Home / Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 22: Dia Sangat Beruntung

Share

Bab 22: Dia Sangat Beruntung

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-05 12:16:30

Wajah Mahesa tampak tegang, seperti ada benang halus yang menahan emosinya agar tak putus di depan Naura.

Sorot matanya tajam, penuh perhitungan, namun tak sepenuhnya dingin. Ia berdiri di tepi sofa, satu tangan menyelip di saku celana, yang satu lagi menggenggam ponsel seolah menanti panggilan penting yang tak kunjung datang.

"Aku masih harus beresin beberapa administrasi sama Nadira," ucapnya, suaranya berat tapi terukur. "Kita ngurus surat nikah setelah acara pernikahan selesai."

Naura hanya mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang menggerogoti dadanya.

Bibirnya tersenyum, tapi matanya tak bisa berbohong. Ia melangkah mendekat, tubuhnya yang ramping bergerak luwes, lalu perlahan melingkarkan lengannya ke leher Mahesa.

Aroma parfum vanila samar tercium saat ia mendekatkan bibirnya ke telinga pria itu.

"Sayang, kamu nginep sini malam ini?" bisiknya, menggoda.

Mahesa menatapnya tanpa banyak emosi. “Malam ini eng

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Priskila Hendi
Ga usahlah nyari dan penasaran sama Nadira, Mahesa, kau udah U buang demi kembali dg mantan tercinta & tersayangmu Naura
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 72: Wangi Mawar yang Hilang

    Nadira menyipitkan mata, menatap Danu seperti menilai apakah lelaki itu masih layak diberi waktu atau sebaiknya dihapus dari semesta pikirannya.Suaranya datar, tapi ada sengatan halus di baliknya. “Kamu gabut, ya?”Danu buru-buru menggeleng, gerakannya seperti anak kecil tertangkap basah bermain petasan di ruang tamu.“Maaf, salah saya.”Nadira tak menambahkan satu kata pun. Hanya memalingkan wajah, melangkah ke dalam rumah, meninggalkan aroma parfum mawar yang samar-samar mengambang di udara seperti bekas musim semi yang enggan pergi.Begitu pintu tertutup rapat di belakangnya, Danu mengembuskan napas panjang. Ia menepuk-nepuk bibir sendiri pelan, seperti menghukum mulutnya yang tak bisa diam.“Siapa suruh sok banyak omong…”Sementara itu, beberapa detik setelah mobil Danu melaju pergi, keheningan jalan di depan Wulandaru Court dilanggar oleh suara halus ban mobil meluncur di atas aspal.

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 71: Pertemuan Terakhir

    Hingga titik ini, dana donasi telah menembus hampir Rp90 miliar, jauh melampaui target semula. Riuh tepuk tangan masih menggema ketika lampu-lampu panggung mulai diredupkan satu per satu.Di tengah gemerlap kilau kamera dan senyum-senyum kemenangan, sang penyelenggara tampak sumringah, wajahnya bersinar seperti tak ingin malam ini lekas usai.Nama acara itu hampir bisa dipastikan akan mendominasi media sosial esok hari, menjadi bahan perbincangan dari kafe hingga ruang redaksi.Di luar aula, hawa Jakarta mulai menggeser suhu. Angin malam menyusup pelan melalui sela gedung-gedung tinggi, membawa serta aroma aspal hangat yang mulai mengering dan suara bising kendaraan dari kejauhan.Nadira melangkah keluar bersama asistennya. Tumit sepatu stiletto-nya beradu dengan lantai trotoar berlapis marmer, menghasilkan ketukan ritmis yang kontras dengan keheningan setelah acara.Sementara Tama masih tertahan di dalam, sibuk mengurus administrasi dengan pihak v

