama memencet tombol video. “Seseorang ingin bicara denganmu,” ucap Shane sambil menyodorkan ponselnya pada Helena. Wanita cantik dengan rambut hitam panjang itu terlihat ragu dan bingung sebelum mengambil ponsel milik suaminya itu. “Helena!” seru Jeremy di ujung panggilan. Terlihat ia sedang berada di dalam pesawat. Jeremy menggeser kamera ponselnya ke samping, ke tempat Primrose duduk. Gadis kecil itu tersenyum lebar karena diapit oleh Barbara dan Tatiana. Para wanita itu seakan sedang melayani apa pun yang Primrose inginkan. “Kalian dimana?” tanya Helena bingung melihat suasana di panggilan video dengan Jeremy. “Kami sedang menaiki pesawat pribadi milik Tuan Shane,” jawab Jeremy. “Mama!” panggil Primrose, setelah itu ponsel Jeremy berpindah tangan. “Shane mengajak kami berlibur ke pulau Rhee malam ini! Keren sekali kan! Kami bahkan menaiki jet pribadi ke sana!”Helena menoleh ke arah S
Helena langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku pakai kamar mandi duluan ya.” Shane tersenyum melihat istrinya yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Segera lelaki tampan itu juga membersihkan diri di kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur. Shane sedang bersiap di ranjangnya. Ia memuji pegawai hotelnya yang sudah membangun suasana romantis di kamar hotel itu dengan sangat baik. Alunan lagu instrumen romantis perlahan terdengar dari piringan hitam yang tergesek gramophone, di sudut-sudut ruangan terdapat lilin-lilin dengan aroma terapi menenangkan tak lupa buket-buket bunga berjajar rapi di atas buffet dan kelopak bunga mawar bertebaran dimana-mana secara acak di dalam kamar itu. Sungguh sangat romantis, hingga membuat siapapun di dalam kamar itu merasa nyaman dan intim. Shane menunggu Helena di atas kasur kamar tidur. Ia sedang memeriksa laporan bisnis perusahaannya dari layar ponselnya saat ia menyadari Helena belum juga datang ke kamar tidur itu padahal waktu sud
“Pim… ,” panggil Helena masih dengan mata tertutup dan meraba-raba seseorang di sampingnya. “Kau harus bersiap-siap pergi sekolah.” Shane tersenyum melihat dadanya disentuh oleh Helena. Alis wanita itu bertaut ketika ia merasa ada yang aneh dari tubuh seseorang yang ia kira anak gadisnya. “Shane!” jerit Helena ketika sadar sepenuhnya dan melihat sosok yang tertidur di sampingnya. “Bagaimana aku bisa berada di kasurmu?” tanya Helena sambil melihat lelaki di sampingnya itu dengan was-was. Shane tersenyum sambil menaikkan sebelah alisnya. “Kau lupa?” Helena mengangguk. Seingatnya semalam ia tak mabuk hingga lupa diri. Dirinya hanya terlalu mengantuk dan berakhir tidur di sofa. ‘Bagaimana bisa pagi ini aku berada di ranjang Shane. Dan ia tidak marah?’ “Kau melompat ke ranjangku, Helena.” Manik mata Helena langsung membulat mendengar pernyataan Shane hal itu malah membuat lelaki itu semakin semangat untuk melanjutkan tipuannya. “Bahkan kau-.” Shane menggaruk tengkuknya yang tida
Jasper tersenyum. “Betul, Tuan.” Shane tak pernah menceritakan apa pun isi hatinya pada orang lain. Tapi kali ini berbeda, lelaki itu tak tahu harus berbuat apa pada Helena. “Apa yang harus kulakukan, Jasper?” Jasper terkejut, majikannya itu tak pernah bingung dalam menentukan sikap tapi kali ini ia benar-benar terlihat putus asa. “Apa ini berkaitan dengan Nyonya Helena?” “Ya,” jawab Shane terdengar pelan. “Ketika tadi pagi saya menemuinya, Nyonya juga terlihat tak kalah terlukanya dengan Anda, Tuan Shane.” Shane langsung menegakkan punggungnya, karena terkejut sekaligus tertarik dengan informasi yang Jasper sampaikan. “Kenapa? Bukankah ia membenciku- ah ya tentu saja aku pantas dibenci olehnya. Ia tak mungkin memaafkanku atas apa yang telah aku lakukan padanya kan?” Jasper menoleh ke arah Tuannya. “Anda akan membiarkan hal ini berjalan seperti ini, Tuan?” Shane tersenyum menangkap maksud Jasper. “Tidak. Tentu saja tidak!” Tapi pundak Shane langsung turun kembali. “Tapi aku t
Helena awalnya berpikir kalau Shane sudah lama tak menempati bangunan ini, tapi tak ada setitik debu pun di setiap furniture yang ada. ‘Kukira ia tak tinggal disini, karena setahuku Athena tak suka bangunan tua bergaya klasik seperti rumah ini. Apa ia bisa membujuk Athena dan akhirnya tinggal berdua di sini?’ Helena melangkah menuju rak buku yang memenuhi dinding ruang tengah rumah itu. ‘Bahkan urutan buku yang ku susun tak berubah.’ Seulas senyum muncul di wajah wanita cantik itu. “Beberapa pembantu menyusun kembali urutan bukunya, tapi tak ada yang seperti kau lakukan hingga membuatku nyaman membacanya kembali,” celetuk Shane yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Helena. “Kau tinggal di rumah ini?” Helena tak dapat menutupi rasa penasarannya. Shane tersenyum. “Ya, terutama setelah tahun-tahun awal kita bercerai,” jawab Shane sambil perlahan berjalan mendekat ke arah Helena. “Aku berpikir kau akan kembali setelah pergi begitu saja tanpa berkata apa pun hari itu, hari dimana ki
Helena masih tak bereaksi apa pun, ekspresinya terlihat dingin di mata Shane. “Kau tak percaya ya?” Shane tak menunggu jawaban Helena, ia langsung melanjutkan perkataannya. “Aku pun tak percaya, aku tak percaya telah jatuh cinta padamu sejak hari itu. Hari terakhir kita bertemu. Dan sejak hari itu aku selalu menunggumu, Helena.” Helena tertawa sinis dengan pelan. Aku mengambil apa yang kau berikan padaku, Shane. “Jangan buat kesalahan yg sama dua kali, Shane. Kita pernah berumah tangga dan itu gagal, atau lebih tepatnya hancur berantakan dengan sangat parah. Apa bedanya dengan sekarang?” “Saat itu aku bahkan tak berusaha sama sekali.” Shane membalas perkataan Helena dengan penuh tekad. “Sekarang berbeda Helena. Aku akan berusaha, aku akan merubah apa yang terjadi dulu.” Helena mengangkat alisnya. Luka yang ia dapat dari laki-laki di hadapannya sudah terlalu dalam. “Percuma jika hanya salah satu saja yang berusaha. Karena kurasa aku tak sanggup berusaha lagi bersamamu.” Shane sad