Share

2. Mantan Kekasih

Author: Skuka_V
last update Last Updated: 2023-04-01 20:20:35

Mata Seina tak berkedip melihat pria yang kini berada di hadapannya. Pria yang pernah menjadi sosok yang spesial di hati Seina.

"Seina ...." Seina diam terpaku mendengar pria tersebut memanggil namanya. "Hei ... Apa kau sudah lupa kepadaku?"

Pria tersebut menggoyangkan tangannya di depan mata Seina, menyadarkan Seina dari lamunannya.

"Oh hai, Darel," sapa Seina.

Iya ... pria tersebut bernama Darel, mantan kekasih Seina saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

"Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?"

"Baik, kenapa kau ada di sini, bukankah kau pindah ke Surabaya?" tanya Seina.

"Ada pekerjaan di Bandung, jadi untuk sementara waktu aku akan tinggal di sini," jawabnya santai.

"Oh." Seina hanya berohria mendengar jawaban Darel.

Seina menatap mata Darel yang melihatnya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Seina pun melihat penampilannya yang terlihat berantakan, berbeda sekali dengan penampilan Darel yang terlihat rapih dan tampan.

"Kalau begitu aku masuk dulu, bye Darel."

Seina menutup pintunya, mengusap dadanya merasakan degup jantungnya yang berdetak kencang. Meski sudah melupakannya, tetapi hatinya masih berdesir ketika melihat mantan kekasihnya lagi.

"Argh ... Kenapa harus bertemu dengan dia di saat aku berpenampilan seperti ini," kesal Seina melihat pakaian serta wajahnya di depan cermin.

Di saat orang lain berlomba-lomba terlihat glow up di depan mantan, Seina malah terlihat buruk rupa bertemu dengan mantan kekasihnya.

Seketika kenangan masa lalu teringat kembali, masa-masa saat ia masih Sekolah Menengah Atas. Di mana Darel dan Seina masih baru mengenal cinta.

Suara langkah kaki terdengar berlarian mendekati Seina yang sedang makan di kantin. Tak lama beberapa siswa berlarian ke arah kantin di kejar oleh siswa dari sekolah lain.

Teriakan terdengar begitu nyaring dari mulut para siswi yang sedang makan, mereka berlari berhamburan menjauh dari siswa yang sedang tawuran.

Namun, tidak dengan Seina yang tetap tenang makan sambil mendengarkan musik dari headset yang menempel di telinganya.

Darel yang saat itu sedang tawuran tak melihat Seina yang sedang duduk.

Brak!

Seina terjatuh di tabrak oleh Darel, untungnya Darel sigap memegang kepala Seina agar tidak terbentur lantai.

"Kau tidak apa-apa?"

"Argh ... mengapa kau menabrakku!" kesal Seina.

Ia pun bergegas berdiri dan melihat siswa di sekolahnya sedang bertengkar dengan siswa dari sekolah tetangga.

"Awas!" teriak Darel. Ia menarik Seina agar berada di belakangnya, sedangkan Darel mengayunkan kursi untuk menghalau mereka.

Tubuh Seina bergetar melihat perkelahian, para siswa di sekolahnya mulai berjatuhan kewalahan menghadapi lawannya.

Tanpa pikir panjang, Seina kemudian mengambil kayu yang ada di lantai. Ia berjalan bersiap menghadapi siswa dari sekolah lain.

Dengan santai Seina menghajar lawannya hingga tersungkur, satu persatu para siswa di sekolahnya yang sudah terkapar menyingkir membiarkan Seina melawan siswa dari sekolah lain.

"Kau duduklah biar aku saja," ucap Seina menyuruh Darel duduk.

Seina menghajar para siswa dengan membabi buta, tak lama para Guru dari sekolahnya serta Guru dari sekolah tetangga datang untuk memisahkan.

Melihat kedatangan Guru, Seina berpura-pura terjatuh membiarkan siswa sekolah lain menamparnya.

Satu tamparan mendarat mulus di pipi seorang siswa menampar wajah Seina. Guru BK SMA Pelita Bangsa memukul siswa dari sekolah lain karena telah memukul Seina yang notabenenya seorang siswi.

"Kalau kamu mau jadi jagoan lawan siswa lain jangan lawan perempuan," sarkas Guru.

Wajah sangar Seina berubah seketika, ia terlihat sangat sedih karena di tampar oleh siswa lain.

