Share

Bab 3

Penulis: Syakhsun_muhimm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-28 21:48:15

"Ngapain lagi Ina ke tempat Mbah Iwa. Pasti ada yang nggak beres ini." Amin bermonolog setelah melihat Ina yang baru saja keluar mengendap-endap dari rumah Mbah Iwa yang terkenal sebagai orang pintar atau dukun di desa ini.

.

.

"Bismillahirrahmanirrahim." Lantunan lembut terdengar dari arah kamar Galuh di tengah malam yang sunyi, sudah menjadi kebiasaannya bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan salat tahajudnya.

Baru separuh ayat ia baca, tiba-tiba Alif berteriak ketakutan seperti beberapa hari ini yang terjadi padanya.

Galuh gegas mendatangi dengan terbirit-birit, dibacakannya terus menerus ayat kursi di telinga anaknya itu. Angga malam ini tak pulang karena ia jadwal kerja malam. Setiap kali Angga tak ada di rumah, maka Alif akan seperti ini.

"Sayang, istighfar! Istighfar, ingat Allah!"

Kali ini bacaan dan ucapan Galuh tidaklah mempan, Alif masih mengamuk dan berteriak tanpa henti. Galuh pun gegas menuju kamar Ina untuk meminta bantuan, namun tak ada jawaban dari dalam sana.

"Perasaan tadi aku denger ka Ina masih terjaga, tapi kok tiba-tiba nggak ada suaranya?" Galuh bermonolog. Ia berniat untuk menelpon Angga, namun niatnya itu ia urungkan karena suatu alasan. "Kalau aku telpon Mas Angga pasti dia bakalan panik dan ganggu pekerjaannya."

"Paman Amin saja," ucap Galuh ingat. Gegas Galuh mengambil gawaianya dan menelpon Amin.

"Assalamu'alaikum, paman. Bisa ke rumah? Alif, Aif kambuh lagi."

Amin yang menerima kabar itu tentu saja segera mendatangi rumah keponakannya itu. Tanpa menunggu lama, Amin datang.

"Di mana Alif?" tanya Amin pada Galuh yang nampak meringis itu.

"Di dalam kamar, Paman." Galuh menunjukkan arah kamar Alif. Benar saja, Alif masih saja mengamuk dan ingin merayap ke dinding. Galuh Mengikuti Amin di belakang.

"Siapa kau, keluar dari tubuh cucuku!!" Amin mulai berdialog setelah mengucapkan beberapa doa.

"Tidak... Ini adalah milikku, dia makananku." Suara Alif berubah menjadi sangat dewasa dan menggeram.

"Bukan, dia bukan makananmu. Pergi sekarang atau...." Amin pun gegas duduk bersila di lantai, menggerakkan butiran tasbihnya dan mulutnya komat-kamit membaca ayat qur'an dan doa.

"Tidak!! Jangan!! TIDAK...." Teriakan Alif histeris. "PANAS... CUKUP!!!"

Brak... Alif jatuh tersungkur ke lantai tak berdaya, Galuh gegas mendatangi anaknya dan bulir bening telah membubuhi pipinya. "Alif, anak mama."

Paman menyudahi bacaannya, ia bangkit dan mendatangi Galuh dan Alif. "Gluh, bawa Alif ke kasur. Tidak apa, dia hanya tertidur, dia pasti kelelahan. Nanti kalau dia bangun beri minum dengan air ini." Amin menyerahkan sebotol air yang telah ia bacakan do'a.

"Nggih pun, paman. Makasih banyak."

"Di mana Ina?" tanya Amin.

Galuh menggeleng.

"Angga?" tanya Amin lagi.

"Kerja, paman. Jadwalnya kerja malam."

"Galuh, ini pesan paman untuk kalian. Kalau bisa kalian jangan tinggal di rumah ini, cari kontrakan juga bisa sembari menunggu rumah kalian jadi. Bukannya apa, paman hanya tidak ingin sesuatu hal buruk terjadi pada kalian. Kamu sendiri kan tahu bagaimana rumah ini dulunya."

