Kevin menyelesaikan pekerjaan hari itu dan sudah selesai memakan cemilan yang dibawakan oleh Elmira, setelah melihat lampu kamar Elmira padam, dia sedikit khawatir dengan Tora sehingga dia menelponnya."Kevin…"Medi memanggilnya dengan suara dingin, suara itu membuat Kevin menegang, dia memiliki firasat buruk dan segera bertanya."Siapa kamu?""Tora ada di tanganku, jika tidak ingin terjadi sesuatu padanya, datang sekarang juga ke rumahnya! Ingat, jangan melapor polisi atau membawa orang lain, aku beritahu dulu, itu semua tidak ada gunanya, hanya akan membuatku membunuh Tora lebih cepat."Medi berbicara dingin."Aku peringatkan jangan sampai kamu menyentuh Kak Tora!" Kata Kevin dengan cepat."Heh, itu tergantung kamu datang tepat waktu atau tidak!" Medi tahu jika Kevin akan datang."Kevin, jangan datang, dia akan membunuh…" Tora berseru kepadanya, dia tidak ingin menyeret temannya."Sialan!" Medi menampar wajah Tora."Kak Tora, Kak Tora..." Kevin memanggil panik."Aku sudah menga
"Siapa aku, huh, bukan ini yang seharusnya kamu khawatirkan sekarang!"Kevin berbicara dingin, beraninya dia memukul Tora sampai seperti itu, Kevin tidak akan melepaskannya dengan mudah."Cari mati!"Walaupun Medi sadar jika Kevin tidak selemah yang ia kira, tapi dia merasa dia juga tidak buruk, dia yakin bisa mngalahkan Kevin. Medi mengarahkan tinjunya ke arah Kevin lagi! Dia ingin menghancurkan kepala Kevin!"Huh…”Kevin mendengus, sama sekali tidak menganggap Medi, dia juga mengarahkan tinjunya ke Medi dan kedua tinju itu saling bertabrakan."Kretakk." Terdengar suara tulang yang remuk, keduanya mundur, tangan Kevin tidak terluka sama sekali dan tangan Medi, tulang jari tengah sampai jari kelingkingnya sudah patah."Arrggghhh…."Medi berteriak kesakitan, ini sama sekali berbeda dengan apa yang dia pikirkan, pemuda ini sangat kuat, lebih kuat berkali lipat daripada lawan yang pernah ia temui di ring tinju, Medi menatap Kevin dengan takut."Siapa sebenarnya kamu? Bagaimana mungkin b
"Sekarang bawa aku menemui kedua Keturunan generasi kedua yang kaya itu!"Kevin berbicara dingin.Tanpa perlu di tanya, Medi pasti dikirimkan oleh dua orang Keturunan generasi kedua yang kaya yang mereka singgung tadi, jika mereka ingin membunuhnya dan Tora, maka Kevin tidak akan memaafkan mereka dengan mudah."Baik baik…" Medi tidak berani melawan dan buru-buru menjawab."Aku juga tidak tahu mereka ada dimana sekarang, aku perlu menanyakannya terlebih dahulu.""Tanyakanlah, bagaimana mengatakannya, apa yang harus dikatakan, aku rasa tidak perlu aku ajari lagi!" Kata Kevin, dia juga tidak takut Medi bermain trik.Medi mengontrol emosinya agar Damar tidak curiga, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Damar, mendengar nada sibuk dari ponselnya, jantung Medi berdetak semakin kencang.Saat ini Damar dan Fikri berada di villa pribadi Fikri. Di dalam villa kamar tidur besar terdapat tempat tidur double ekstra besar di bagian tengahnya, terdapat meja, kursi ayun, alas panjat, dsb. S
"Oh, apakah sudah selesai?"Damar merasa sedikit terkejut. Dia ingat bahwa dirinya pernah meminta Medi untuk membunuh orang beberapa kali sebelumnya. Setelah Medi selesai menangani mayat itu setiap kalinya, dia baru akan meneleponnya untuk melapornya.Saat ini, Medi baru saja pergi kurang dari dua jam. Dalam waktu yang begitu singkat ini, apakah Medi sudah membunuh dan menangani mayat dari kedua satpam itu?"Mungkin saja kali ini Medi melakukannya dengan lancar bukan?" Pikir Damar di dalam hatinya."Kakak, aku merasa sangat senang sekarang.”Tebakan tentang Medi tadinya sudah benar-benar dilupakan oleh Damar. Damar biasanya sangat tenang, tetapi hanya saja saat ini, dia bisa kehilangan kesadarannya untuk sesaat.Saat ini, Medi mengendarai mobil dan telah perlahan mendekati kompleks rumah tempat Fikri tinggal. Kevin duduk di sebelahnya. Kompleks rumah tempat Fikri tinggal adalah kompleks kecil yang mewah di kota. Karena identitas Fikri, dia lebih dihargai dan diperhatikan oleh komplek
