Pagi itu Rayhan mengadakan pertemuan dengan kliennya dari Surabaya. Mereka meeting di kantor Rayhan. Meeting yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam itu, akhirnya berakhir dengan baik. Rayhan berdiri dan bersalaman dengan seorang pria yang jelas sekali umurnya jauh lebih tua darinya. Keduanya tersenyum. "Terima kasih, Pak Rayhan. Saya tidak akan melupakan semua kebaikan Anda hari ini," kata pria itu. Rayhan tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama, Pak Henry." Semua orang bubar. Pak Glen mendapat tugas mengantarkan para tamu ke depan, dan Rayhan harus kembali ke ruangannya. Belum dua detik Rayhan duduk di kursi empuknya, melepas lelah, saat itu dia menyadari ponselnya bergetar dari dalam saku jasnya. "Halo, Papa?" sapa Rayhan. Rupanya Vicko---papa Rayhan yang menelepon dari New York. "Halo, Rayhan. Bagaimana kabar kamu? Maaf, Papa nggak bisa sering-sering telepon kamu. Papa sibuk banget di sini. Begitu Papa dengar dari tante Sofia kalau kamu baik-baik saja, Papa rasa Papa ngga
Lewat tengah hari, Rayhan pulang ke rumah. Dia melihat mobil Naura terparkir di depan rumahnya."Naura ada di sini?" Rayhan masuk ke rumah dan kaget melihat Sofia sedang berbincang dengan Naura dan juga ada Vicko di sana. "Papa?" seru Rayhan kaget.Semuanya menoleh melihat Rayhan. "Rayhan!" Vicko langsung berdiri dan menghampiri anaknya dengan senyuman bahagianya. "Papa kangen sekali sama kamu." Vicko memeluk Rayhan sebentar. Rayhan terlihat masih kaget dengan keberadaan papanya yang mendadak ini. "Papa kapan dateng? Kenapa nggak bilang-bilang sih, kalau mau dateng? Aku kan bisa jemput Papa di bandara?" Vicko menepuk-nepuk bahu Rayhan. "Papa tahu kamu sibuk, makanya Papa sengaja nggak ngasih tahu kamu tentang kepulangan Papa hari ini." "Terus siapa yang jemput Papa di bandara?" "Itu." Vicko menunjuk Naura yang berdiri di sebelah Sofia dengan tersenyum. "Naura?" Rayhan memandang Naura kemudian kembali memandang papanya. "Papa minta dijemput Naura?" Vicko mengangguk. "Ya." "Seb
"Apaan nih?" Bella berdiri saking kagetnya---dengan kedua tangan memegang ponsel---saat melihat berita Daniel dan Ferly keesokan harinya. "Daniel sama Ferly?" "Aku juga kaget, Bel. Ternyata si Ferly masih nggak terima kamu putusin. Dia juga nekat nyamperin Daniel." Melissa berkata. Bella terlihat shock sekali dengan berita mengejutkan ini. Dia pikir Ferly sudah menyerah setelah apa yang dikatakan Rayhan tempo hari, tapi ternyata Bella salah. Ferly masih belum terima dia memutuskan hubungan mereka. Dan sekarang sepertinya bukan hanya Rayhan yang ikut campur dalam urusannya dengan Ferly, Daniel pun akan terlibat. "Kayaknya kamu harus ngomong lagi deh, sama si Ferly, Bel," kata Melissa. "Kalau si Ferly terus-terusan kayak gini, bisa-bisa urusannya bakalan panjang."Bella terdiam---berpikir. Daniel yang ada di tempat lain, juga sedang membaca berita di internet tentang dirinya. Wajahnya masih biru-biru akibat dipukul Fery kemarin. Tapi di wajahnya dia sama sekali tidak memperlihatkan e
Flashback sebelum penandatanganan kontrakRayhan mengadakan rapat di kantornya. Dia membahas mengenai FTV terbaru yang sudah dalam tahap pembuatan serta membahas mengenai proyek film terbaru mereka. "Saya ingin membuat sebuah film layar lebar," kata Rayhan. "Sebuah film yang berbeda." Semua orang mendengarkan dengan seksama. Rayhan membuka map dan menunjukkan beberapa lembar kertas. "Apa Anda semua tahu kenapa film ini saya katakan berbeda?" tanya Rayhan. "Karena saya sendiri yang akan menulis skenario filmnya." Semua yang ada di situ terlihat kaget dan saling beradu pandang. "Pak ..." Pak Wilson mengangkat tangannya, mau protes. Rayhan juga mengangkat tangannya, menahan Pak Wilson. "Simpan dulu pendapat Anda, Pak Wilson."Pak Wilson langsung diam dengan wajah kesal. Rayhan pun melanjutkan. "Selain saya sendiri yang akan menulis skenario filmnya, saya juga yang akan menentukan aktor dan aktris yang akan bermain dalam film ini. Pak Wilson ..." Rayhan memandang Pak Wilson yang kel
