Zico tidak peduli dengan permintaan Nara, dia terus melangkahkan kakinya mendekati Nara dengan seringaian iblis yang terus terukir di bibir tipisnya itu.
“Ja-jangan mendekat kumohon." Nara semakin mempererat kedua tangannya dalam melindungi tubuhnya, mata dan pipinya sudah dibanjiri oleh air matanya yang terus mengalir karena rasa takutnya."Hah.” Dia tersentak saat Zico memegang tangannya dan menariknya dengan kasar. Dalam sekejap dirinya sudah berada tepat di pelukan pria itu. "Lepas, lepaskan aku! Kumohon,” pintanya lagi sambil memukul-mukul dada bidang Zico. “Apa yang ingin kau lakukan?”Kini, seringaian Zico menghilang dan tergantikan dengan ekspresi bengisnya, seakan-akan dia sudah bersiap untuk memangsa sesuatu di depannya ini. “Kau putri yang baik dan berbakti, kan? Maka tunjukkan kebaktianmu itu kepada papamu,” ucapnya dingin.Srararakkkkk, Zico menarik kemeja yang dipakai Nara, hingga semua kancing kemeja itu terlepas dan terurai ke ranjang.Nara syok dengan sikap Zico yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Dengan cepat dia menutupi tubuh bagian depannya dengan kedua tangannya. “Apa yang kau lakukan?!” tanyanya dengan berteriak.“Aku sedang mencoba memberitahumu, bagaimana kau memberikan kebaktianmu pada papamu setelah dia meninggal,” jawab Zico dengan santainya.“Ti-tidakkk kumohon jangan, ahh.”Zico menyentuh tubuh Nara dan menggerayanginya. Satu tangannya memegang Nara yang terus berontak dengan sangat kuat, sedangkan satu tangannya yang lain terus menggerayangi tubuh wanita itu. “Hmm ternyata besar juga,” ucap Zico dengan smirk di bibirnya.“Hiks hiks, kumohon lepaskan aku hiks,” tangis Nara.Zico kembali tidak memedulikan apa yang Nara minta, bahkan tangisan Nara pun sepertinya tidak dipedulikan sama sekali olehnya, Zico justru merasa sangat senang ketika mendengar suara tangisan Nara yang terdengar sangat menderita dan ketakutan. Malam ini, dia akan memastikan bahwa dia akan mengambil hal paling berharga dari wanita ini, dengan begitu wanita ini tidak akan memiliki apa pun lagi, selain penderitaan.Nara semakin berusaha untuk lepas dari pelukan Zico, walau bagaimanapun dia tidak mau di sentuh oleh laki-laki yang bukan suaminya. Dalam prinsipnya, hanya suaminya yang boleh mengambil mahkotanya. “Ahh lepas, lepaskan aku!” berontaknya.Zico terus menggerayangi tubuh Nara, sampai tangannya tepat berada di bibir Nara. Nara langsung melakukan aksinya dengan menggigit sekeras mungkin tangan Zico agar dia kesakitan dan lengah.Namun, rupanya hal itu sia-sia, karena Zico tidak terpengaruh sedikit pun. Padahal Nara sudah menggigit tangannya dengan sangat kuat. ‘Apa? Laki-laki ini tidak bergerak sedikit pun? Apa dia sungguh bukan manusia. Apa dia benar-benar seorang iblis?’ pikirnya.“Gigitanmu tidak cukup kuat tikus kecil, karena kau hanyalah seekor tikus kecil,” bisik Zico.Buggg! Nara memukul dada Zico dengan sekuat tenaganya. Dia juga langsung mendorong Zico menjauh darinya saat Zico tadi sedang berbisik padanya. Dan ternyata Nara berhasil, Zico terhempas ke sisi ranjang karena dorongannya. Dia pun dengan cepat langsung beranjak dari tempat tidur itu dan berlari menuju pintu.Nara mencoba membuka pintu kamar Zico, namun ternyata pintu itu sudah terkunci. “Bagaimana mungkin, jelas-jelas aku yakin. Iblis itu tadi belum mengunci pintunya, tapi kenapa pintunya tiba-tiba terkunci,” gumamnya.“Rupanya kau benar-benar gigih ya,” ujar Zico yang kini tengah duduk tenang di atas ranjang sambil melipat kedua tangannya di dadanya.Nara tidak memedulikan ucapan Zico, dia terus saja berusaha sekuat mungkin untuk membuka pintu itu.“Hah, pukulanmu kuat juga. Dadaku rasanya sedikit sakit.” Zico kembali berkata, sekarang dia sudah beranjak dari tempat tidurnya dan sedang berjalan mendekati Nara.Menyadari itu, Nara mulai panik. Dia semakin berusaha untuk secepat mungkin membuka pintunya.