Share

Mantan Ibu Mertua

Author: Queen Moon
last update Huling Na-update: 2021-03-15 12:46:43

Ketika Stella terbangun di pagi hari dan keluar dari kamarnya, hendak ke kamar mandi untuk mencuci muka, dia dikejutkan dengan kehadiran Raelina yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan menonton TV dengan lingkaran hitam di bawah kelopak matanya.

“Apa kau begadang semalam?” Stella duduk di sebelahnya setelah mencuci mukanya dengan membawa botol air dingin di tangannya. Dia masih memakai piyamanya.

Hari ini adalah hari Minggu. Dia mendapat jatah libur hari ini dan tidak pergi ke rumah sakit. Berbeda dengan Raelina yang mulai bekerja Senin besok.

“Bisa dibilang begitu,” jawab Raelina dengan lesu. Dia dengan malas menonton berita pagi sambil bersandar di lengan sofa.

“Ada apa dengan matamu? Apa kau habis menangis?” Penglihatan Stella cukup tajam untuk melihat mata Raelina merah dan bengkak.

“Apa terjadi sesuatu kemarin?”

Semalam dia mendapat sift dan pulang larut malam hingga tidak memperhatikan Raelina saat dia pulang tadi malam.

Raelina menatapnya sesaat dan memeluknya tubuh rampingnya sambil mengeluh. “Aku memang tidak menyembunyikan apa pun padamu.”

Stella membusungkan dadanya dengan bangga. “Karena aku adalah orang yang peka. Jangan mengalihkan pembicaraan dan cerita apa yang terjadi selama kau pulang kampung?”

Satu-satunya hal paling menjengkelkan dari Stella, rasa ingin tahunya yang tinggi dan suka bergosip. Dia hampir seperti wartawan dengan segala ingin tahunya yang tinggi.

“Aku bertanya-tanya kenapa kau tidak beralih profesi menjadi wartawan saja.” Raelina bergumam pelan.

“Hehe, aku pernah mempertimbangkannya. Jadi apa yang terjadi kemarin?”

Dengan malas Raelina menceritakan pertemuannya dengan mantan suaminya dan curhat sedikit.

“Dia lagi?” Stella mendengus bosan dan mengalihkan pandangannya ke televisi setelah Raelina selesai bercerita.

Raelina mengangguk dengan cemberut.

“Kau ke sini untuk menata masa depan atau ingin mengulang kisah lama dengan mantan suamimu?”

“Tentu saja untuk menata masa depanku. Laki-laki itu hanya sekadar numpang lewat.” Raelina mengomel setelah mendengar kalimat terakhir Stella.

“Jadi kenapa matamu merah dan bengkak habis menangis?” sindir Stella.

Raelina cemberut tidak bisa membalasnya. Merasa sedih di dalam hati karena tidak mendapat hiburan dari sahabat terkasihnya.

Mungkin dia benar-benar bosan dengan cerita tentang mantan suaminya.

“Lupakan saja, hari ini hari Minggu. Jangan ganggu suasana hati dengan cerita menyedihkan. Ayo kita belanja di mal hari ini.” Stella berdiri sembari meregangkan tubuhnya yang ramping.

“Belanja? Yuk, lah!”

Raelina menjadi lebih bersemangat. Belanja adalah obat paling efektif untuk memperbaiki mood.

Tanpa menunggu Stella, dia bersenandung pergi ke kamarnya untuk mandi.

“Dasar.” Stella bergumam melihatnya begitu bersemangat. Dia juga pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap joging.

***

Waktu masih pagi tetapi mal sudah ramai oleh pengunjung. Mal akan selalu ramai setiap akhir pekan. Raelina dan Stella sudah berkeliling membeli beberapa barang. Tangan mereka penuh dengan beberapa paper bag berisi barang-barang yang mereka beli.

Keduanya berhenti sejenak di toko merek gaun yang mereka sukai dan berkeliling di dalam toko untuk mencari gaun yang menurut mereka menarik.

Raelina tertarik dengan gaun biru yang dipajang di tengah toko. Ketika dia meraba tekstur gaun itu sebuah tangan mungil juga menarik gaun itu dari tangannya.

