Share

Menangis dalam Diam

Penulis: Queen Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-14 19:23:04

Setelah diusir ke negara asing, dia mencoba mati-matian melupakan masa lalunya dan memfokuskan dirinya pada studinya. Butuh tiga tahun baginya untuk melupakan kenangan masa lalunya. Tetapi sejak dia kembali ke negara ini dan bertemu lagi dengan mantan suaminya, memori masa lalunya kembali terbuka seolah mengejek usahanya yang sia-sia untuk melupakan masa lalunya bersama pria itu.

Meskipun sudah lima tahun berlalu dia masih mengingat setiap detail kenangan masa lalunya bersama Yosua seolah dia baru mengalaminya kemarin.

Dia memandang gelas kaca di tangannya dengan senyum muram mengingat saat dia dibawa Yosua ke dalam keluarga Rajjata. Dia tidak pernah melupakan kebahagiaan yang dia rasakan saat itu ketika Yosua mengatakan akan menikahinya.

Tidak ada pesta pernikahan seperti dibayangkan Raelina. Dia dan Yosua hanya menandatangani catatan pernikahan mereka di kantor urusan sipil, dan mengadakan perjamuan sederhana yang hanya dihadiri anggota keluarga Yosua.

Meskipun tanpa pesta pernikahan Raelina sudah merasa bahagia menikah dengan Yosua. Ini lebih daripada apa yang dia harapkan.

Dulu dia tidak pernah bermimpi untuk menikah dengan seorang pria di masa depan karena kondisi keluarganya. Tetapi menikah dengan seseorang seperti Yosua yang berasal dari keluarga berpengaruh dan kaya tidak pernah terpikirkannya.

Di masa lalu tidak Raelina terpikirkan alasan Yosua menikahinya dan merasa teramat bersyukur padanya meskipun dia menderita perlakuan tidak adil dan keluhan oleh ibu mertua dan adik iparnya. Dia merasa cukup tahu diri untuk tidak mengeluh dengan perlakuan mereka selama mereka menerimanya masuk ke dalam keluarga Rajjata.

Entah apa yang dibicarakan Yosua dengan keluarganya hingga membuat mereka memberi restu pada Yosua untuk menikahinya. Dia masih mengingat ekspresi tidak setuju dan penghinaan di mata ibu dan adik perempuan Yosua. Rasanya aneh mereka menyetujuinya begitu mudah.

Sampai belum setahun pernikahannya dengan Yosua, dia mengetahui kebenaran dibalik tanggung jawab ‘menjaga’-nya yang selalu didengungkan oleh pria itu dari ibunya sendiri.

Raelina tersenyum mencemooh pada dirinya.

Dia selalu berpikir pria itu memiliki perasaan padanya dan mencintainya karena Yosua selalu mengatakan akan ‘menjaganya’ dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya. Karena tidak ingin dia menderita karena perlakuan ibu dan adiknya Yosua bahkan sampai pindah dari keluarga Rajjata.

Tetapi pada akhirnya, pria itu lah yang paling menyakitinya.

Air mata perlahan mengalir di pipi Raelina. Dia memandang kosong gelas kaca di tangannya tanpa mengeluarkan suara.

Waktu tidak akan pernah menyembuhkan luka di hatinya.

***

Di sisi lain, ada seseorang yang juga mengalami mimpi sama halnya dengan Raelina. Butir-butir keringat keluar dari pori-pori kulit pria yang tertidur di atas ranjangnya. Napasnya tampak tidak stabil namun mata lelaki itu masih tertutup rapat.

Saat itu siang hari yang seharusnya cerah tertutup awan mendung. Langit berkelabu menurunkan rintik-rintik hujan hingga menjadi deras.

Sekelompok orang berbaju tentara dengan senapan di tangan mereka masing-masing berlari menghampiri dua sosok yang terbaring di tanah.

Salah satu pria berseragam kamuflase hijau gelap melemparkan senapan di tangannya dan jatuh berlutut di samping seorang pria baruh payah berpakaian petani yang berlumuran darah.

Tidak jauh darinya rekan-rekan berseragam kamuflase membekuk seorang teroris yang dilumpuhkan kaki kanannya.

“Kumohon bertahan, ’lah!” Yosua dengan panik mencoba mempertahan kesadaran pria paruh baya itu. Wajahnya yang selalu tanpa emosi penuh dengan kepanikan dan rasa bersalah.

Tangannya yang berlumuran gemetar menghentikan aliran darah di dada kiri pria paruh baya itu.

Ini kesalahannya.

Dia ceroboh.

Wajah Yosua pucat pasi melakukan pertolongan pertama untuk menghentikan darah di dada kiri pria paruh baya itu akibat tembakan salah sasaran yang dilakukannya.

Rintik-rintik hujan yang turun mengenai wajah tua pria itu membuat matanya berkedip-kedip setengah sadar. Napasnya putus-putus di tengah rasa sakit yang meledak di dada kirinya.

Dia tahu dia tidak akan bertahan lama.

Mata pria paruh baya itu bergulir menatap pria muda di sebelahnya dengan pandangan nanar. Dengan susah payah dia menggerakkan tangannya untuk meraih tangan pria muda yang menahan aliran darah di dada kirinya.

Yosua tersentak melihat tangannya digenggamnya oleh pria paruh baya yang terbaring di tanah basah oleh air hujan.