Disinilah Seina sekarang, berkumpul dengan para siswa dari sekolahnya yang sudah melakukan tawuran. Sorot matahari seolah ikut menghukum mereka yang sedang berdiri di lapangan.

"Argh ... kenapa aku juga di hukum!" teriak Seina kesal di hukum karena siswa dari sekolah tetangga mengadukannya.

Bukan rahasia lagi jika SMA Pelita Bangsa sering bentrok dengan SMA Harapan. Sekolah mereka hanya di pisahkan oleh kantin yang berada di tengah-tengah.

Setiap jam istirahat kedua sekolah ini sering bersitegang, bahkan mereka menandai daerah kekuasaan kantin.

Meski pihak sekolah sudah menyekat kantin, tetapi tetap saja mereka sering bertengkar karena hal-hal sepele.

"Dari mana kau belajar bela diri?" tanya Darel.

"Dari drama Korea," jawab Seina santai.

"Hahaha ... drama Korea, bukannya plastik ya!" ejek Darel.

Tanpa aba-aba, Seina menampar mulut Darel hingga ia berhenti tertawa.

"Apa tanganku terasa plastik?"

Teman-teman Darel yang ikut di hukum tak bisa menahan tawa melihat ekspresi wajah Darel. Mata tajam Seina melihat ke sumber suara, seketika hening tidak ada yang berani tertawa.

Pukul dua siang, mereka sudah di perbolehkan masuk ke kelas. Dengan langkah yang gontai, Seina berjalan ke kelasnya.

"Heh ... tunggu!"

Seina membalikkan tubuhnya. "Ada apa?"

"Kenalin nama aku Darel, kamu?"

"Seina."

***

Sudah tiga hari Seina tidak bertemu dengan Arya, ia selalu mengabaikan panggilan serta pesan dari Arya.

Jauh di lubuk hatinya Seina masih mencintai Arya, tetapi ia tidak suka dengan sikap baik Arya kepada Laras. Apa lagi Seina mengetahui jika Laras pernah menyatakan cintanya kepada Arya, tapi di tolak.

Ponsel Seina bergetar terlihat nomor baru di sana, Seina lalu menggeser layar ponselnya untuk mengangkat panggilan.

"Halo ... Seina?" Terdengar suara wanita di seberang ponsel.

"Iya, siapa ya?" tanya Seina

"Aku, Laras. Maaf sudah membuat kamu salam paham, aku sama Arya tidak ada hubungan apa-apa," jelasnya.

"Salah faham, aku salah faham? Dengar ya Laras, mungkin kamu lebih dulu kenal dengan Arya, tapi bisakah kamu tidak menggangu hubungan kami. Kau selalu menghubungi Arya jika dia bersamaku, kau selalu meminta antar ke mana pun tanpa memikirkan perasaan aku yang sudah jelas tunangannya."

"Sayang, maafin aku. Kamu sudah dengarkan penjelasan Laras?"

Seina mematikan panggilannya, ia semakin kesal karena merasa di permainkan oleh Arya dan Laras.

"Jika kalian benar mau meminta maaf, kenapa tidak datang ke apartemenku!" teriak Seina.

Seina beranjak dari kursinya berjalan untuk mengambil air minum. Saat membuka lemari pendingin tidak ada minuman di sana, sayuran serta Snack pun sudah habis. Dengan terpaksa Seina harus keluar dari sangkarnya untuk mencari makanan.

Saat membuka pintu apartemennya, langkah Seina terhenti. Ia ingat jika saat ini ia bertetangga dengan mantan kekasihnya. Seina lalu kembali masuk ke dalam kamar. Ia mengganti pakaiannya menggunakan celana jeans serta hoodie, tak lupa mengolsekan sedikit make-up untuk mempercantik wajahnya.

Seina menutup pintu apartemen, tidak ada tanda-tanda Darel keluar dari apartemen.

"Heuh.” Seina menghembuskan napasnya. “Ini terlalu berlebihan, kenapa aku harus berdandan hanya karena takut bertemu lagi dengan Darel," desis Seina.

Pintu lift terbuka Seina keluar dari gedung apartemennya berjalan ke swalayan yang berada tak jauh dari apartemen. Tanpa Seina sadari sepasang mata tengah memperhatikannya.

Satu persatu Snack serta sayuran masuk ke troli belanjaan Seina. Ia mengambil beberapa kaleng minuman serta air mineral untuk persediaan selama seminggu.