Mobil Bella mogok di tengah jalan. Bella kesal sekali karena tidak bisa memperbaikinya, dia tidak pernah bekerja di jurusan mesin-mesin. Karenanya, wanita itu hanya bisa marah-marah dan menendang-nendang ban mobilnya yang tidak bersalah sama sekali. "Dasar mobil sialan. Pake acara mogok segala, lagi? Mana panas banget di sini?" keluh Bella. Melissa keluar dari dalam mobil dan menyerahkan tas pada Bella. "Nih, tas kamu. Mendingan kita naik taksi aja deh, ke lokasi syutingnya. Daripada nunggu petugas bengkel dateng. Kelamaan." "Emang hari ini aku sial banget." Mereka berdua pun mencegat taksi, tapi dari beberapa taksi yang lewat tidak ada satupun yang berhenti karena sudah membawa penumpang. Cuaca semakin lama semakin panas, karena matahari mulai meninggi. Bella tambah ngamuk-ngamuk. "Aduh, mana sih, taksinya? Apa perusahaan taksi udah bangkrut?" "Ya, sabarlah, Bel." Melissa menenangkan sambil celingak-celinguk mencari taksi. "Gimana kalau naik ojol aja, Bel?"Sebelum Bella menjawa
"Kenapa?" Winky masih terlihat tegang. "Kenapa Kak Winky nyuruh aku buat teken kontrak sama perusahaan ini?" Bella marah-marah. Menggebrak surat kontrak di atas meja. "Kan kemarin aku udah jelasin ke kamu. Kalau kontrak ini bakalan menguntungkan buat pihak kita. SG Entertainment itu perusahaan besar, dan nggak bisa sembarang artis bisa menjalin kontrak dengan perusahaan itu. Lagipulan kemarin katanya kamu percaya sama aku, kan?" "Tapi aku nggak mau. Aku nggak mau terikat kontrak sama perusahaan ini! Batalin segera!" Bella marah-marah dan membentak-bentak Winky. Melissa dan Winky jadi bingung dibuatnya, apalagi mereka berada di kafe yang penuh pengunjung. Semua mata tertuju pada mereka. "Emangnya kenapa sih, kamu nggak mau?" tanya Winky masih tetap bingung. "Ini kerjaan bagus buat kamu, Bel. Karir kamu bakalan semakin cemerlang nantinya." "Aku tetep nggak mau! Batalin kontrak ini, aku nggak mau tahu!" "Mana bisa kayak gitu? Kamu udah tanda tangan, jadi kamu juga harus ngejalanin
"Setelah apa yang kamu lakukan ke aku, apa kamu pikir aku bakalan sudi buat dengerin penjelasan dari kamu? Penjelasan macam apa yang bisa mengobati luka di hati aku? Penjelasan macam apa yang bisa melupakan semua kesedihan dan penderitaan aku? Penjelasan macam apa yang mau kamu bilang ke aku?" Rayhan terdiam, dia mengerti perasaan Bella. Dia juga tahu Bella sedang berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis di depannya. "Aku nggak mau denger apa-apa lagi dari kamu. Aku benci sama kamu. Kamu orang paling jahat yang pernah aku kenal dan aku nyesel udah pernah kenal sama kamu. Aku nyesel atas apapun yang dulu pernah aku lakuin sama kamu. Sekarang, apapun yang mau kamu lakuin ke aku, itu nggak bakal bisa ngerubah apapun. Nggak bakal bisa ngerubah rasa benci di hati aku." Bella berkata dengan kebencian yang mendalam walaupun hatinya terasa seperti teriris secara bersamaan. Rayhan tetap bediri diam dengan hati luka. "Pergi jauh-jauh dari hidup aku. Jangan pernah muncul lagi di depan aku.
Selama kurang lebih seminggu gosip-gosip yang beredar mengenai hubungan Rayhan dan Bella mulai surut, Bella kini bisa merasa lebih lega karena tidak lagi diburu para wartawan, biarpun masih ada beberapa yang masih penasaran karena merasa belum mendapat jawaban yang pasti.Selama seminggu itu Bella mengasingkan diri di rumahnya, keluar rumah hanya waktu syuting drama saja, setelah itu dia pulang dan tidak ke mana-mana lagi. Kebetulan juga mulai hari ini Bella sudah habis kontrak dengan perusahaan yang memproduksi dramanya itu, jadi dia bisa santai di rumah tanpa keluar rumah lagi untuk syuting. Lalu, apa benar Bella bisa santai mengingat masalahnya dengan Rayhan masih belum selesai? Rayhan masih bersikeras mempertahankan kontrak yang sudah dipegangnya dan sudah ditandatangani Bella. Rayhan tetap menolak melakukan pembatalan kontrak dengan Bella. Bahkan di suatu kesempatan, pria itu sempat berbicara terang-terangan di depan para wartawan yang menunggunya di depan kantornya. "Saya teta