Share

Sebuah Fakta Terbaru

Penulis: Fitriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-25 14:57:14

Tujuh

***

Jantungku berdebar tak karuan, setengah jam berlalu hasil dari pemeriksaan belum jua keluar. Semoga masih ada harapan, duniaku akan sangat hancur jika sematan mandul memang benar adanya.

Salahku, yang sedari dulu selalu menunda untuk memeriksakan diri. Kini, keluarga Bang Afdal seakan yakin bahwa akulah yang sedang bermasalah. Mendesah resah, otak mulai diselimuti banyak pikiran.

"Mbak Mella," panggil seorang Suster. Membuat diri beranjak senang, "Silakan masuk, dokter sudah menunggu."

Menarik napas panjang, langkahku terasa gontai. Ketakutan mulai menyergapi diri, ini merupakan kali pertama untuk aku.

Senyum mengembang dari bibir sang dokter, kebetulan dia seorang wanita. Setidaknya lebih bisa mengerti, duduk dengan tenang beliau mulai membacakan hasil yang sudah kutunggu.

"Jadi, kesimpulan dari semua yang sudah saya jelaskan. Mbak Mella ... Sehat, tidak sedang mengalami kemandulan." Alhamdulillah, air mataku menetes mengucap terima kasih berulang kali. Menatap hasil pemeriksaan, dengan tangan gemetar.

"Ta-pi dok, lima tahun menikah. Saya belum dikaruniai anak," ucapku. Menunduk sedih, merasa Tuhan sedang memberi sebuah hukuman.

"Oh ya? Hm, suaminya ke mana? Biar sekalian diperiksa." Pertanyaan darinya, tak ayal membuat diri terasa hancur berkeping. Lidah seakan kelu, masa harus curhat di sini?

Memandang sekeliling ruangan, aku yang belum siap. Tak lagi mampu menjawab pertanyaan, terlalu sedih jika harus mengenang masa lalu.

"Maaf, jika apa yang saya tanyakan barusan terlalu privasi buatmu. Sabar, anak adalah titipan dari Sang Maha Kuasa. Kelak, Dia akan memberi jika sudah waktunya tiba." Nyeees, hatiku berangsur membaik. Terlalu bucin, kala sudah mengenang mantan yang tengah berbahagia bersama wanita lain.

"Nggak apa, dok. Penting saya sudah tahu, tentang kesehatan diri sendiri." Mengulum senyum dengan sedikit terpaksa, gegas aku pamit. Tak ingin terjerumus dalam kubangan nestapa, move on Mella!

Mendekap sebuah kertas di tangan, semoga kelak bisa membungkam mereka yang terus saja menghina. Jangan-jangan, yang mandul itu kamu lagi Bang!

Mengusir pikiran yang terasa berdenyut, segera langkah kaki beranjak pergi. Namun, tertahan karena melihat sosok yang sangat dikenal.

"Nggak sabar aku, semoga anak kita berjenis kelamin laki-laki. Penerus usaha keluarga," ujar sang laki, sembari mengelus perut si wanita.

Apaaa? Jadi, itu bukan anak Bang Afdal. Keterlaluan kamu Andini! Wanita jalang, kenapa pula harus membohongi semua orang?

Napasku makin tersengal, berdiri dari kejauhan. Menatap dua sejoli, yang tengah bercanda ria. Rasakan kamu Bang! Karma dibayar tunai, apa yang akan kamu lakukan

saat tahu belangnya Andini?

Sudahlah, ngapain juga aku mikirin dia! Setidaknya, aku tahu bahwa Andini tak sebaik yang mereka kira.

Bersenandung ria, kaki kembali melangkah. Tak ingin mencampuri urusan mereka, cukup tahu dan bisa dijadikan senjata kelak.

"Kamu, nggak ngantor?" tanya Ibu, ketika aku baru saja turun dari mobil. Memang, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Harusnya aku tengah berkutat, bersama dokumen yang membuat pusing.

"Nanti, Bu. Habis dzuhur kayaknya, aku mau rehat bentar." Tersenyum manis, Ibu terus mengekor dari belakang. Mungkin, tak biasanya melihat diriku senang.