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 70: Harga Sebuah Luka

    Lelang dibuka dengan suara juru lelang yang bergetar di antara denting gelas dan bisik-bisik penasaran."Dibuka dengan harga tiga miliar rupiah!" serunya, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh pendingin ruangan dan gemerisik kain mahal yang dikenakan para undangan.Nadira duduk tegak, diam. Sorot matanya tenang, tapi jemarinya memainkan tepi kipas di pangkuannya. Ia tak langsung mengangkat papan.Sebaliknya, ia hanya menggerakkan kepalanya sedikit, sebuah isyarat nyaris tak terlihat yang hanya dimengerti oleh satu orang: Danu.Tanpa ragu, Danu mengangkat papan bernomor di tangannya, "Tiga koma tiga miliar."Ruangan terdiam. Beberapa tamu saling pandang, menyamakan keyakinan bahwa pria itu adalah orang yang sama yang barusan menawar kalung antik seharga enam puluh miliar.Sebagian terpaku, sebagian bingung. Apa ia hanya ingin pamer? Atau benar-benar menginginkan mangkuk-mangkuk tua itu?Namun satu hal yang pasti: semua orang tahu Danu

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 69: Aroma yang Masih Tinggal

    Riuh mendadak mereda, seolah suara itu menyayat kesunyian dengan pisau tak kasat mata.“Empat puluh dua miliar rupiah... diketuk!”Palu pelelang menghantam kayu dengan dentuman yang terasa menohok dada Aidan. Di tengah ruangan penuh cahaya kristal dan wangi parfum mahal, semua mata kini terarah pada sosok yang tak terduga: Nadira.Namun, semuanya bermula dari satu suara.Beberapa menit sebelumnya, ruang lelang itu penuh gairah. Lampu gantung menggantung megah dari langit-langit setinggi dua lantai, memantulkan kilau zamrud yang terpajang di podium kaca.Kalung itu—keindahannya seperti embun beku di atas daun teh pagi hari, hijau, dingin, dan tak tersentuh.Lalu seseorang mengacungkan papan, dan tawaran mengguncang seluruh ruangan.Aidan terhuyung. Nafasnya tercekat, matanya langsung mencari asal suara. Duduk agak di belakang, seorang pria berjas panjang hitam tampak bersandar santai, seperti seorang bangsawan di sing

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 68: Harga Sebuah Nama

    Mata Mahesa menangkap cahaya yang memantul dari sebuah benda kecil di atas panggung. Cahayanya menari-nari, menyilaukan namun memikat.Begitu mengikuti arah pantulan itu, tatapannya berhenti pada sosok perempuan yang duduk anggun di pojok ruangan.Nadira.Ia tampak seperti lukisan klasik yang tenang di tengah riuh pesta malam. Gaun malam berwarna zamrud membalut tubuh rampingnya, serasi dengan gelung rambutnya yang ditata rapi namun tetap menyisakan kesan lepas dan pribadi.Tapi bukan itu yang menarik perhatian Mahesa. Kalung yang tadi menghiasi leher Nadira telah berpindah tempat.Sekarang, ia tergolek manis di atas kain beludru hitam di meja lelang, seolah-olah tak pernah menjadi bagian dari dirinya.Lukas, yang berdiri di samping Mahesa, mencolek lengannya, lalu berbisik, “Eh, itu bukan kalung yang dipakai Nadira pas datang tadi? Dia lepas gitu aja? Disumbangin? Wah... gila, dia emang beda level.”Biasanya, acara lelang

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 67: Siluet di Bawah Cahaya

    Suara sang pembawa acara mengalun lembut, seolah menyusup ke celah-celah gaun malam dan tuksedo yang memenuhi ballroom megah itu.Lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit, memantulkan cahaya hangat ke dinding-dinding marmer krem yang terkesan mahal namun tidak mencolok.“Barang pertama adalah sepasang gelang zamrud, sumbangan dari Ibu Cinthia Raditya, dengan harga pembuka dua ratus juta rupiah!”Gema suara itu nyaris tenggelam oleh gemuruh bisik-bisik para tamu. Seorang pria dengan jas hitam mengangkat papan kecilnya, “Empat ratus juta!”Satu demi satu angka terus menanjak.“Enam ratus juta!”“Delapan ratus juta!”“Satu miliar!”Baru saja Nadira mengangkat papannya—pelan, nyaris anggun—sang pembawa acara langsung menutup sesi, suara penuh semangat.“Satu miliar sekali! Dua kali! Tiga kali! Selamat kepada Ibu Nadira Wulandaru!”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status