Share

Menangis dalam Diam

Setelah diusir ke negara asing, dia mencoba mati-matian melupakan masa lalunya dan memfokuskan dirinya pada studinya. Butuh tiga tahun baginya untuk melupakan kenangan masa lalunya. Tetapi sejak dia kembali ke negara ini dan bertemu lagi dengan mantan suaminya, memori masa lalunya kembali terbuka seolah mengejek usahanya yang sia-sia untuk melupakan masa lalunya bersama pria itu.

Meskipun sudah lima tahun berlalu dia masih mengingat setiap detail kenangan masa lalunya bersama Yosua seolah dia baru mengalaminya kemarin.

Dia memandang gelas kaca di tangannya dengan senyum muram mengingat saat dia dibawa Yosua ke dalam keluarga Rajjata. Dia tidak pernah melupakan kebahagiaan yang dia rasakan saat itu ketika Yosua mengatakan akan menikahinya.

Tidak ada pesta pernikahan seperti dibayangkan Raelina. Dia dan Yosua hanya menandatangani catatan pernikahan mereka di kantor urusan sipil, dan mengadakan perjamuan sederhana yang hanya dihadiri anggota keluarga Yosua.

Meskipun tanpa pesta pernikahan Raelina sudah merasa bahagia menikah dengan Yosua. Ini lebih daripada apa yang dia harapkan.

Dulu dia tidak pernah bermimpi untuk menikah dengan seorang pria di masa depan karena kondisi keluarganya. Tetapi menikah dengan seseorang seperti Yosua yang berasal dari keluarga berpengaruh dan kaya tidak pernah terpikirkannya.

Di masa lalu tidak Raelina terpikirkan alasan Yosua menikahinya dan merasa teramat bersyukur padanya meskipun dia menderita perlakuan tidak adil dan keluhan oleh ibu mertua dan adik iparnya. Dia merasa cukup tahu diri untuk tidak mengeluh dengan perlakuan mereka selama mereka menerimanya masuk ke dalam keluarga Rajjata.

Entah apa yang dibicarakan Yosua dengan keluarganya hingga membuat mereka memberi restu pada Yosua untuk menikahinya. Dia masih mengingat ekspresi tidak setuju dan penghinaan di mata ibu dan adik perempuan Yosua. Rasanya aneh mereka menyetujuinya begitu mudah.

Sampai belum setahun pernikahannya dengan Yosua, dia mengetahui kebenaran dibalik tanggung jawab ‘menjaga’-nya yang selalu didengungkan oleh pria itu dari ibunya sendiri.

Raelina tersenyum mencemooh pada dirinya.

Dia selalu berpikir pria itu memiliki perasaan padanya dan mencintainya karena Yosua selalu mengatakan akan ‘menjaganya’ dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya. Karena tidak ingin dia menderita karena perlakuan ibu dan adiknya Yosua bahkan sampai pindah dari keluarga Rajjata.

Tetapi pada akhirnya, pria itu lah yang paling menyakitinya.

Air mata perlahan mengalir di pipi Raelina. Dia memandang kosong gelas kaca di tangannya tanpa mengeluarkan suara.

Waktu tidak akan pernah menyembuhkan luka di hatinya.

***

Di sisi lain, ada seseorang yang juga mengalami mimpi sama halnya dengan Raelina. Butir-butir keringat keluar dari pori-pori kulit pria yang tertidur di atas ranjangnya. Napasnya tampak tidak stabil namun mata lelaki itu masih tertutup rapat.

Saat itu siang hari yang seharusnya cerah tertutup awan mendung. Langit berkelabu menurunkan rintik-rintik hujan hingga menjadi deras.

Sekelompok orang berbaju tentara dengan senapan di tangan mereka masing-masing berlari menghampiri dua sosok yang terbaring di tanah.

Salah satu pria berseragam kamuflase hijau gelap melemparkan senapan di tangannya dan jatuh berlutut di samping seorang pria baruh payah berpakaian petani yang berlumuran darah.

Tidak jauh darinya rekan-rekan berseragam kamuflase membekuk seorang teroris yang dilumpuhkan kaki kanannya.

“Kumohon bertahan, ’lah!” Yosua dengan panik mencoba mempertahan kesadaran pria paruh baya itu. Wajahnya yang selalu tanpa emosi penuh dengan kepanikan dan rasa bersalah.

Tangannya yang berlumuran gemetar menghentikan aliran darah di dada kiri pria paruh baya itu.

Ini kesalahannya.

Dia ceroboh.

Wajah Yosua pucat pasi melakukan pertolongan pertama untuk menghentikan darah di dada kiri pria paruh baya itu akibat tembakan salah sasaran yang dilakukannya.

Rintik-rintik hujan yang turun mengenai wajah tua pria itu membuat matanya berkedip-kedip setengah sadar. Napasnya putus-putus di tengah rasa sakit yang meledak di dada kirinya.

Dia tahu dia tidak akan bertahan lama.

Mata pria paruh baya itu bergulir menatap pria muda di sebelahnya dengan pandangan nanar. Dengan susah payah dia menggerakkan tangannya untuk meraih tangan pria muda yang menahan aliran darah di dada kirinya.

Yosua tersentak melihat tangannya digenggamnya oleh pria paruh baya yang terbaring di tanah basah oleh air hujan.

