Entah kenapa Zico merasa hatinya bergetar, mendengar permintaan Nara dengan tatapan mata yang penuh harap padanya, membuatnya kembali teringat akan ibunya.
“Baiklah, ayo kita menikah,” jawabnya.Nara tersentak, dia langsung mendongakkan kepalanya dan melihat Zico yang menatapnya datar. Nara merasa lega sekaligus juga sedih, dia lega karena itu artinya prinsipnya untuk hanya disentuh oleh suaminya masih terjaga, tapi dia juga merasa sedih karena dia akan menikah dengan pria yang tidak dia cintai dan juga mencintainya, terlebih pria yang akan menjadi suaminya ini adalah seorang iblis yang membantai semua keluarganya.“Terima kasih,” ucap Nara dengan suara lirihnya.Zico lalu berjongkok dan menatap Nara kembali dengan tatapan tajamnya. “Aku akan menikahimu, tapi kau hanya akan menjadi penghangat ranjangku, tidak lebih dari itu,” ucapnya dingin.Nara tidak bereaksi apa pun setelah mendengar ucapan Zico, karena sebenarnya dia juga sudah tahu bahwa tujuan mereka menikah hanyalah untuk keperluan kontak fisik tidak lebih dari itu. Dia benar-benar harus menyiapkan diri dan hatinya, agar dia tidak terpengaruh dengan laki-laki iblis di depannya ini. Apalagi sampai menyukainya, itu hanya akan melukai hati dan juga dirinya. Nara yakin bahwa selama apa pun dirinya hidup dengan Zico, dia tidak akan pernah menyukainya. Terlebih Zico adalah iblis kejam yang menghabisi kedua orang tuanya dan juga adiknya.“Dan asal kau tahu, pernikahan besok adalah bentuk pernikahan yang tidak pernah diidamkan oleh wanita mana pun, kau akan mendapatkan pernikahan terburuk. Tidak ada resepsi ataupun tamu. Hanya kau dan aku. Akan kupastikan kau tidak akan pernah mendapatkan pernikahan yang kau idamkan, karena setelah menikah denganku, kau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk menikah lagi dengan orang lain, karena setelah aku puas memberikan penderitaan padamu. Kau hanya akan berakhir menjadi mayat." Zico menunjukkan seringaian iblisnya lagi setelah mengatakan ucapannya.Glek! Nara menelan salivanya dengan sangat susah payah, tidak bisa dia ungkiri bahwa perkataan Zico begitu kejam dan juga menakutkan, tapi mau bagaimanapun dia sudah tahu akhirnya. Bahwa Zico pasti akan membunuhnya. Walaupun dia masih belum tahu, salah apa sebenarnya keluarganya kepada Zico, sampai dia tega membunuh keluarganya tanpa belas kasih.“Malam ini aku akan melepaskanmu, bersiap-siaplah untuk pernikahan besok. Karena akan kupastikan, bahwa besok kau akan merasakan sakit yang sesungguhnya.” Zico berdiri dan keluar dari kamarnya, meninggalkan Nara yang masih duduk lemas di lantai.“Hiks hiks, papa, mama sebenarnya apa yang terjadi, apa yang papa lakukan. Papa tidak mungkin melakukan hal buruk, Nara sangat percaya kepada papa. Iblis itu hanya mencari alasan untuk menyalurkan kehausannya dalam membunuh dan menyiksa orang. Tapi kenapa harus keluargaku, kenapa ... hiks hiks.” Nara menangis sepanjang malam, dia ingin meluapkan semua rasa sedih dan takutnya. Dia juga ingin menenangkan hatinya yang terasa sangat sakit setelah kejadian hari ini yang membuatnya begitu syok. Dalam semalam hidupnya berubah total, keluarganya yang begitu bahagia dan saling menyayangi kini sudah tidak ada lagi, mereka sudah meninggalkannya sendiri dan kini dia harus menerima bahwa dirinya akan hidup bersama dengan seorang iblis yang entah kapan saja bisa membunuhnya.***Zico berjalan lurus dari kamarnya untuk menuju ruang kerjanya. Dia membuka pintu ruang kerjanya di mana di sana sudah ada Jo yang tengah berdiri menunggunya.