"Ada kabar baik," kataku. Duduk santai, sembari mengeluarkan hasil pemeriksaan. "Alhamdulillah, aku nggak mandul Bu."

Merampas kertas dengan kasar, beliau terpekik senang. Mengucap hamdallah berulang kali, bersyukur dengan awal yang bahagia tentunya.

"Apa Ibu bilang, harusnya dari dulu kamu periksa. Sekalian bawa si Afdal, biar keluarganya tahu." Berucap dengan menggebu, aku terkikik. Ibu, adalah kekuatan besarku saat ini. Setelah kehilangan Bapak, di usia kecil.

Bagai teletubies, kami saling berpelukan. Tertawa dengan menangis, semua rasa seakan bercampur menjadi satu.

"Satu lagi, Bu. Pas di RS, aku ketemu Andini. Gandengan sama cowok lain, dan Ibu tahu? Aku syok, ketika tahu anak yang tengah dikandung merupakan hasilnya bersama cowok lain. Bukan sama Bang Afdal," ungkapku. Kembali tertawa riang, biarlah bahagia di atas penderitaanmu sayang!

"Gila juga si Andini," sahut Ibu berdecak tak percaya. "Nah 'kan, makannya jangan suka nyakitin hati orang. Buktinya, sudah Allah beri balasan setimpal."

Mengangguk setuju, justru hatiku belum sepenuhnya puas. Rasa dendam masih menghiasi seluruh hati, menginginkan lebih dari itu.

"Mella, setelah semua yang terjadi. Rencana apa yang akan kamu lakukan? Hm, menikah lagi misalnya." Menatap tak percaya, aku sama sekali belum ada calon. Terlebih, rasa takut dikhianati masih saja terus mengungkung.

Membelai rambut panjangku dengan lembut, lagi Ibu membuka percakapan. "Jangan takut, Mell. Tidak semua pria, memiliki perangai yang sama."

Memang. Namun, sejauh ini fokusku hanya terhadap karier. Urusan jodoh biarlah Allah yang mengatur, menjadi janda selamanyapun tak masalah.

"Mella paham, Bu. Masalah itu, kita bahas nanti deh." Mengibaskan rambut dengan perlahan, berharap beliau lebih memahami isi hatiku saat ini.

***

"Wow, jadi hubungan mereka sudah berjalan lama. Dan bodohnya, Bang Afdal seakan dibutakan." Menggeram marah, informasi dari Serly benar mengejutkan.

Kenapa dia sampai nggak tahu? Terjatuh dalam pesona Andini, yang ternyata tak sebaik yang semua orang kira.

"Nyonya dan Tuan, tahu? Tentang hubungan mereka, Ser?"

Menggeleng lemah, Serly yakin betul dengan penyelidikannya kali ini. "Backstreet, hubungan mereka tak direstui. Pria itu hanya dari keluarga biasa, mereka lebih condong pada mantan suamimu."

Tentu, yang kutahu Bang Afdal salah satu orang kepercayaan mereka. Pastinya dengan senang hati menerima sebagai mantu, meski dengan tega menyakiti hati yang lain.

"Serly, segera kirim bukti perselingkuhan mereka. Pastikan, Bang Afdal sendiri yang menerima," titahku merasa sudah waktunya, menenggelamkan perasaan sang mantan.

"Hah, kamu serius? Niat banget kepengen dia sakit," tanyanya. Menatap lekat, sembari berdecak tak percaya.

Kenapa nggak?

Milyaran luka telah ia torehkan, balasan setimpal tentu pantas untuk menghukum Bang Afdal.

Dengan begitu, hatinya akan terbuka lebar. Tidak lagi menyanjung sebuah kepalsuan, di mana Andini hanya sedang bersandiwara.

"Lakukan secepatnya, Serly. Pastikan rumah tangga mereka goyah," ujarku berharap mereka merasakan apa yang pernah kualami.

Mengangguk setuju, Serly berbalik badan. Syukurlah, aku hanya ingin memberi suatu pelajaran. Semoga, bisa sedikit menampar mereka yang terus saja memandang hina orang lain.

Sepeninggal Serly, pikiranku terus menerawang jauh. Mengetuk bolpoint pada meja, rasa tak sabar begitu menekan. Bagaimana tanggapan Bang Afdal? Tentu ia murka bukan?