“Kau juga menghitung dengan tepat, kau tahu bahwa saat itu aku sedang lengah. Dan kau memukulku tepat di dadaku. Hmm sepertinya kau wanita yang cerdas dan punya harga diri yang tinggi,” tukasnya, “tapi tidak lama lagi, harga diri itu akan hancur!” Lanjutnya dengan suara yang sangat dingin, Zico mengatakan itu ketika dia sudah berada tepat di belakang Nara.Gerakan tangan Nara langsung terhenti, saat dia merasakan kehadiran Zico yang sudah berada di belakangnya.Zico mendekatkan wajahnya pada telinga Nara dan berbisik padanya, “Akan kupastikan, harga dirimu itu akan hancur malam ini.”Pupil mata Nara bergetar saat mendengar bisikan Zico di telinganya. “Ahhh,” ringisnya saat Zico membalikkan tubuhnya dengan kasar ke hadapannya. Zico lalu menempelkan kedua tangannya pada pintu kamar dan mengunci tubuh Nara.“Berani sekali kau memukulku. Kau tahu, tidak ada tangan yang selamat setelah menyentuhku. Kedua tanganmu itu sudah berani menyentuhku, bahkan memukulku. Apa kau pikir kedua tanganmu masih akan melekat di tubuhmu?” Zico menyeringai dengan begitu menakutkannya.Nara beringsut, tubuhnya bergetar ketakutan ketika mendengar kata-kata menakutkan yang dilontarkan oleh Zico.“Menyerahlah wanita, lagi pula apa kau yakin akan keluar dengan keadaan seperti ini?” Zico menunjuk penampilan Nara saat ini. Tubuhnya memang sudah setengah polos, karena ulah Zico yang merobek-robek pakaiannya tadi.Nara tersadar dengan ucapan Zico, dia pun kembali menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.“Aku sudah bilang padamu kan, aku akan menunjukkan seperti apa itu rasa sakit yang sebenarnya. Dan aku akan menunjukkannya saat ini juga.” Zico menjepit pipi Nara dengan keras dan mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Nara, dia akan memulai aksinya untuk merebut sesuatu yang berharga dari Nara.“Menikahlah denganku,” ucap Nara tiba-tiba yang berhasil menghentikan gerakan Zico untuk melakukan aksinya.“Apa kau bilang? Menikah? Denganmu? Hahahahahha, apa kau pikir aku gila?” jawab Zico dengan ejekannya pada Nara.“Iya, kau memang gila! Kau iblis yang sangat gila, jika kau tidak gila kau tidak akan membunuh semua keluargaku, dan kau tidak akan memperlakukan aku seperti ini! Bukankah semua ini adalah perbuatan yang gila, dan orang yang melakukan ini semua hanyalah orang yang gila!!” teriak Nara.Mata Zico memerah, urat-urat di lehernya bahkan terlihat. Hal itu menunjukkan bahwa saat ini dia tengah merasa sangat marah, dia merasa tidak senang dengan ucapan yang dilontarkan oleh Nara padanya.“Beraninya kau mengatakan hal seperti itu padaku!” marahnya, Zico kembali menjepit pipi Nara dengan begitu kerasnya, bahkan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Sampai-sampai Nara mengeluarkan air matanya.“Ahhh sakit hiks hiks,” ringisnya.“Kau meminta menikah denganku, kau pikir aku akan menyetujuinya. Kau menyebutku gila, kan? Akan kutunjukkan seperti apa kegilaanku!” Zico menarik tangan Nara dengan kasar dan akan melemparnya kembali ke atas tempat tidur, namun sebelum itu terjadi, Nara menghentikan gerakan Zico dengan cara berlutut di hadapannya. Namun tangannya dan Zico masih saling terpaut.Zico menghentikan langkahnya dan berbalik melihat kepada Nara yang sekarang sedang berlutut di depannya.“Aku mohon, jangan lakukan ini padaku,” pinta Nara dengan suara lirihnya.“Kau pikir dengan mengemis seperti ini padaku, akan membuatku melepaskanmu. Bahkan jika itu di dalam mimpi pun kau tidak akan pernah kulepaskan. Bangun!” Zico memaksa Nara untuk bangun, bahkan dia akan menggendong Nara jika dia masih tidak bangun dan mengikuti perintahnya.Nara menggenggam tangan Zico dengan sangat erat. Hal itu membuat Zico tersentak saat merasakan hangatnya tangan Nara yang menggenggam tangannya, mengingatkannya pada genggaman seseorang yang juga sama hangatnya yaitu, ibunya.“Aku mohon, jika kau ingin menyentuhku, tolong nikahi aku. Setidaknya aku melakukannya dengan suamiku, bukan dengan orang asing. Walaupun suamiku nantinya akan terasa asing,” pintanya dengan penuh harap. Nara terpaksa melakukan ini, karena Zico pasti akan tetap menodainya. Dan sesuai prinsipnya, dia tidak mau disentuh oleh laki-laki yang bukan suaminya.Zico masih bergeming, dia menatap lurus pada mata Nara. Mata yang penuh harap bahwa dirinya akan mengabulkan keinginannya.Entah kenapa Zico merasa hatinya bergetar, mendengar permintaan Nara dengan tatapan mata yang penuh harap padanya, membuatnya kembali teringat akan ibunya.