“Tuan.” Jo membukukan badannya ketika melihat kedatangan Zico.“Kau sudah membereskannya?” Zico bertanya kepada Jo, sambil mengambil sebuah gelas dan menuangkan alkohol pada gelas itu, dia meneguk sedikit demi sedikit alkohol itu seraya mendengarkan jawaban Jo.“Semuanya sudah selesai Tuan, Anda tidak perlu khawatir.”“Bagus,” ucapnya. Dia lalu berjalan menuju jendela kaca besar di ruangannya dan melihat pemandangan malam yang ada di luar sana. “Pa, Zico sudah membalaskan dendam papa, Zico sudah menghabisi orang yang sudah membuat keluarga kita hancur, Zico bahkan menghabisi seluruh keluarganya. Dan putrinya ....” Zico belum meneruskan kata-katanya, dia kembali merasa sangat marah saat mengingat apa yang terjadi kepada papanya karena ulah Aryo Suharja. Zico memegang kuat-kuat gelas alkohol yang ada di tangannya. “Dan putrinya, putri sulung Aryo Suharja, Zico akan membuatnya seperti hidup di dalam neraka, hingga walaupun Aryo Suharja sudah meninggal, arwahnya tidak akan bisa tenang, karena melihat putri kesayangannya menderita."Crack, gelas minuman yang tadi di pegang Zico itu hancur berkeping-keping saat dia menggenggamnya dengan sangat kuat untuk menyalurkan amarah yang tengah memuncak pada dirinya.Jo hanya diam saja, karena dia sudah tahu sifat tuannya. Jadi dia hanya bisa menyaksikan apa yang tuannya lakukan tanpa berkata atau bertindak apa pun. Dia hanya akan bertindak ketika Zico sudah menyuruhnya, dan berbicara apabila Zico meminta pendapatnya.“Jo, persiapkan pernikahan untukku besok!”“Baik Tuan.”“Kau mengerti kan pernikahan seperti apa yang kuinginkan besok?”“Saya mengerti Tuan.” Jo kembali membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan Zico.Tampak Zico yang kembali terfokus ke luar kaca jendela di depannya. Dia menunjukkan smirknya seraya berkata, “Kau yang memintaku untuk menikahimu, maka tidak ada kata menyesal setelah itu. Kau yang menggali kuburanmu sendiri wanita.”***Pagi harinya.Suara ketukan pintu membangunkan Nara yang masih tertidur lelap, dia mengerjap-ngerjapkan matanya dan terduduk, lalu melihat sekelilingnya. Nara merasa bahwa semalam dia bermimpi sangat buruk, dia melihat banyak pria memakai pakaian serba hitam datang ke rumahnya dan membunuh kedua orang tuanya dan juga adiknya.“Nona, apa Anda sudah bangun?” tanya seseorang dari luar pintu kamarnya.“Nona? Tumben bi Sum panggil aku Nona, biasanya non. Kenapa bi Sum jadi kaya pelayan-pelayan konglomerat yang ada di tv-tv,” gumamnya.“Jika Anda sudah bangun, saya akan masuk Nona,” ucap orang yang berada di luar kamar Nara lagi.Ceklek! Pintu pun terbuka. Pelayan itu kaget saat melihat Nara yang terduduk di lantai dengan wajah cengonya yang menghadap ke arahnya.“Nona, apa yang Anda lakukan di lantai? Apa Anda semalam tidur di lantai?” tanya pelayan itu yang terlihat kaget.“Siapa kau? Apa kau pembantu baru di sini?” tanya balik Nara yang terlihat bingung. “Dan pakaianmu juga, kenapa berbeda. Apa mama sudah membuat pakaian baru?” lanjutnya.Pelayan itu terlihat tidak mengerti maksud perkataan Nara. “Apa maksud Anda, Nona? Saya bukan pelayan baru di sini, saya di sini sudah selama dua tahun,” jawab pelayan itu.“Dua tahun? Tapi kenapa aku baru melihatmu?”