Biar tahu rasa, bahwa dikhianati adalah hal paling menyakitkan. Saat rasa percaya hilang, dengan kelakuan tak menyenangkan.

Tunggu, sayang. Saat di mana, hari itu datang. Ahh, akan lebih bagus jika dirinya melihat langsung perselingkuhan sang istri. Akan lebih seru dan menegangkan.

Memutar otak, dengan cepat. Aku ada rencana baru, untuk membongkar semua di depan mata kepala Bang Afdal.

Hm, mungkin saja yang mandul adalah dirimu Bang. Terbukti, anak yang dikandung Andini adalah hasil pergulatan dengan pria lain.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Tercengang

    Dua Puluh LimaKasus wanita bernama Rere, terasa berjalan secara lambat. Ia yang bungkam, seakan memperpanjang banyak hal. Tetap tidak mau membuka mulut, perihal siapa dalang di balik semua kekacauan.Bahkan, ia rela terus mendekam di balik jeruji demi melindungi nama orang yang sudah membuat dirinya susah. Benar-benar aneh! Masih merasa yakin, bahwa dirinya akan terbebas dari segala tuntutan. Aku yang geram, mati-matian membayar pengacara handal untuk menyelesaikan segala perkara!Di rumah saja, tak ayal membuat diri merasa bosan. Maklum, dari awal aku memang wanita karier. Belum terbiasa, kalau tidak ingat Ibu dan suami malas rasanya hanya berdiam diri. Memang, ada Serly yang bisa diandalkan. Tetap saja, aku juga ingin berkecimpung langsung. Toh, kerjaan yang aku lakukan tak seberat yang dikira."Kalau bosan, kamu cari kesibukan lain sayang. Kerja di rumah juga bisa," tutur Ibu. Yang masih saja bersikeras itu, "Dengarkan Ibu ... Fokuslah agar segera memberi cucu."Aku tersenyum ge

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Titik terang

    Dua Puluh EmpatRasa geram masih terus menyusup ke dalam relung jiwa, kalau bukan karena paksaan suami dan Ibu. Hari ini juga, ingin rasanya meluncur bebas menemui wanita bernama Rere yang sengaja menebar fitnah. Serly, satu-satunya yang diharapkan turut memberi deret panjang atas kekesalan. Tak bisa dihubungi, dalam via manapun. Mendesah resah, nyatanya aku tak bisa istirahat dalam kondisi seperti saat ini. Harusnya, dia terus memberi kabar terkait perkembangan kasus wanita tersebut. Ingin sedikit memberi pelajaran langsung, bukan ditahan di dalam kamar. Mengutuk diri, karena ambruk pada saat yang tidak tepat. Aku hanya bisa pasrah, berharap akan ada kabar baik di kemudian hari. Pintu kamar terbuka, sosok Ibu menyembul. Memberi seutas senyum, sambil membawa nampan berisi makan dan minuman. Netraku justru sibuk, mencari sosok yang lain. Suami, ke mana dia? Sepagi ini sibuk, bahkan tak sempat menyapa diri yang tengah sakit. "Pagi sayang," sapa beliau. Sibuk menata makanan, "Makan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Komplain Babak Kedua

    Dua Puluh Tiga"Jualan tuh yang bener! Jangan cuma mau untung, tapi sukses membuat si pemakai kesakitan." Aku meringis, menatap bibir sang konsumen lekat. Hitam, dengan bintik kemerahan menyebar di arah sana. Dan, sedikit membengkak. Ini, merupakan komplain kali kedua setelah sang youtuber tempo lalu. Dan bagaimana pun caranya, kudu bisa tenang dalam menghadapi masalah tersebut. Bedanya ... Dia langsung mendatangi kediaman rumah, tidak datang menuju kantor. Wow, wanita zaman sekarang sungguh berani luar biasa. Menarik napas panjang, dan mengembuskan secara perlahan. Kuraih ponsel, Serly dialah orang paling tepat untuk aku butuhkan. "Sekarang, Ser. Dan jangan lupa, bawa semua hal yang sudah kutuliskan di chat Wa." Tersenyum lebar, kutatap sang tamu. Mencari celah, apa yang membuatnya sampai berani sekali. Semua memang salahku, sewaktu kejadian dulu tidak memberi efek jera. Yang berakibat kejadian lagi dan lagi, ini sudah keterlaluan menuding tanpa bukti! "Kamu yakin, datang hanya