Galuh tersenyum simpul. "Nggih, paman. In syaa Allah secepatnya. Rumah kami juga sebentar lagi jadi, jadi bisa segera ditempati."

"Nggk perlu nunggu rumah jadi, besok kamu harus pindah dari sini. Paman carikan kontrakan buat kalian."

"Paman, ndak usah repot-repot! Besok Galuh ngasih tahu Mas Angga."

"Baiklah, kalau gitu paman pulang ya. Hati-hati, kalau Alif kambuh lagi, kasih air yang tadi paman beri. Telpon paman lagi."

"Nggih pun, paman. Hati-hati di jalan."

Amin pun pergi dari rumah Ina, sesekali ia menilik tiap sudut rumah besar yang penuh dengan perabotan mewah nan kuno itu. Ada pula kamar yang tak pernah terjamah oleh siapapun, kamar yang dilarang untuk dimasuki atau sekedar membuka pintunya kecuali pemilik rumah saja.

"Aku merasa ada hawa aneh bertambah lagi di rumah ini. Sepertinya bukan hanya yang dulu," gumam Amin dalam hati.

Keesokan paginya, Angga datang dari bekerja. Ia nampak lelah dan ngantuk, namun ia tetap ramah dan tersenyum manis pad istrinya.

"Sayang, kamu lagi masak apa?" tanya Angga.

"Masak ayam kecap, Mas," jawab Galuh lesu.

Angga pun merasa heran dengan alur nada ucapan istrinya yang tidak seperti biasa itu. "Sayang, kamu kenapa? Sakit? Kita ke dokter ya!" ucap Angga panik seraya meletakkan punggung tangannya di dahi Galuh.

"Enggk, Mas. Galuh nggak sakit, cuman capek aja. Tadi malam nggak bisa tidur karena jagain Alif." Galuh mematikan kompor karena masakannya sudah matang.

"Jagain Alif, memangnya Alif kenapa?" tanya Angga gegas membantu mengambilkan piring untuk Galuh meletakkan masakannya.

"Makasih, Mas," ucap Galuh meraih piring yang Angga bawakan. "Tadi malam Alif kerasukan lagi, untung ada paman datang."

"Kerasukan lagi?"

Galuh mendesah lelah. "Iya, Mas. Aku juga bingung kenapa setiap kali Mas nggak ada di rumah, Alif pasti kayak gitu. Mas, kita nyari kontrakan aja yuk!" rengek Galuh.

Angga menarik kursi untuk Galuh, dia meminta Galuh untuk duduk dan ia memijat lembut pundak Galuh. "Sayang, kalau kita ngontrak itu akan memperlambat proses rumah kita. Sabar sebentar ya, rumah kita juga paling seminggu lagi selesai. Untuk masalah Alif kerasukan, mungkin dia lupa baca doa. Nanti aku ingetin ya." Kecupan lembut Angga bubuhkan di ubun-ubun Galuh.

Setelahnya Angga melenggang menuju kamar, ia menjenguk anaknya yang masih terlelap di atas kasur itu, biasanya ia tak akan tidur lagi setelah salat subuh namun selama di rumah ini, dia selalu tertidur seperti orang yang sangat kelelahan.

"Anak ayah, bangun. Sudah pagi!" ucap Angga sangat lembut.

Alif perlahan membuka mata dan menggeliat. Setelah matanya menangkap sosok ayahnya ia gegas memeluk Angga erat. "Ayah... Alif takut, Alif takut...," rengeknya.

"Alif, anak solah ayah. Nggak boleh gitu, katanya Alif anak yang kuat, anak yang soleh. Takut itu kan hanya sama Allah, bukan selainnya. Dengerin ayah ya, Nak. Kamu jangan lepas dzikir dan sholawat, sama jangan lupa baca bismillah dan berdoa setiap kali melakukan sesuatu. Kamu ingat kan?"

Alif mengangguk mengiyakan.

"Coba ayah tanya, kemarin ada kelupaan apa? Ayok, diingat!"

Alif pun terdiam seraya mencoba mengingat. "Alif lupa baca doa masuk wc karena kebelet banget," jawab Alif.