Dia mengalihkan pandangannya memandang wajah pria paruh baya itu. Wajahnya pucat pasi, pandangannya tampak kabur oleh air hujan. Tetapi ada senyum di bibirnya kala dia menatap Yosua. Bibirnya tampak bergerak-gerak tampak berbicara.

Yosua mengerjapkan matanya dan mendekatkan telinganya perlahan ke mulut pria paruh baya itu dengan bibir gemetar.

 “Pu-put ... Putri ... Saya.”

Napas pria itu putus-putus, bersusah payah mengerahkan kekuatannya yang tersisa untuk mengeluarkan suaranya.

“ .... Ja ... ga ... Dia.”

Seluruh tubuh Yosua menegang. Tangannya terkulai merasakan embusan napas pria paruh baya itu sebelum akhirnya berhenti.

Yosua tersentak bangun dengan napas memburu. Matanya terbuka lebar menatap kosong langit-langit kamarnya. Hujan deras terdengar dari luar jendela kamarnya mengingat Yosua pada mimpi yang barusan dialaminya.

Ah, tidak.

Itu bukan mimpi, tetapi kejadian di masa lalunya.

Setelah beberapa saat terdiam, napasnya mulai tenang. Yosua bangun dan melirik jam Beker di nakas di samping ranjangnya menunjukkan pukul empat dini hari.

Pria itu mengusap wajahnya yang berkeringat dingin dan keluar dari selimut yang menutupi tubuhnya. Dia duduk di tepi ranjang, kakinya yang panjang menjulur ke bawah ranjang dan merasakan sensasi dingin di telapak kakinya begitu menyentuh lantai yang dingin.

Dia terdiam tampak merenung. Mimpi itu terngiang-ngiang di kepalanya, bercampur aduk dengan pertemuannya dengan Raelina. Pria paruh baya yang merupakan ayah Raelina menggunakan napas terakhirnya untuk memintanya menjaga putrinya.

Yosua menyentakkan kepalanya memandang langit-langit kamarnya yang gelap. Karena tanggung jawabnya itu dia menikahi Raelina untuk menjaganya dan tidak akan membuatnya menderita keluhan sedikit pun selama menikah dengannya, tetapi dia tidak bisa mencegah wanita itu pergi dari sisinya.

Mata Yosua bergulir menatap laci meja di samping ranjangnya. Dia membuka laci itu dan mengambil sebuah dokumen. Tangannya yang kekar mengelus dokumen itu dan membuka isinya.

Itu adalah surat cerai yang ditinggalkan mantan istrinya untuknya ketika dia pulang dari misinya di negara Timur Tengah selama enam bulan, lima tahun yang lalu. Rumahnya kosong dan berdebu seperti sudah tidak ditinggalkan selama berbulan-bulan.

Dia tidak menemukan keberadaan Raelina yang selalu menyambutnya di rumah, sebaliknya dia menemukan selembar surat cerai yang sudah ditandatangani Raelina di tempat tidurnya.

Yosua tidak mencegah Raelina jika dia tidak ingin bersamanya dan akan tetap memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Tetapi dia tidak menerima Raelina pergi tanpa penjelasan apa pun dan hanya menerima selembar surat cerai. Dan yang mengejutkannya adalah menemukan sebuah dokumen dari rumah sakit yang berisikan tes kehamilan Raelina.

Dia merasa bahagia dan sekaligus marah. Dia tidak mengetahui apa pun, tetapi Raelina meninggalkan surat cerai dan pergi dalam keadaan hamil.

Meskipun dia mencarinya ke seluruh kota dan kampung halamannya, dia tetap tidak bisa menemukan Raelina di mana pun.

Sebenarnya apa yang terjadi padanya selama dia tidak ada?

Pandangan Yosua muram mengelus sebuah foto hitam putih di atas surat cerai itu. Jari-jarinya mengelus gambar janin mungil dalam gambar itu.

Sudah lima tahun, anak mereka seharusnya sudah berumur empat tahun.

 Alasan itulah yang membuatnya bertahan di tengah desakan ibunya yang memintanya untuk segera menikah setelah bertahun-tahun tidak menikah lagi meskipun Raelina sudah meninggalkannya.

Lima tahun kemudian dia bertemu lagi dengan Raelina di bandara. Awalnya dia tidak yakin karena dia melihatnya sekilas sebelum wanita itu berbalik meninggalkan bandara. Tetapi mereka bertemu lagi di pemakaman dan Yosua merasa yakin bahwa wanita itu adalah Raelina meskipun penampilannya sudah banyak berubah.

Tetapi yang mengganggunya adalah Raelina bersikap dingin dan memperlakukan seperti orang asing.

Yosua mengusap wajahnya.

Apa yang sebenarnya terjadi selama ini dan kepergian Raelina selama lima tahun?

Yosua mengerutkan dahinya dan mengambil ponselnya di atas meja. Dia menekan nomor salah satu anak buahnya di ketentaraan yang mahir mengumpulkan informasi.

Setelah beberapa saat teleponnya tersambung dan Yosua menempelkan ponselnya di telinganya.

“Ya, ketua?” Suara laki-laki mengantuk di seberang telepon.

“Cari informasi tentang Raelina Yuswandari.”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Neng Onyon
jd mereka terpisah krn ibu mertua yg kejam
goodnovel comment avatar
Putri
menangis dalam konsep diam sangat sakit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status