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Pertemuan Usai Menabur Luka

    Dua Puluh Dua"Mella ...," pekik seseorang, setelah sekian lama tak bertemu. "Bagaimana kabarmu? Hmm, i-tu siapa?" Nah 'kan, dia mulai kepo males sebenarnya aku tuh. Reza meraih jemariku erat, seakan ingin memperlihatkan bahwa kami adalah sepasang pengantin baru dengan rasa bahagia tak tergambarkan. "Baik. Oh ya, kenalin dia chef Reza. Suami baruku." Andini mengangguk pelan, mulutnya tampak terbuka lebar. Kaget pasti, karena aku dapet yang lebih dari sesemantan. Menarik napas panjang, tentu saja hatiku tak lantas baik-baik saja. Ada Andini di sini, wanita yang sudah berhasil merebut Bang Afdal. Untuk kemudian menghempaskan, saat dirinya sendiri yang ketahuan berselingkuh. Ahh, kadang hidup memang selucu itu. "Jadi, kamu sudah menikah lagi? Aku pikir ... Balik lagi sama doi." Aku mengendikkan bahu, mimpi bangetlah dia bisa merajut tali kasih usai menyebar luka. Kutatap sekeliling Mall, tempat sebesar ini bisa jua terasa sempit. Oh Tuhan, kenapa harus mempertemukan kami di waktu yan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Antara Senang dan Sedih

    Dua Puluh Satu "Ya aaaampun Mell ...," teriak Serly. Histeris, membuat diri berjengit. "Pengantin baru, kenapa rajin banget sih?"Aku mengulum senyum, sudah hafal bahwa dirinya pasti akan menggoda seperti orang-orang rumah. Mengendikkan bahu dengan cuek, aku berjalan gontai.Kerjaanku di kantor, memang sedang menumpuk. Kasian Serly, dia memang bisa diandalkan. Nantilah, aku dan Reza belum ada rencana untuk pergi honeymoon. "Mana laporan keuangan, Ser? Terkait penjualan lipmatee kita bulan ini, fantastis?" tanyaku, sengaja mengalihkan pembicaraan.Serly berdecak sebal, ia pasti menginginkan aku bercerita tentang malam pertama dan banyak hal lainnya. Kepo!Menghentakan kaki dengan cepat, sembari bibir merenggut. Ia berlari kecil, sebab tempatnya bekerja berada di luar.Kutatap sekeliling ruangan, banyak tumpukan dokumen dengan dominasi cat berwarna putih. Sehari tak bekerja, rasanya seakan berabad-abad. Hihii, time is money sayang. Reza, suamiku juga sibuk bekerja di salah satu resto

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   SAH!

    Dua Puluh Menikah, adalah hal paling ditunggu oleh kedua insan. Terlebih ada cinta di hati masing-masing, akan semakin menambah kesyahduan.Tepat hari ini, akan dilaksanakan ijab qobul. Moga menjadi yang terakhir, tak ingin kembali gagal dalam merajut sebuah mahligai bernamakan cinta.Keluarga besan sudah datang, semakin menambah detak jantung yang tidak karuan. Meski yang kedua, tetap saja rasanya beda. Di luar sempat terjadi kerusuhan, ada Bang Afdal dan keluarga yang datang. Pasti ingin menggagalkan pernikahan, beruntung security yang sigap bisa mengatasi semua. Khusus hari ini, kantor diliburkan. Semua karyawan datang, menyambut dengan suka cita sedang doa berhamburan terlontar.Sah! Alhamdulillah, air mataku menetes haru. Reza mencium keningku takzim, masih tak menduga kami akan bersatu."Terima kasih, sudah mau menerimaku." Reza berbisik, menangkup kedua wajahku dengan romantis.Sekarang, aku sudah sah menjadi istri Reza. Bukan lagi mengharap pada yang semu, harus bisa menja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status