"Nah, nggak papa. Nanti, jangan lupa baca doa ya. Sehebat apapun kita membentengi diri kita dengan do'a-do'a dan amalan penjaga diri, kalau masuk wc lupa baca do'a nah di situlah kesempatan setan memasuki kita. Mereka menanti saat-saat lengah kita."

"Pun nggih, yah. Alif akan usahakan biar nggak lupa lagi."

"Bagus... Sudah, sana mandi. Setelah itu ayah juga mau mandi."

Galuh sedari tadi mengintip percakapan anak dan suaminya itu di balik pintu, ia terenyuh. "Mas Angga benar. Aku harus lebih ingetin Alif lagi. Ya Allah, ampuni Hamba yang sempat takut pada selain Engkau."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   TAMAT

    Berbulan-bulan telah berlalu, Galuh merasa sangat tenang tinggal di rumah Ustaz yang menampungnya saat ini. Ia juga ikut salat berjamaah dengan para jamaah perempuan dan berinteraksi dengan orang-orang yang sangat lemah lembut dan beragama yang kuat. Hari ini ustaz beserta rombongan pergi lagi ke kampung tempat Sari berada dan ini bukan kali pertama namun sudah yang kesekian kalinya. Galuh tidak bisa diam sembari menanti kabar. “Tenang, mbak Galuh. In syaa Allah semuanya akan baik-baik saja.” Istri ustaz menenangkan Galuh. “Iya, bu ustazah. Semoga saja semuanya baik-baik saja.” Tidak berapa lama suara gesekan kaki terdengar. “Assalamu’alaikum.” “Waalaikumussalam,” jawab orang yang berada di dalam rumah. “Nah itu pasti mereka,” tebak istri ustaz. Galuh beserta yang lain pun gegas berdiri dan tidak sabar dengan berita yang akan mereka terima. Benar saja, rombongan yang tadi pagi berangkat itu sudah kembali dengan jumlah yang lengkap bahkan jumlah mereka bertambah, sumringa

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Doa Yang Panjang

    “Assalamu'alaikum,” ucap Galuh mengetuk pintu. Tidak berapa lama ada jawaban dari dalam. “Waalaikumussalam.” Pintu pun terbuka, nampaklah sosok perempuan yang mengenakan hijab labuh dan lebar yang sedang tersenyum pada Galuh. “Nyari siapa ya, mbak?” tanyanya. Galuh mengeluarkan kertas yang sudah Sari berikan padanya. “Saya Galuh, mbak. Temennya Sari.” Galuh pun menyerahkan kertas tersebut. “Sari?” ucapnya sembari membaca kertas dari Galuh itu. “Mas, sini mas!” panggilnya. Hingga munculah sosok lelaki dengan wajah teduh dan basah dengan air wudhu. “Kenapa, sayang? Eh, ada tamu. Kenapa ndak disuruh masuk?” “Astagfirullah, kelupaan. Maaf ya, mbak. Silakan masuk!” “nggih, makasih.” Galuh pun masuk ke dalam rumah. “Ini loh, Mas. Sari, ada kabar dari Sari.” “Sari..” Keduanya pun nampak serius membaca kertas tersebut. Setelah itu pun mereka meminta Galuh menceritakan semua yang telah Sari ceritakan padanya sebagaimana sesuai dengan instruksi Sari sebelumnya. “Jadi begitu, ya Allah

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Melarikan Diri

    Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan mereka, hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah gerbang yang bertuliskan “kuburan muslimin” Galuh pun menatap ke arah Sari. “Ada yang mau aku ziarahi, mau ikut ke dalam atau nunggu di sini?” tanya Sari. “Jika dibolehkan aku ikut,” jawab Galuh. “Tentu saja boleh, Galuh. Mari!” Galuh dan Sari pun masuk ke dalam gerbang itu, hamparan tanah luas yang sudah mulai sesak dengan batu nisan dan gundukan tanah memenuhi pandangan mata. Sari menuju satu pekuburan yang berada dekat pohon besar yang diikat dengan kain berwarna kuning paling pojok pekuburan. Ia duduk bertelimpuh kaki dekat kuburan itu yang diikuti oleh Galuh. Sari nampak sedang menabur bunga di atas kuburan serta air doa, Galuh yang tak ingin memgganggu itu pun hanya diam dan mendoakan dalam hatinya. “Galuh, kita sama-sama tahu rasanya kehilangan orang yang sangat kita sayangi. Kamu pastinya mengeetj bagaimana perasaaku,” tutur Sari yang mana rona di wajahnya berubah menjadi sendu.