 Dia menoleh dan melihat seorang gadis berwajah cantik juga menatapnya dengan ekspresi cemberut di wajahnya.

“Aku duluan yang melihat gaun ini.”

Raelina tertegun sejenak menatap wajah yang akrab di depannya.

Gadis itu adalah Arina, adik perempuan Yosua, sekaligus mantan adik iparnya.

Penampilannya tampak banyak berubah dari yang dia ingat. Arina menjadi lebih dewasa.

Raelina dan Arina seumuran tetapi ada beberapa perbedaan menonjol di antara mereka, seperti tinggi badan mereka. Tubuh Raelina tinggi dan langsing. Stella selalu mengatakan tubuhnya seperti model. Berbeda dengan Arina, dia tinggi badannya tidak berubah sejak dia mengenalnya.

Di masa lalu dia mungil dan langsing. Sekarang tubuhnya sudah berkembang kecuali tinggi badannya. Dia terlihat sedikit berisi dibandingkan dengan Raelina.

Cara Arina melihatnya tampak melihat orang yang tidak dikenalnya. Sepertinya dia tidak mengenal Raelina.

“Hei, bisakah kau melepaskan tanganmu. Jika robek kau harus mengganti ruginya!”

Sudut bibir Raelina tertarik menatap gadis itu datar.

Sikap kasar Arina sama sekali tidak berubah. Raelina mencibir dalam hati.

Arina tumbuh dan besar di dalam keluarga berpengaruh dan dihormati. Tetapi sikapnya sangat tidak mencerminkan seorang yang berasal dari keluarga yang dihormati. Dia selalu memandang rendah orang yang tidak sederajat dengannya.

Di masa lalu Raelina akan selalu mengalah padanya, membuat Arina merasa superior di depan ‘kakak iparnya’, dan selalu menggertaknya.

Tetapi sekarang dia tidak akan mengalah pada seseorang seperti Arina.

“Maaf Nona, apa kau sudah membeli gaun ini?”

“Belum.” Arina mengerutkan dahinya melihat perempuan di depannya. Dia merasa pernah melihat di suatu tempat.

“Lalu kenapa kau membuat klaim seolah gaun ini milikmu?”

“Karena aku melihat gaun ini duluan, tentu saja aku memilikinya.” Arina mengangkat dagunya angkuh dan memerintah seorang karyawan toko di sebelahnya. “Cepat bungkuskan gaun ini untukku.”

Raelina mendengus dan menahan gaun yang hendak diambil Arina.

“Maaf, apa kau mengerti istilah siapa cepat dia dapat?”

Karena Arina membuat klaim karena melihat gaun itu duluan maka dia menggunakan klaim juga.

Arina mengerutkan keningnya dan memelototinya. Tetapi ketika dia melihat perempuan itu lebih teliti, dia samar-samar mengingat seseorang dia kenal di masa lalu.

“Ah, aku ingat. Bukankah kau si udik bau itu?” Arina memandang Raelina dari atas ke bawah dengan heran dan menghina.

Sedikit terkejut dengan penampilan Raelina berbeda dengan yang dia ingat di masa lalu.

Benarkah, perempuan di depannya adalah gadis kampung yang memiliki wajah cokelat kusam?

Wanita di depannya cantik dengan bentuk tubuh proporsional. Wajahnya wajah putih mulus dengan make up tipis. Kulitnya lebih cerah dibandingkan dengan kulit Arina. Pakaian yang dikenakan Raelina bahkan sangat modis.

Arina merasa kurang percaya diri dan terhina berhadapan dengan Raelina. Bagaimana gadis kampung yang dulunya tidak bisa dibandingkan dengannya memiliki perubahan pesat dalam selera mode dan penampilan.

“Wow, kau sudah banyak berubah rupanya? Sulit mengenalimu sebagai gadis kampung!” sindirnya dengan tatapan menghina.

Ekspresi Raelina datar menatap tatapan menghina gadis di depannya.

“Ya, kau juga banyak berubah. Menjadi lebih cebol,” balasnya pedas.