“Baiklah, ayo kita menikah,” jawabnya.Nara tersentak, dia langsung mendongakkan kepalanya dan melihat Zico yang menatapnya datar. Nara merasa lega sekaligus juga sedih, dia lega karena itu artinya prinsipnya untuk hanya disentuh oleh suaminya masih terjaga, tapi dia juga merasa sedih karena dia akan menikah dengan pria yang tidak dia cintai dan juga mencintainya, terlebih pria yang akan menjadi suaminya ini adalah seorang iblis yang membantai semua keluarganya.“Terima kasih,” ucap Nara dengan suara lirihnya.Zico lalu berjongkok dan menatap Nara kembali dengan tatapan tajamnya. “Aku akan menikahimu, tapi kau hanya akan menjadi penghangat ranjangku, tidak lebih dari itu,” ucapnya dingin.Nara tidak bereaksi apa pun setelah mendengar ucapan Zico, karena sebenarnya dia juga sudah tahu bahwa tujuan mereka menikah hanyalah untuk
Perempuan mana yang tidak mengidam-idamkan pernikahan sesuai dengan angan-angannya. Semua perempuan di seluruh penjuru dunia pasti selalu memiliki bentuk pernikahan yang sudah mereka idamkan sejak lama, termasuk juga Nara. Dia sudah mengidam-idamkan sebuah pernikahan dengan konsep yang sudah dia susun, seperti mengundang semua teman-temannya. Kehadiran orang tua dan keluarga besarnya. Dia bahkan sangat ingin mengundang selebriti kesukaannya. Tapi sebenarnya yang terpenting bukanlah itu semua, pernikahan yang paling Nara idamkan adalah pernikahan dengan seseorang yang dia cintai dan juga mencintainya.Tapi apa yang terjadi sekarang, tidak ada apa pun di pernikahannya, jangankan kehadiran sahabat maupun keluarga besarnya. Nara bahkan menikah setelah satu hari keluarganya meninggal, dia bahkan masih belum tahu apakah orang tuanya dan juga adiknya di makamkan dengan layak. Terlebih dia menikahi sosok iblis yang sudah membantai keluarganya.Saat ini Nara tengah terduduk di sofa ruang tam
Zico lalu melangkahkan kakinya dengan cepat menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Dia harus memastikan keadaan Nara saat ini. Nara tidak boleh mati dengan mudah seperti keinginannya. Dia harus merasakan penderitaan yang sama sepertinya sewaktu dia masih berumur 19 tahun.“Buka!” ucap Zico tiba-tiba dengan suara tingginya seraya menggedor-gedor pintu kamarnya.Nara yang memang masih duduk bersimpuh di depan pintu itu merasa terkejut dengan suara gedoran pintu yang disertai suara Zico yang tiba-tiba. “Iblis itu, dia datang,” gumamnya.“Tikus kecil, aku bilang buka! Atau aku akan mendobrak pintu ini!”Nara sontak berdiri saat mendengar suara Zico yang semakin meninggi. Dia perlahan berjalan mundur, dia harus mencari cara untuk menghentikan Zico membuka paksa pintu kamarnya, saat ini Nara masih belum siap untuk meladeni Zico. Terlebih jika Zico menginginkan haknya.“Ti-tidak, a-aku tidak mau membuka pintunya,” gumamnya lagi yang terdengar oleh Zico.“Sepertinya kau menganggap s
Sinar matahari kini sudah naik cukup tinggi. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 08.12 pagi. Nara terbangun dari tidurnya, dia merasa seluruh tubuhnya remuk, terutama di bagian bawah perutnya. Saking sakitnya dia bahkan tidak bisa bergerak sedikit. pun.Nara mencoba untuk bangun dan duduk di atas tempat tidur, dia menutupi tubuh polosnya dengan selimut berwarna putih. Saat Nara menarik selimut itu untuk menutupi tubuhnya, dia melihat noda darah yang begitu banyak menodai warna seprei yang awalnya seputih salju.Air mata Nara kembali menetes ketika melihat noda darah itu. Dirinya sudah ternodai oleh seorang suami yang hanya menganggapnya sebagai boneka ranjangnya tidak lebih dari itu.“Nona, Anda sudah bangun?” tanya pelayan Sari yang memang menjadi penanggung jawab Nara di rumah Zico.Nara tidak menjawab pertanyaan pelayan Sari, dia hanya menundukkan wajahnya dengan lelah dan lesu.“Tuan sudah pergi ke kantor sejak pagi tadi Nona.” Sari memberitahukan hal yang tidak Nara tanyaka