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Curhat

    Kejanggalan mulai lebih terasa oleh Galuh, terlebih bentuk gangguan dari makhluk sebelah yang membuat Galuh bahkan tidak bisa memejamkan matanya hingga kokokan ayam subuh menggema. Bukan hanya itu, ia juga sering kali mendengar Indah yang berteriak di tengah malam namun tidak ada satupun yang menghiraukan. "Ridwan," panggil Galuh dari balik pintu. Tidak berapa lama Ridwan dengan muka bantalnya membuka pintu. "Ada apa Galuh? Kamu lihat hantu lagi?" tanya Ridwan setelah menguap. "Maaf mengganggu waktu tidurmu, tapi tadi aku denger tante Indah teriak. Takutnya dia kenapa-napa," jelas Galuh. Ridwan membalasnya dengan seutas senyuman. "Ibu memang seperti itu kalau jam segini, Galuh. Maaf kalau teriakkan ibu mengganggu tidurmu, kamu ndak perlu khawatirin ibu, dia ndak kenapa-napa kok." "Tapi, Wan." "Tapi apa, Galuh? Ya sudah, aku bilangin ibu dulu ya jangan teriak-teriak biar kamu bisa tidur." "Ndak, bukan gitu, Wan. Aku cuman takut terjadi apa-apa aja ke tante." Ridwan mena

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Melihat Hantu

    Di tengah malam yang sangat sunyu, suara gonggongan anjing memekak telinga, Galuh yang masih terjaga lantas saja membaca doa. Sudah dua malam ini dia tinggal di rumah Ridwan, sangat sulit baginya untuk memejamkan mata. Ketakutan menghantui Galuh setiap kali ia menuju alam mimpi, mimpi buruk memenuhi alam bawah sadarnya. Pula, terdengar bisikan memanggil nama Galuh tepat di samping telinganya, namun tiada siapapun ia dapati. Galuh menaruh mushaf kecilnya ke atas nakas, perlahan ia membuka pintu agar tidak menimbulkan suara berisik yang dapat membangunkan penghuni rumah. Tenggorokan Galu terasa kering dan botol air yang tersedia di kamarnya sudah tiada berisi. Ia dengan terpaksa keluar kamar mengambil air ke dapur. Setelah mengambil air dan berniat untuk kembali ke kamar, terdengar suara aneh dari dalam kamar Indah. Galuh merasa penasaran, namun ia juga tidak berani bertindak semena-mena di rumah orang. "Galuh, jangan! Ini bukan rumahmu. Cepat pergi ke kamar!" gumam Galuh pada meme

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Penyakit Kiriman

    Tatkala kamar terbuka, sebuah aroma busuk mulai menyeringai masuk ke rongga hidung. Galuh berusaha menahan rasa tidak sukanya, terlebih ia sedang mengandung yang mana tidak bisa mencium bau aneh apapun. Kamar dengan cahaya redup, tidak ada cahaya dari celah jendela atau pun dari celah ventilasi udara, sangat pengap dan berhawa panas. Semakin masuk ke dalam, terdengar suara rintihan kecil yang semakin meninggi. Galuh dengan erat memegangi ujung jilbabnya, ada gelitik rasa takut di dadanya namun ia tetap harus melangkah maju mengekori budhe yang sedang berjalan di depannya. "Galuh, kamu mual?" tanya budhe yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Galuh menelan ludah dengan pelan. "Tidak, budhe." "Jangan bohong, kamu sekarang sedang hamil pasti sangat mual kan? Sebentar lagi ya, kita tidak akan lama di sini. Setelah bertemu dengan Indah, sudah bertahun-tahun ia ingin bertemu denganmu." Akhirnya, mereka sampai pada kain tipis tembus pandang berwarna kuning yang dibuat