"Banyak sekali belanjamu," ucap Darel yang tiba-tiba saja muncul.

"Astaga ... bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya Seina.

"Hahaha ... kau lucu, ini tempat umum siapa pun bisa datang ke sini," jawab Darel seraya menggoda Seina.

Mata Seina melihat ke sekeliling, ia sadar saat ini sedang berada di swalayan. Seina mendorong troli belanja, membawanya ke kasir.

Darel tersenyum mengikuti langkah Seina, seketika Seina menjadi salah tingkah dibuatnya.

"Biar aku bantu," ucap Darel menarik belanjaan Seina.

Sepanjang perjalanan ke apartemen hanya suara langkah kaki serta hembusan angin yang mengiringi langkah kaki mereka. Baik Seina maupun Darel hanya diam, tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Ehm, kau kerja di mana?" tanya Darel memulai pembicaraan.

"Aku hanya seorang pengangguran," jawab Seina.

"Hm ... kau tidak perlu bekerja, biarkan suamimu saja yang bekerja."

"Suami ...? Hahaha, aku belum menikah," jelas Seina.

Darel menyeringai, entah apa yang dia pikirkan. Ia kembali berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Seina yang berjalan lebih dulu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewy Saras
sepertinya darel masih ada rasa sama seina deh.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   33. Mempelai Pengganti - Tamat

    Seina menatap pria yang sedang duduk sambil menikmati kopi di depannya. Sudah satu minggu lebih ia tak mendapat kabar dari Arya. Namun, sekalinya ia mendapat kabar dari sepupunya yang melihat Arya sedang bersama seorang wanita. "Brengsek ...!" gumam Seina sembari mengepalkan tangannya. Dengan langkah yang cepat Seina mendekati Arya. "Oh jadi gini kelakuan kamu di belakang aku. Wah ... jadi ini yang katanya sahabat, tapi selingkuh!" "Seina." Arya berusaha memegang tangan Seina, tapi dengan cepat Seina menepis tangan Arya. "Jangan sentuh aku. Ternyata selama ini kamu bohongin aku, tega kamu ya. Kalau kamu memang udah bosan sama hubungan kita, ngomong aja jangan seperti ini." Arya memegang erat tangan Seina mencoba menahannya, sedangkan Laras yang tak lain sahabat Arya sekaligus duri di hubungan mereka pun berjalan mendekati Arya. "Cukup Arya!" Laras menahan tangan Arya lalu menatap Seina dengan tajam. "Aku sedang hamil anak Arya." "Laras ...!" Bagai dihantam batu yang begitu bes

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   32. Pengakuan Cinta

    Hanya tinggal menghitung hari saja, Seina akan resmi berstatus menikah. Biasanya para pengantin sudah mulai mempersiapkan pernikahan mereka, tapi tidak dengan Seina. Ia begitu santai sampai banyak yang menduga jika pernikahan mereka batal meski undangan sudah disebar. “Ayo, pulang. Kau itu harus dipingit, supaya pas nikahan nanti terlihat pangling,” ucap sera terus membujuk Seina untuk pulang ke rumah orang tuanya. Seina tak bergeming, ia menikmati sarapannya dengan tenang. Sera yang melihat Seina bersikap acuh pun menyimpan sendoknya di atas piring lalu memegang dahi Seina. “Kenapa?” tanya Seina melihat sepupunya itu menyamakan suhu tubuhnya. Sera hanya bergumam lalu menyendok makanan ke mulutnya. “Ternyata suhu tubuhmu masih normal, aku pikir kamu sedang memikirkan Darel.” Seina berdecak. “Apa hubungannya!” kesal Seina yang sudah mulai terpancing emosi. Tak bisa di pungkiri sejak pertemuan semalam, wajah Darel terus berputar di pikiran Seina membuatnya ragu untuk menikah. Entah