Zico kembali ke ruangannya dengan penuh emosi, dia menutup pintu ruangannya dengan sangat keras, beruntung Jo yang berada di belakangnya bisa menghindar saat pintu itu hampir saja menghantam wajahnya.“Jo, siapa yang berwenang memasukkan para karyawan baru?” tanya Zico.“Pak Hartawan Tuan,” jawab Jo.“Urus dia!”“Baik Tuan.” Jo langsung membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan Zico, dia menyuruh salah satu staf sekretarisnya untuk memanggil pak Hartawan ke ruangannya.Beberapa menit kemudian, pria yang berumur kira-kira 37 tahun itu datang ke ruangan Jo dengan perasaan gugup.Tok tok. “Sekretsris Jo, ini saya Hartawan.”“Masuk!” sahutnya.Hartawan pun masuk dengan perasaan takut, dia berpikir apakah dia telah melakukan kesalahan besar sampai-sampai sekretaris Jo memanggilnya.“Anda memanggil saya?” tanya Hartawan yang sekarang sudah berada di depan meja kerja Jo.“Apa kau sudah tahu, kenapa kau dipanggil kemari?” tanya balik Jo.Hartawan terlihat sangat bingung, kenap
Pelayan Sari memapah Nara sampai ke ruang makan, terdapat 4 pelayan yang berdiri di samping meja makan, tugas mereka adalah melayani tuan dan nona mereka saat sedang berada di meja makan.Saat Nara telah sampai di ruang makan, ke empat pelayan itu langsung membungkukkan badan mereka kepada Nara seraya mengucapkan selamat siang kepadanya dengan serentak.Salah satu dari mereka menarik kursi makan untuk Nara duduki. Dengan bantuan dari pelayan Sari, Nara pun duduk di sana. “Terima kasih,” ucapnya kepada ke empat pelayan itu dan juga pelayan Sari.“Nona, keadaan Anda sangat lemah. Saya menyuruh koki untuk memasakan Anda sup daging sapi agar kondisi Anda kembali pulih.” Pelayan Sari menyuruh pelayan yang bertugas menyiapkan makanan agar segera memberikan makanannya kepada Nara.Pelayan itu pun membungkuk dan menaruh sup dan juga nasi pada piring dan mangkuk Nara. “Silakan Nona,” ujarnya.Nara mendongak dan melihat kepada Sari dengan tersenyum. “Terima kasih, aku akan memakannya," uc
Nara kembali ke kamarnya dengan perasaan tidak tenang, dia bahkan menutup kamarnya dengan tangannya yang sudah gemetaran.“Tidak, aku tidak mau tinggal di sini lagi. Ini bukan rumah tapi sarang bagi para psychopath, aku tidak mau! Bagaimana pun caranya aku harus keluar dari sini,” ucapnya.Nara berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, dia harus mencari cara yang tepat agar bisa melarikan diri dari iblis itu, dia tidak bisa tinggal lagi di rumah ini walau sedetik pun.“Awww,” ringisnya saat kembali merasakan sakit di bagian bawah perutnya. “Sakit sekali.” Nara pun akhirnya memilih untuk duduk, karena jika dipaksakan terus bergerak, rasa sakitnya pasti akan semakin terasa.“Bagaimana caranya aku kabur dari sini? Aku harus melakukannya dengan hati-hati, jangan sampai mengundang rasa curiga dari semua pelayan yang ada di sini. Terutama kepala pelayan itu, sepertinya dia adalah tangan kanan kedua setelah orang bernama Jo itu.”Setelah lama berpikir, Nara pun akhirnya mendapatkan ide
Glek! Nara menelan salivanya dengan gugup. Ketika tangannya terangkat untuk mengetuk pintu di depannya. “Jangan takut Nara, jika kau ingin keluar dari sini. Kau harus memberanikan dirimu,” ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.“Masuklah Nona!” ujar pak San yang berada di dalam ruangan.Nara tersentak saat mendengar ucapan pak San yang menyuruhnya untuk masuk. “Bagaimana dia bisa tahu kalau aku ingin masuk ke ruangannya? Padahal pintunya tertutup dan aku tidak berbicara sama sekali, apa dia itu paranormal?” bingungnya.Dengan perasaan gugup dan takut, Nara pun memegang gagang pintu ruangan pak San.Ceklek! Suara pintu terbuka pun terdengar. Nara masih terus menerus menelan salivanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.Pak San rupanya sudah melihat ke arah Nara yang baru saja masuk ke dalam ruangannya “Saya sudah menduganya, bahwa Nona pasti akan menemui saya,” ucapnya dengan tersenyum.Pak San lalu berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati Nara yang masih terdiam di depan pintu.