Dulu tinggi badan mereka hampir sama. Jika mereka berdua berbicara, kepala mereka tentu akan sejajar. Lima tahun kemudian Raelina harus menunduk ke bawah untuk berbicara dengan Arina.

Tinggi Arina hanya sebatas dada Raelina dan itu membuat Arina merasa kecil setelah mendengar kalimatnya. Wajahnya memerah terbakar amarah.

Tinggi badannya merupakan masalah sensitif baginya. Di antara teman-temannya yang memiliki banyak perubahan pertumbuhan tinggi badan, hanya dia masih sama seperti saat SMA. Jika dia memiliki tubuh langsing, Arina akan percaya diri dengan tinggi badannya.

Tetapi dalam beberapa tahun tubuhnya menjadi lebih berisi dan itu membuatnya merasa gemuk di antara teman-temannya yang langsing seperti super model.

Tidak peduli seberapa banyak dia diet, lemaknya di tubuhnya akan mudah tumbuh setiap kali dia makan.

Kata-kata Raelina menyentuh titik sakitnya dan dia benci mendengar itu dari seseorang yang dia pandang rendah.

Arina memelototinya, sebelum dia bisa memarahinya seorang wanita paruh baya datang menghampirinya.

“Arina apa kau sudah mendapatkan gaun yang kau inginkan?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Ina Mutmainnah
ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Dinata Akbar Faqih
seru sekali pokoknya
goodnovel comment avatar
Putri
mantan Mertua sama dengan lidah Mertua.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Kelahiran Alister

    “Roger ketua. Aku akan mendapatkannya dalam lima menit.” “Aku memberimu waktu dua menit,” putus Romi tegas nan dingin tanpa menerima bantahan. Yosua tidak sabar menunggu sampai lima menit. Lima menit baginya bisa membunuh Raelina. Danis tersentak menerima ultimatum dari sang Jenderal dan berkata tergesa-gesa. “Baik Kapten!” Danis sigap mengutak-atik komputernya di sisi ruang lain. Setelah beberapa saat, tidak butuh dua menit bagi Romi segera mendapatkan lokasi mobil penculik itu. “Kerja bagus,” puji Romi pada bawahannya. Dia tidak sadar Danis baru saja mengelap keringat dinginnya. Romi membuka komputernya dan memeriksa lokasi kamera yang dikirim Danis padanya. Dia memandang sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah selatan sebelum berhenti di sebuah gudang garam terbengkalai. Setelah memastikan lokasinya, dia mengirim lokasi gudang itu pada Yosua. “Baik, terima kasih,” ujar Yosua menerima alamat lokasi dari Romi

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Diculik

    Raelina membantu Zenith mandi dan berpakaian, sebelum turun dari kamarnya untuk memberi salam pada ayah mertuanya. Yosua masih belum kembali dari joging paginya.Raelina membiarkan Zenith berjalan sendiri sambil memegang tangannya saat menuruni tangga.“Tidak mau! Ayah, aku tidak mau pergi!”Dari lantai bawah terdengar berisik suara tangisan Arina.Raelina berhenti dan melirik ke bawah dengan penasaran melihat apa yang terjadi.Dia melihat keluarga Rajjata berkumpul di ruang tamu, termasuk Yosua yang mengenakan pakaian yang dipakai untuk berolah raga.Terlihat Arina dan Wina sedang ditahan oleh beberapa pria bersetelan hitam. Beberapa pria itu memegang dua koper besar di tangan mereka.Arina meronta melepaskan cengkeraman dua orang pria yang menahannya sebelum berlari berlutut memegang kaki Hendry yang duduk di sofa.“Ayah, kumohon jangan mengirimkan aku luar negeri.” Arina menangis memohon.

