Share

2. Mantan Kekasih

Mata Seina tak berkedip melihat pria yang kini berada di hadapannya. Pria yang pernah menjadi sosok yang spesial di hati Seina.

"Seina ...." Seina diam terpaku mendengar pria tersebut memanggil namanya. "Hei ... Apa kau sudah lupa kepadaku?"

Pria tersebut menggoyangkan tangannya di depan mata Seina, menyadarkan Seina dari lamunannya.

"Oh hai, Darel," sapa Seina.

Iya ... pria tersebut bernama Darel, mantan kekasih Seina saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

"Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?"

"Baik, kenapa kau ada di sini, bukankah kau pindah ke Surabaya?" tanya Seina.

"Ada pekerjaan di Bandung, jadi untuk sementara waktu aku akan tinggal di sini," jawabnya santai.

"Oh." Seina hanya berohria mendengar jawaban Darel.

Seina menatap mata Darel yang melihatnya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Seina pun melihat penampilannya yang terlihat berantakan, berbeda sekali dengan penampilan Darel yang terlihat rapih dan tampan.

"Kalau begitu aku masuk dulu, bye Darel."

Seina menutup pintunya, mengusap dadanya merasakan degup jantungnya yang berdetak kencang. Meski sudah melupakannya, tetapi hatinya masih berdesir ketika melihat mantan kekasihnya lagi.

"Argh ... Kenapa harus bertemu dengan dia di saat aku berpenampilan seperti ini," kesal Seina melihat pakaian serta wajahnya di depan cermin.

Di saat orang lain berlomba-lomba terlihat glow up di depan mantan, Seina malah terlihat buruk rupa bertemu dengan mantan kekasihnya.

Seketika kenangan masa lalu teringat kembali, masa-masa saat ia masih Sekolah Menengah Atas. Di mana Darel dan Seina masih baru mengenal cinta.

Suara langkah kaki terdengar berlarian mendekati Seina yang sedang makan di kantin. Tak lama beberapa siswa berlarian ke arah kantin di kejar oleh siswa dari sekolah lain.

Teriakan terdengar begitu nyaring dari mulut para siswi yang sedang makan, mereka berlari berhamburan menjauh dari siswa yang sedang tawuran.

Namun, tidak dengan Seina yang tetap tenang makan sambil mendengarkan musik dari headset yang menempel di telinganya.

Darel yang saat itu sedang tawuran tak melihat Seina yang sedang duduk.

Brak!

Seina terjatuh di tabrak oleh Darel, untungnya Darel sigap memegang kepala Seina agar tidak terbentur lantai.

"Kau tidak apa-apa?"

"Argh ... mengapa kau menabrakku!" kesal Seina.

Ia pun bergegas berdiri dan melihat siswa di sekolahnya sedang bertengkar dengan siswa dari sekolah tetangga.

"Awas!" teriak Darel. Ia menarik Seina agar berada di belakangnya, sedangkan Darel mengayunkan kursi untuk menghalau mereka.

Tubuh Seina bergetar melihat perkelahian, para siswa di sekolahnya mulai berjatuhan kewalahan menghadapi lawannya.

Tanpa pikir panjang, Seina kemudian mengambil kayu yang ada di lantai. Ia berjalan bersiap menghadapi siswa dari sekolah lain.

Dengan santai Seina menghajar lawannya hingga tersungkur, satu persatu para siswa di sekolahnya yang sudah terkapar menyingkir membiarkan Seina melawan siswa dari sekolah lain.

"Kau duduklah biar aku saja," ucap Seina menyuruh Darel duduk.

Seina menghajar para siswa dengan membabi buta, tak lama para Guru dari sekolahnya serta Guru dari sekolah tetangga datang untuk memisahkan.

Melihat kedatangan Guru, Seina berpura-pura terjatuh membiarkan siswa sekolah lain menamparnya.

Satu tamparan mendarat mulus di pipi seorang siswa menampar wajah Seina. Guru BK SMA Pelita Bangsa memukul siswa dari sekolah lain karena telah memukul Seina yang notabenenya seorang siswi.

"Kalau kamu mau jadi jagoan lawan siswa lain jangan lawan perempuan," sarkas Guru.

Wajah sangar Seina berubah seketika, ia terlihat sangat sedih karena di tampar oleh siswa lain.

Disinilah Seina sekarang, berkumpul dengan para siswa dari sekolahnya yang sudah melakukan tawuran. Sorot matahari seolah ikut menghukum mereka yang sedang berdiri di lapangan.

"Argh ... kenapa aku juga di hukum!" teriak Seina kesal di hukum karena siswa dari sekolah tetangga mengadukannya.

Bukan rahasia lagi jika SMA Pelita Bangsa sering bentrok dengan SMA Harapan. Sekolah mereka hanya di pisahkan oleh kantin yang berada di tengah-tengah.

Setiap jam istirahat kedua sekolah ini sering bersitegang, bahkan mereka menandai daerah kekuasaan kantin.