“Tentu saja Anda baru melihat saya, bukankah Nona baru datang kemari semalam? Sekarang saya akan membantu Anda bersiap-siap Nona, Tuan sudah menunggu Anda, karena acara pernikahannya akan di langsungkan sebentar lagi.”Nara terkejut dengan ucapan pelayan yang ada di hadapannya ini. “Pernikahan?” gumamnya. Dia kembali mengingat kejadian semalam yang baru saja dia anggap sebagai mimpi buruknya. “Jadi, kejadian itu bukanlah mimpi buruk, keluargaku benar-benar sudah tidak ada lagi. Dan aku, aku akan menikah dengan iblis pembantai keluargaku karena permintaanku sendiri.” Air mata Nara kembali turun saat dia tersadar bahwa kejadian mengerikan yang dia alami semalam adalah kenyataan, bukan mimpi buruk. Dan sekarang dia harus bersiap-siap untuk melangsungkan pernikahan dengan iblis yang sewaktu-waktu bisa membunuhnya.“Ayo Nona, tuan akan marah jika Anda terlambat dan membuatnya menunggu lama.”Pelayan itu membantu Nara berdiri, Nara terlihat tidak bertenaga sama sekali. Dia lemah seakan-akan dia hanyalah seorang mayat hidup.Pelayan itu lalu memapah Nara dan membawanya ke kamar mandi. Dia akan menyiapkan Nara dengan secantik mungkin untuk acara pernikahannya.“Bangun!” titah seseorang pada seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Gadis itu pun terbangun dengan perlahan, dia tersentak setelah mendengar suara seseorang yang dingin dan berat itu sedang membangunkannya. Dia mengucek-ngucek matanya, agar matanya itu mau terbuka dan melihat sosok pria yang saat ini sedang membangunkannya.“Tu-tuan Zico,” kagetnya, setelah matanya itu terbuka dengan sempurna dan melihat sosok yang saat ini tengah membangunkannya.“Cihh, kau bisa tidur dengan lelapnya?” tanya Zico dengan dinginnya.Nara menunduk, sebenarnya ketika memikirkan masalah antara papanya dan keluarga Zico. Dia tidak sadar bahwa dia ketiduran. Tapi, Nara kembali melihat sekelilingnya, bukankah dia semalam ada di sofa? Kok tiba-tiba dirinya terbangun di atas tempat tidur? Apa mungkin Zico yang memindahkannya ke sini? Eyyy tidak mungkin, seorang Zico mau memindahkan gadis yang di bencinya ke tempat yang lebih nyaman? Dia mungkin memang akan melakukannya tapi bukan memindahkan ke
Zico masuk ke ruang kerjanya. Saat ini pikirannya tengah sangat kacau, dia kembali mengingat pembicaraannya dengan dokter yang merawatnya tadi. 1 jam yang laluDokter jiwa bernama Rifky itu membawa Zico ke ruangannya. Seperti yang tadi dia katakan pada Zico, bahwa ada yang ingin dia beritahukan padanya.Rifky mempersilakan Zico untuk duduk di kursi yang sudah ada di ruangannya, sedangkan Jo berdiri dengan setianya di samping Zico. Saat Rifky duduk di kursinya, terlihat raut penyesalan dari wajah dokter Rifky ketika dia hendak menyampaikan apa yang ingin dia katakan.“Ada apa dokter Rifky?” tanya Zico.Dokter Rifky menaruh kedua tangannya di atas meja kerjanya, dia menautkan kedua tangannya itu satu sama lain. Dia takut, apa yang akan dia sampaikan ini bisa membuat Zico marah dan itu akan berbahaya untuknya. Di negara ini, siapa yang tidak tahu Zico Alexander Tan, orang yang berkuasa. Dan siapa pun takluk padanya. Dia memiliki tangan kanan hebat yang setia padanya seperti Jonatha
Namun, tiba-tiba tatapan itu kembali menajam. Terlihat kebengisan yang sangat jelas dari ekspresi itu. Zico mengangkat tangannya dan menjepit pipi Nara dengan sangat kuatnya. “Kau pikir, siapa yang membuatnya menjadi seperti itu, hah?!” tanyanya dengan nada marah. “Papamu, papamu yang melakukannya. Jika dia tidak menghancurkan keluargaku dan membuat papaku bunuh diri, dia tidak akan menjadi seperti ini. Dan dia juga tidak akan membenciku! Dia tidak akan mengusirku, dia tidak akan membuangku. Kau pikir ini ulah siapa? Ayahmu yang membuat ini semua, dan putrinya sekarang ingin menenangkanku? Tidak kah menurutmu ini lucu. Jawab aku? Bukankah ini lucu?!” tanyanya dengan marah.Nara membelalakkan matanya saat melihat Zico yang dipenuhi dengan amarah. Tapi kemarahan ini berbeda, dia memang marah bahkan sangat marah. Tapi mata itu, terlihat sangat jelas dari mata itu bahwa dia juga menahan luka yang sama besarnya dengan kemarahannya. “Aku ... aku hanya ingin menenangkanmu saja,” ujarnya d