Dia mengalihkan pandangannya memandang wajah pria paruh baya itu. Wajahnya pucat pasi, pandangannya tampak kabur oleh air hujan. Tetapi ada senyum di bibirnya kala dia menatap Yosua. Bibirnya tampak bergerak-gerak tampak berbicara.

Yosua mengerjapkan matanya dan mendekatkan telinganya perlahan ke mulut pria paruh baya itu dengan bibir gemetar.

 “Pu-put ... Putri ... Saya.”

Napas pria itu putus-putus, bersusah payah mengerahkan kekuatannya yang tersisa untuk mengeluarkan suaranya.

“ .... Ja ... ga ... Dia.”

Seluruh tubuh Yosua menegang. Tangannya terkulai merasakan embusan napas pria paruh baya itu sebelum akhirnya berhenti.

Yosua tersentak bangun dengan napas memburu. Matanya terbuka lebar menatap kosong langit-langit kamarnya. Hujan deras terdengar dari luar jendela kamarnya mengingat Yosua pada mimpi yang barusan dialaminya.

Ah, tidak.

Itu bukan mimpi, tetapi kejadian di masa lalunya.

Setelah beberapa saat terdiam, napasnya mulai tenang. Yosua bangun dan melirik jam Beker di nakas di samping ranjangnya menunjukkan pukul empat dini hari.

Pria itu mengusap wajahnya yang berkeringat dingin dan keluar dari selimut yang menutupi tubuhnya. Dia duduk di tepi ranjang, kakinya yang panjang menjulur ke bawah ranjang dan merasakan sensasi dingin di telapak kakinya begitu menyentuh lantai yang dingin.

Dia terdiam tampak merenung. Mimpi itu terngiang-ngiang di kepalanya, bercampur aduk dengan pertemuannya dengan Raelina. Pria paruh baya yang merupakan ayah Raelina menggunakan napas terakhirnya untuk memintanya menjaga putrinya.

Yosua menyentakkan kepalanya memandang langit-langit kamarnya yang gelap. Karena tanggung jawabnya itu dia menikahi Raelina untuk menjaganya dan tidak akan membuatnya menderita keluhan sedikit pun selama menikah dengannya, tetapi dia tidak bisa mencegah wanita itu pergi dari sisinya.

Mata Yosua bergulir menatap laci meja di samping ranjangnya. Dia membuka laci itu dan mengambil sebuah dokumen. Tangannya yang kekar mengelus dokumen itu dan membuka isinya.

Itu adalah surat cerai yang ditinggalkan mantan istrinya untuknya ketika dia pulang dari misinya di negara Timur Tengah selama enam bulan, lima tahun yang lalu. Rumahnya kosong dan berdebu seperti sudah tidak ditinggalkan selama berbulan-bulan.

Dia tidak menemukan keberadaan Raelina yang selalu menyambutnya di rumah, sebaliknya dia menemukan selembar surat cerai yang sudah ditandatangani Raelina di tempat tidurnya.

Yosua tidak mencegah Raelina jika dia tidak ingin bersamanya dan akan tetap memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Tetapi dia tidak menerima Raelina pergi tanpa penjelasan apa pun dan hanya menerima selembar surat cerai. Dan yang mengejutkannya adalah menemukan sebuah dokumen dari rumah sakit yang berisikan tes kehamilan Raelina.

Dia merasa bahagia dan sekaligus marah. Dia tidak mengetahui apa pun, tetapi Raelina meninggalkan surat cerai dan pergi dalam keadaan hamil.

Meskipun dia mencarinya ke seluruh kota dan kampung halamannya, dia tetap tidak bisa menemukan Raelina di mana pun.

Sebenarnya apa yang terjadi padanya selama dia tidak ada?

Pandangan Yosua muram mengelus sebuah foto hitam putih di atas surat cerai itu. Jari-jarinya mengelus gambar janin mungil dalam gambar itu.

Sudah lima tahun, anak mereka seharusnya sudah berumur empat tahun.

 Alasan itulah yang membuatnya bertahan di tengah desakan ibunya yang memintanya untuk segera menikah setelah bertahun-tahun tidak menikah lagi meskipun Raelina sudah meninggalkannya.

Lima tahun kemudian dia bertemu lagi dengan Raelina di bandara. Awalnya dia tidak yakin karena dia melihatnya sekilas sebelum wanita itu berbalik meninggalkan bandara. Tetapi mereka bertemu lagi di pemakaman dan Yosua merasa yakin bahwa wanita itu adalah Raelina meskipun penampilannya sudah banyak berubah.

Tetapi yang mengganggunya adalah Raelina bersikap dingin dan memperlakukan seperti orang asing.

Yosua mengusap wajahnya.

Apa yang sebenarnya terjadi selama ini dan kepergian Raelina selama lima tahun?

Yosua mengerutkan dahinya dan mengambil ponselnya di atas meja. Dia menekan nomor salah satu anak buahnya di ketentaraan yang mahir mengumpulkan informasi.

Setelah beberapa saat teleponnya tersambung dan Yosua menempelkan ponselnya di telinganya.

“Ya, ketua?” Suara laki-laki mengantuk di seberang telepon.

“Cari informasi tentang Raelina Yuswandari.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Neng Onyon
jd mereka terpisah krn ibu mertua yg kejam
goodnovel comment avatar
Putri
menangis dalam konsep diam sangat sakit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Kelahiran Alister

    “Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Diculik

    Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Dibuang ke Luar Negeri

    Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Cambuk Leluhur

    “Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Hukuman

    “Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Skandal

    “Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status