Setelah melihat Kevin si satpam kecil itu, Fikri sepertinya telah melihat hantu. Dia perlahan-lahan mendorong wanita di bawahnya dan berdiri di atas lantai."Medi, beraninya kamu berbohong padaku, bunuh satpam sialan itu segera!" Kata Fikri dengan marah. Ketika melihat Kevin yang sedang menatap dirinya sendiri, seluruh tubuhnya menjadi gemetar. Medi menundukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa. Peluru pun tidak bisa membunuh Kevin. Dia sama sekali bukan lawannya Kevin."Kalian berdua sungguh bersemangat!" Kevin menatap kedua orang yang telanjang itu dan berbicara sambil tersenyum."Apa yang ingin kamu lakukan!" Fikri tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang salah. Dia menatap Kevin dengan waspada dan mundur selangkah demi selangkah."Apa yang ingin kulakukan? Aku dan kakak Tora hanya tidak membiarkan kalian masuk ke dalam perumahan keluarga dan kalian sudah menginginkan nyawa kami. Jika itu adalah kamu, apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" Tanya Kevin. Kalimat ini telah membuat D
Saat ini, Kevin sudah berjalan ke sisi ranjang, sedangkan Damar berdiri di belakangnya. Ketika melihat Kevin yang sama sekali tidak ada persiapan, otot-otot lengan Damar perlahan mengencang dan ada kesan kekejaman di matanya. Dia adalah praktisi Judo yang telah mencapai tahapan dan kelima.Sekarang posisinya dan Kevin memungkinkan dia untuk mencekik leher Kevin dengan sangat mudah. Setelah dia mencekik leher Kevin, dia akan seperti seekor ular piton yang perlahan-lahan mengencangkan tubuhnya sampai Kevin mati.Tepat ketika Damar hendak bertindak, dia melihat Fikri yang segera mengeluarkan pistol dari bawah bantalnya dan membidiknya ke arah Kevin, kemudian menyeringai dan berteriak."Pergilah mati sana."Fikri selalu membawa pistol di sisinya. Tiba-tiba dia teringat bahwa pistolnya diletakkan di bawah bantal, sehingga dia mundur di atas ranjang. Dia memohon pengampunan dari Kevin, demi mengalihkan perhatiannya dan menurunkan kewaspadaannya. Saat ini, dia mengeluarkan pistolnya dan ingi
"Medi, beraninya kamu berulah, cobalah jika kamu berani menembakku! Aku akan membunuhmu!" Seru Fikri dengan panik."Maafkan aku, Tuan muda Fikri!" Medi perlahan mengangkat pistolnya.Dari sikap Kevin yang tenang, dia tahu bahwa jika dirinya tidak mengikuti apa yang dikatakan Kevin, maka dialah yang mungkin akan tertembak."Kamu..." Seluruh tubuh Fikri sedang gemetar. Dia menatap Damar dan berbicara."Kakak, cepat minta dia untuk menghentikannya, cepat, dia akan menembakku...""Medi!" Teriak Damar."Kakak, kamulah yang memperlakukanku dengan baik, cepat minta dia letakkan pistolnya..."Fikri merasa sangat gembira, karena kakak sepupunya telah menyelamatkannya. Diamenatap Medi dan mengutuknya."Cepat letakkan pistolnya, apakah kamu tidak tahu siapakah kakakku? Jika kamu berani tidak mematuhinya, keluarga Damar tidak akan melepaskanmu pergi, letakkan pistol itu sekarang!""Fikri!"Damar menatap Fikri dan mengerutkan kening. Fikri merasa terkejut, sepertinya Damar bukan ingin menghen
"Panggil ambulans segera!" Kata Damar sambil menatap satpam yang terkejut itu. Beberapa satpam itu segera mengangguk dan seseorang dari mereka mengeluarkan ponsel untuk menelepon nomor darurat."...Kakak, aku telah... Melakukan apa yang kamu katakan, kamu harus membantuku untuk membalas dendam dan membunuh satpam itu... Dan Medi, aku ingin mereka seratus kali lebih buruk dariku..." Fikri telah menyesuaikan beberapa kesakitan dari pahanya. Dia mendongak dengan susah payah, lalu menatap Damar dan berbicara demikian."Baiklah, kakak akan mengingat pengorbananmu untukku kali ini."Damar berjalan dan berjongkok di sisi Fikri. Dia mengusap kepala Fikri dengan lembut, lalu perlahan mengalihkan pandangannya ke kejauhan. Matanya memancarkan sedikit kesan kebencian dan berbisik."Aku akan membiarkan satpam itu merasakan hidup yang tidak sebanding dengan mati dan membiarkan dia merasa putus asa, kemudian aku akan membunuhnya secara pribadi!"Damar tidak mengizinkan seseorang yang memiliki kete