Dengan masih merasakan perasaan terkejut, Nara semakin mendekati Haruna yang memang sedang tertidur karena pengaruh obat penenang. Nara kembali memandang intens wajah dari wanita di hadapannya itu. Menurutnya wajahnya tidak banyak berubah, dia masih terlihat sangat cantik sama seperti yang ada di foto itu, yang berubah hanya dari kulitnya saja yang terliat menua. Memangnya siapa yang bisa merubah faktor usia, jika usia bertambah maka kedewasaan juga bertambah termasuk semakin menuanya kulit.Tapi, walaupun begitu Nara mengagumi kecantikan yang dimiliki oleh Haruna, kecantikan alami yang luar biasa. Sekarang Nara mengerti, dari mana Zico memperoleh ketampanannya yang luar biasa itu.Tanpa sadar tangan Nara terangkat, di dalam hatinya dia sangat ingin menyentuh puncak kepala dari Haruna, karena walau bagaimanapun Haruna tetaplah ibu mertuanya. Walaupun dirinya dan Zico menikah karena paksaan. Tapi, ibu mertuanya ini tidak salah. Bahkan tidak tahu apa pun yang terjadi antara dirinya da
Melihat Zico memasuki bangunan itu, Nara juga ingin mengikutinya. Namun, saat dia melihat ke sekelilingnya dia pun menyadari bangunan apa ini. “Ini, ini kan rumah sakit jiwa,” gumamnya, “kenapa? Kenapa Zico ke sini? Siapa yang sedang di rawat di sini?”Merasa sangat penasaran, Nara juga mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit jiwa itu. Dia berusaha sebaik mungkin untuk menjaga jarak dari Zico dan Jo. Karena dia tidak mau sampai Zico maupun Jo menyadari kehadirannya.Nara menghentikan langkahnya, saat melihat Zico dan Jo juga berhenti. Terlihat mereka yang sedang berbicara dengan seorang pria yang memakai jas dokter. Sepertinya pria itu adalah dokter yang mengurus orang yang saat ini ingin Zico temui. Tapi siapa, siapa orang yang ingin Zico temui di sini. Rasa penasaran Nara semakin memuncak, dia sangat ingin tahu siapa orang yang dirawat di sini dan ingin Zico temui. Apakah itu ada hubungannya dengan jawaban dari pertanyaannya?Nara kembali melanjutkan langkahnya, saa
Nara memberhentikan larinya tepat di hadapan Zico. Dia mendongak dan memandang Zico dengan lekat. “Tuan, bolehkah saya pergi keluar?” Izinnya.Zico mengernyit sesaat setelah mendengar permintaan dari Nara. “Tidak boleh!” jawabnya tegas.Nara langsung tersentak, setelah mendengar jawaban pasti dari Zico. “Kenapa?” tanyanya lagi.“Karena kau pasti sedang mencari kesempatan untuk melarikan diri,” jawab Zico.“Tidak, aku sungguh tidak akan melarikan diri. Bukankah aku sudah berjanji padamu. Kalau aku tidak akan pernah melarikan diri lagi.”“Ucapanmu tidak bisa kupercaya,” ujar Zico.Nara merasa sangat kesal dengan pria di hadapannya ini, kenapa dia sangat takut kalau dirinya akan melarikan diri. ‘Apakah dia sangat tidak rela kalau tidak menyiksaku. Atau jika aku melarikan diri dia tidak bisa membunuhku,’ batinnya. “Percayalah padaku, aku hanya ingin keluar sebentar. Aku ingin menikmati udara segar di luar. Aku bersumpah, aku tidak akan melarikan diri.” Dengan sekuat tenaganya Nar