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Bau di dalam kamar

    Setelah subuh, Galuh gegas untuk mengambil sapu dan menyapu lantai. Ia sibuk dengan pekerjaan rumahnya. "Galuh, sudah. Biar aku saja, kamu ndak perlu repot- repot gini." Tiba-tiba Ridwan datang dari pintu belakang. "Nggak papa, Wan. Lagian aku capek kalau cuman duduk diam nggak ngelakuin apa-apa. Boleh ya aku bantuin bersih-bersih rumah, masak dan kalau ada yang bisa aku bantu-bantu aku bakal ngerasa lebih nyaman." Galuh memegangi erat batang sapu sembari memohon kepada Ridwan. Ridwan menghela napas panjang, kemudian ia tersenyum dan mengangguk. "Ya sudah kalau itu mau kamu. Anggap aja ini rumah kamu, kamu boleh ngelakuin apa saja yang bisa bikin kamu senang dan nyaman. Tapi ingat, jangan sampai kecapean!" "Siap. Makasih, Wan." Galuh dengan senang hati melakukan segala kegiatan yang telah ia rancang. Saat Galuh asyik membereskan rumah serta mengumpulkan sampah-sampah yang tidak terbuang dari sudut-sudut rumah, tiba-tiba ia terhenti tatkala mendengar suara perempuan yang

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Telah Lama Sakit

    Saat Galuh merebahkan badannya, ia teringat akan isi tas yang sedari tadi ia jaga. Galuh kembali bangkit fan mengambil tas miliknya yang ia taruh di atas nakas, ia pun membawa tas tersebut bersamanya ke atas ranjang, Galuh duduk di bibir ranjang dan perlahan membuka tas miliknya. Galuh mengeluarkan kotak kecil pemberian Salma padanya, menatapnya perlahan dan menaruhnya kembali ke dalam tas. "Aku masih penasaran dengan maksud Salma. Apa yang akan aku ketahui nantinya tentang Ridwan?" gumamnya yang kemudian ia mengambil ponselnya yang juga berada di dalam tas itu. "Astagfirullah sudah jam segini. Aku harus segera melaksanakan sholat." Galuh gegas kembali berdiri dan menaruh kembali tasnya di atas nakas. Galuh pun berjalan menuju dapur karena sudah diberitahu oleh budhe di mana tempatnya. Langkah kaki Galuh nampak pelan agar tidak membuat keributan menapak lantai semen tanpa kramik. Saat ia menyibak kain yang menjuntai di tengah pintu yang menjadi pembatas antara ruangan teng

  • Mantra Cinta Kakak Ipar   Selama Perjalanan

    Mereka berdua sudah sama-sama berada di dalam mobil taksi. "Wan, kamu sudah sampaikan permintaan maafku?" tanya Galuh yang duduk di samping Ridwan, namun dipisah tas besar yang berada di tengah mereka berdua. "Sudah, Galuh. Aku sudah sampaikan permintaanmu pada paman. Kata paman, pasti akan dia sampaikan. Kamu tenang saja," jawab Ridwan. Galuh pun menghembuskan napas pelan, kemudian menyandarkan punggungnya sembari memejamkan mata. Ridwan melirik pelan ke arah Galuh, lalu tersenyum dengan lembut. 'Ridwan sangat baik, aku nggak akan bisa berpikiran yang aneh-aneh padanya. Salma, mungkin prasangkamu telah salah,' gumam Galuh dalam hatinya. "Galuh, kamu yakin ndak mau ziarah ke makam Alif dulu sebelum pergi?" tanya Ridwan. Galuh gegas membuka matanya, kemudian menilik ke arah Ridwan yang berada di sebelah kirinya. Perlahan kepalanya mengangguk. "Aku takut, Wan. Kalau aku ke sana aku bakalan ngerasa sedih lagi dan pingsan lagi. Jadi, aku rasa lebih baik begini. Tapi, doa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status