Meski pihak sekolah sudah menyekat kantin, tetapi tetap saja mereka sering bertengkar karena hal-hal sepele.

"Dari mana kau belajar bela diri?" tanya Darel.

"Dari drama Korea," jawab Seina santai.

"Hahaha ... drama Korea, bukannya plastik ya!" ejek Darel.

Tanpa aba-aba, Seina menampar mulut Darel hingga ia berhenti tertawa.

"Apa tanganku terasa plastik?"

Teman-teman Darel yang ikut di hukum tak bisa menahan tawa melihat ekspresi wajah Darel. Mata tajam Seina melihat ke sumber suara, seketika hening tidak ada yang berani tertawa.

Pukul dua siang, mereka sudah di perbolehkan masuk ke kelas. Dengan langkah yang gontai, Seina berjalan ke kelasnya.

"Heh ... tunggu!"

Seina membalikkan tubuhnya. "Ada apa?"

"Kenalin nama aku Darel, kamu?"

"Seina."

***

Sudah tiga hari Seina tidak bertemu dengan Arya, ia selalu mengabaikan panggilan serta pesan dari Arya.

Jauh di lubuk hatinya Seina masih mencintai Arya, tetapi ia tidak suka dengan sikap baik Arya kepada Laras. Apa lagi Seina mengetahui jika Laras pernah menyatakan cintanya kepada Arya, tapi di tolak.

Ponsel Seina bergetar terlihat nomor baru di sana, Seina lalu menggeser layar ponselnya untuk mengangkat panggilan.

"Halo ... Seina?" Terdengar suara wanita di seberang ponsel.

"Iya, siapa ya?" tanya Seina

"Aku, Laras. Maaf sudah membuat kamu salam paham, aku sama Arya tidak ada hubungan apa-apa," jelasnya.

"Salah faham, aku salah faham? Dengar ya Laras, mungkin kamu lebih dulu kenal dengan Arya, tapi bisakah kamu tidak menggangu hubungan kami. Kau selalu menghubungi Arya jika dia bersamaku, kau selalu meminta antar ke mana pun tanpa memikirkan perasaan aku yang sudah jelas tunangannya."

"Sayang, maafin aku. Kamu sudah dengarkan penjelasan Laras?"

Seina mematikan panggilannya, ia semakin kesal karena merasa di permainkan oleh Arya dan Laras.

"Jika kalian benar mau meminta maaf, kenapa tidak datang ke apartemenku!" teriak Seina.

Seina beranjak dari kursinya berjalan untuk mengambil air minum. Saat membuka lemari pendingin tidak ada minuman di sana, sayuran serta Snack pun sudah habis. Dengan terpaksa Seina harus keluar dari sangkarnya untuk mencari makanan.

Saat membuka pintu apartemennya, langkah Seina terhenti. Ia ingat jika saat ini ia bertetangga dengan mantan kekasihnya. Seina lalu kembali masuk ke dalam kamar. Ia mengganti pakaiannya menggunakan celana jeans serta hoodie, tak lupa mengolsekan sedikit make-up untuk mempercantik wajahnya.

Seina menutup pintu apartemen, tidak ada tanda-tanda Darel keluar dari apartemen.

"Heuh.” Seina menghembuskan napasnya. “Ini terlalu berlebihan, kenapa aku harus berdandan hanya karena takut bertemu lagi dengan Darel," desis Seina.

Pintu lift terbuka Seina keluar dari gedung apartemennya berjalan ke swalayan yang berada tak jauh dari apartemen. Tanpa Seina sadari sepasang mata tengah memperhatikannya.

Satu persatu Snack serta sayuran masuk ke troli belanjaan Seina. Ia mengambil beberapa kaleng minuman serta air mineral untuk persediaan selama seminggu.

"Banyak sekali belanjamu," ucap Darel yang tiba-tiba saja muncul.

"Astaga ... bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya Seina.

"Hahaha ... kau lucu, ini tempat umum siapa pun bisa datang ke sini," jawab Darel seraya menggoda Seina.

Mata Seina melihat ke sekeliling, ia sadar saat ini sedang berada di swalayan. Seina mendorong troli belanja, membawanya ke kasir.

Darel tersenyum mengikuti langkah Seina, seketika Seina menjadi salah tingkah dibuatnya.

"Biar aku bantu," ucap Darel menarik belanjaan Seina.

Sepanjang perjalanan ke apartemen hanya suara langkah kaki serta hembusan angin yang mengiringi langkah kaki mereka. Baik Seina maupun Darel hanya diam, tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Ehm, kau kerja di mana?" tanya Darel memulai pembicaraan.

"Aku hanya seorang pengangguran," jawab Seina.

"Hm ... kau tidak perlu bekerja, biarkan suamimu saja yang bekerja."

"Suami ...? Hahaha, aku belum menikah," jelas Seina.

Darel menyeringai, entah apa yang dia pikirkan. Ia kembali berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Seina yang berjalan lebih dulu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewy Saras
sepertinya darel masih ada rasa sama seina deh.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status