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   31. Bimbang

    Mengingat apa yang dilakukan Darel semalam cukup membuat Seina takut bertemu dengannya. Bukan karena hal itu saja, ia juga merasa harus menjauh dari Darel karena sebentar lagi akan menikah dengan Arya. "Apa dia sudah berangkat kerja?" gumam Seina selihat dari lubang intip yang menempel di pintunya. Perlahan Nidya membuka pintu apartemennya sembari membawa sampah. Ia pun menutup pintu sepelan mungkin agar Darel tidak mendengar suaranya. Dengan cepat ia melangkah ke lift berharap segera turun ke lantai dasar. Seina bernapas lega karena ia tidak bertemu dengan Darel. Saat lift berhenti di lantai dasar Seina bersiap untuk keluar, tapi saat pintu terbuka ia diam meatung karena tepat di depannya ada pria yang ia hindari sedang berdiri di depannya. 'Darel,' batinnya. Keduanya kompak mengalihkan pandangan mereka lalu melangkah keluar dan masuk ke dalam lift secara bersamaan. Hati Seina berdesir ketika berpasan dengan Darel, ia terus berjalan mencoba mengabaikan Darel dan perasaannya. "

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   30. Gara-gara Mabuk

    Sesaat keduanya saling berpandangan sebelum akhirnya dering ponsel menyadarkan keduanya. Darel menggeser"Halo, Mah. Ada apa?""Kamu yakin mau membatalkan pertunangan kamu dengan Diana?" tanya Mira yang tak lain Ibu Darel. Darel menoleh ke arah Seina yang masih ia genggam tangannya dengan erat. "Mah, diantara kita tidak ada kecocokan. Lagian aku hidup di zaman modern, aku tidak mau mengikuti perjodohan.""Iya tapi, ini semua janji antara Papah dan Ayahnya Diana." Mira masih ngotot agar Darel mau menikahi"Yang membatalkan pertunangan ini dari pihak Diana, bukan aku mah berarti yang memiliki masalah dengan kita itu mereka bukan aku."Darel mematikan panggilannya sepihak, ia menyandarkan punggungnya diatas sofa. Seina menepis tangan darel. Ia tak ingin bertanya, tetapi mulutnya gatal ingin mengeluarkan kata-kata yang sinkron dengan otaknya."Apa pertunangan kamu dengan Diana batal?" tanya Seina dengan hati-hati."Iya, pertunangan kami batal," jawab Darel."Apa kamu tidak mau mempertahan

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   29. Perselingkuhan

    "Tenang semuanya tenang," teriak Arya mencoba menenangkan. Namun bukannya tenang, penyusup tersebut malah melakukan hal-hal yang merugikan mahasiswa. "Den perintahkan semua mahasiswa kita untuk mundur, ada penyusup di antara kita." "Oke," ucap Deni. Tangan Arya masih tertaut dengan tangan Seina. Seina mencoba melepaskan tangannya dari pria itu, tetapi Arya malah merekatkan pegangannya membawa Seina pergi dari sana. "Kamu enggak apa-apa Seina?" Seina terdiam ketika melihat seorang pria yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, tetapi dia tau namanya. "Kamu mengenalku, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Seina. "Apa kamu lupa denganku?" ucap Arya. "Ah, aku pria yang membayar buku yang kamu beli di mini market tak jauh dari SMA Harapan." "Ka-kamu ... Arya." Arya tersenyum bahagia karena Seina ternyata masih ingat dengannya. Pribahasa dunia tak selebar daun kelor, ternyata sangat cocok dengan kehidupan Senia, Darel dan Arya. Sebelumnya mereka pernah dipertemukan dan terlibat

  • Mantan Tampanku Di Pintu Sebelah   28. Mengang Masa Lalu

    Arya mengetuk pintu kamar Seina, ia mencoba untuk merayunya agar dia membukakan pintu untuknya."Sayang, kita harus bicara. Aku jauh-jauh datang ke sini cuma mau nyelesain masalah kita. Please sayang ... aku enggak mau hubungan kita semakin kacau."Seina yang berada di balik pintu hanya diam, ia juga tak mengerti dengan perasaannya yang benar-benar kacau. Di satu sisi dia ingin menikah dengan Arya, di sisi lain ia mulai mencintai Darel. Egois memang, tapi semuanya terjadi begitu saja. Rasa yang dulu telah hilang, kini hadir kembali dengan versi yang berbeda."Sayang ...!"Seina membuka pintu kamarnya, ia berjalan melewati Arya, lalu duduk di sofa. Arya mengikuti langkah Seina, duduk di sampingnya."Kita harus bicara dengan kedua orang tua kita tentang pengunduran acara pernikahan kita. Apa kamu yakin dengan keputusanmu?""Aku sangat yakin, melihat tingkahmu dibelakangku dengan Laras, membuatku hampir membatalkan pernikahan ini. Aku enggak mau terus menerus cemburu, bukan aku yang haru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status