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Dibuang ke Luar Negeri

    Arina terisak di sebelahnya.Hendry mendengus lalu menatap pelayan di sebelah Romi.“Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi?”Pelayan itu sejenak menatap ke sekeliling dengan ekspresi gugup. Ketika tatapan dan bertemu mata dingin Yosua, dia langsung menundukkan kepalanya merasa bersalah dan takut.“Maafkan saya, saya hanya menerima perintah Nona Arina untuk mengantar sampanye itu pada Tuan Yosua. Tapi bukan aku yang memasukkan obat perangsang dalam minum itu, melainkan Nona Arina!” ujarnya sambil menunjuk Arina.Yosua dan Hendry langsung menatap Arina dengan mata ekspresi suram. Perilaku Arina sudah tidak bisa ditoleransi lagi.“Kakak ... ayah ... aku ....” Arina terbata-bata, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia menatap ngeri cambuk tebal dan berduri di tangan kepala pelayan.Dia tidak akan bisa membayang rasa sakit saat cambuk itu merobek kulitnya.Dia buru-buru merangkak memeluk kaki ay

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Cambuk Leluhur

    “Ayah, apa yang terjadi di sini?”Yosua bertanya heran melihat beberapa orang berkumpul di d ruang keluarga. Kepala pelayan berdiri di samping sofa Hendry.Sementara Yosep dan Romi yang jarang berkumpul duduk di masin sofa. Arina dan Wina berlutut di depan mereka dengan kepala tertunduk.Wina dan Arina mendongak melihat Yosua sudah datang.“Kakak!” Arina hendak merangkak ingin menghampirinya namun langsung dibentak oleh Hendry.“Tetap di tempatmu!” Hendry melempar Arina asbak rokok di atas meja.Asbak itu melayang dan mengenai lantai sampai hancur berkeping-keping di samping.“Kyaaaa ....” Arina berteriak ketakutan dan menangis.Dia buru-buru menjauhi pecahan kaca dan kembali berlutut di sebelah Wina.Dia menundukkan kepalanya sambil terisak ketakutan.Yosua berkedip melihat tindakan ayahnya yang jarang marah menjadi brutal tanpa ragu melempar asbak rokok ke arah adi

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Hukuman

    “Apa yang sudah kamu lakukan pada suamiku?!” Semua orang menahan napas menonton dengan tertarik apa yang akan terjadi selanjutnya. Leah mendekatinya berpura-pura gugup. “Raelina, aku bisa jelaskan ini ... aku dan Yosua tidak bermaksud melakukan ini di belakangmu ... kami—“ Sebelum Leah menyelesaikan ucapannya, Raelina tiba-tiba mendorong tubuh Yosua dan menghampirinya dnegan cepat. Tangannya terangkat cepat menampar Leah keras. Suara tamparan keras itu bergema di koridor. Tak sampai situ, Raelina menjambak rambut Leah kuat. Semua orang tersentak kaget dan ngeri. “Akh, sakit! Apa yang kamu lakukan?!” Leah menjerit memegang tangan Raelina yang menjambak rambutnya. “Aku tanya apa yang kamu lakukan pada suamiku!” Raelina ganas menarik rambut Leah dengan kedua tangannya. “Kamu berani memberinya obat perangsang! Begitu inginkan kamu mengambil suamiku! Kamu jalang kotor! Beraninya kamu bermain trik kotor me

  • Mantan Suamiku Seorang Tentara   Skandal

    “Teman-teman ayo sapa kawan lama kita!” Yonis membawa Yosua pada teman-temannya yang berkumpul di sofa. Mereka melambaikan tangan pada Yosua, menyapanya. Yosua menyapa mereka dengan akrab. Sementara istri mereka yang berkumpul bergosip di sebelah sofa para lelaki melirik Yosua dengan pandangan ingin tahu. “Bro, apa kabarmu?” Salah satu pria berdiri sedikit terhuyung-huyung menghampiri Yosua. Tampaknya dia sudah mabuk melihat beberapa botol Wine, Vodka dan sampanye kosong di atas meja kaca. Yosua menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai. “Aldy, terlalu awal untuk mabuk. Hati-hati atau kamu akan dimarahi istrimu.” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan membantu temannya kembali duduk di sofanya. Pria itu cegukan dengan wajah memerah. “Jangan sebutkan perempuan jalang itu!” raungannya menarik perhatian beberapa tamu Tampaknya pria itu sudah mabuk sepenuhnya dan tidak sadar apa yang dilakukannya. “Kamu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status