Share

Bab 3. Suatu Permohonan

Zico tidak peduli dengan permintaan Nara, dia terus melangkahkan kakinya mendekati Nara dengan seringaian iblis yang terus terukir di bibir tipisnya itu.

“Ja-jangan mendekat kumohon." Nara semakin mempererat kedua tangannya dalam melindungi tubuhnya, mata dan pipinya sudah dibanjiri oleh air matanya yang terus mengalir karena rasa takutnya.

"Hah.” Dia tersentak saat Zico memegang tangannya dan menariknya dengan kasar. Dalam sekejap dirinya sudah berada tepat di pelukan pria itu. "Lepas, lepaskan aku! Kumohon,” pintanya lagi sambil memukul-mukul dada bidang Zico. “Apa yang ingin kau lakukan?”

Kini, seringaian Zico menghilang dan tergantikan dengan ekspresi bengisnya, seakan-akan dia sudah bersiap untuk memangsa sesuatu di depannya ini. “Kau putri yang baik dan berbakti, kan? Maka tunjukkan kebaktianmu itu kepada papamu,” ucapnya dingin.

Srararakkkkk, Zico menarik kemeja yang dipakai Nara, hingga semua kancing kemeja itu terlepas dan terurai ke ranjang.

Nara syok dengan sikap Zico yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Dengan cepat dia menutupi tubuh bagian depannya dengan kedua tangannya. “Apa yang kau lakukan?!” tanyanya dengan berteriak.

“Aku sedang mencoba memberitahumu, bagaimana kau memberikan kebaktianmu pada papamu setelah dia meninggal,” jawab Zico dengan santainya.

“Ti-tidakkk kumohon jangan, ahh.”

Zico menyentuh tubuh Nara dan menggerayanginya. Satu tangannya memegang Nara yang terus berontak dengan sangat kuat, sedangkan satu tangannya yang lain terus menggerayangi tubuh wanita itu. “Hmm ternyata besar juga,” ucap Zico dengan smirk di bibirnya.

“Hiks hiks, kumohon lepaskan aku hiks,” tangis Nara.

Zico kembali tidak memedulikan apa yang Nara minta, bahkan tangisan Nara pun sepertinya tidak dipedulikan sama sekali olehnya, Zico justru merasa sangat senang ketika mendengar suara tangisan Nara yang terdengar sangat menderita dan ketakutan. Malam ini, dia akan memastikan bahwa dia akan mengambil hal paling berharga dari wanita ini, dengan begitu wanita ini tidak akan memiliki apa pun lagi, selain penderitaan.

Nara semakin berusaha untuk lepas dari pelukan Zico, walau bagaimanapun dia tidak mau di sentuh oleh laki-laki yang bukan suaminya. Dalam prinsipnya, hanya suaminya yang boleh mengambil mahkotanya. “Ahh lepas, lepaskan aku!” berontaknya.

Zico terus menggerayangi tubuh Nara, sampai tangannya tepat berada di bibir Nara. Nara langsung melakukan aksinya dengan menggigit sekeras mungkin tangan Zico agar dia kesakitan dan lengah.

Namun, rupanya hal itu sia-sia, karena Zico tidak terpengaruh sedikit pun. Padahal Nara sudah menggigit tangannya dengan sangat kuat. ‘Apa? Laki-laki ini tidak bergerak sedikit pun? Apa dia sungguh bukan manusia. Apa dia benar-benar seorang iblis?’ pikirnya.

“Gigitanmu tidak cukup kuat tikus kecil, karena kau hanyalah seekor tikus kecil,” bisik Zico.

Buggg! Nara memukul dada Zico dengan sekuat tenaganya. Dia juga langsung mendorong Zico menjauh darinya saat Zico tadi sedang berbisik padanya. Dan ternyata Nara berhasil, Zico terhempas ke sisi ranjang karena dorongannya. Dia pun dengan cepat langsung beranjak dari tempat tidur itu dan berlari menuju pintu.

Nara mencoba membuka pintu kamar Zico, namun ternyata pintu itu sudah terkunci. “Bagaimana mungkin, jelas-jelas aku yakin. Iblis itu tadi belum mengunci pintunya, tapi kenapa pintunya tiba-tiba terkunci,” gumamnya.

“Rupanya kau benar-benar gigih ya,” ujar Zico yang kini tengah duduk tenang di atas ranjang sambil melipat kedua tangannya di dadanya.

Nara tidak memedulikan ucapan Zico, dia terus saja berusaha sekuat mungkin untuk membuka pintu itu.

“Hah, pukulanmu kuat juga. Dadaku rasanya sedikit sakit.” Zico kembali berkata, sekarang dia sudah beranjak dari tempat tidurnya dan sedang berjalan mendekati Nara.

Menyadari itu, Nara mulai panik. Dia semakin berusaha untuk secepat mungkin membuka pintunya.

“Kau juga menghitung dengan tepat, kau tahu bahwa saat itu aku sedang lengah. Dan kau memukulku tepat di dadaku. Hmm sepertinya kau wanita yang cerdas dan punya harga diri yang tinggi,” tukasnya, “tapi tidak lama lagi, harga diri itu akan hancur!” Lanjutnya dengan suara yang sangat dingin, Zico mengatakan itu ketika dia sudah berada tepat di belakang Nara.

Gerakan tangan Nara langsung terhenti, saat dia merasakan kehadiran Zico yang sudah berada di belakangnya.

Zico mendekatkan wajahnya pada telinga Nara dan berbisik padanya, “Akan kupastikan, harga dirimu itu akan hancur malam ini.”

Pupil mata Nara bergetar saat mendengar bisikan Zico di telinganya. “Ahhh,” ringisnya saat Zico membalikkan tubuhnya dengan kasar ke hadapannya. Zico lalu menempelkan kedua tangannya pada pintu kamar dan mengunci tubuh Nara.

“Berani sekali kau memukulku. Kau tahu, tidak ada tangan yang selamat setelah menyentuhku. Kedua tanganmu itu sudah berani menyentuhku, bahkan memukulku. Apa kau pikir kedua tanganmu masih akan melekat di tubuhmu?” Zico menyeringai dengan begitu menakutkannya.

Nara beringsut, tubuhnya bergetar ketakutan ketika mendengar kata-kata menakutkan yang dilontarkan oleh Zico.

“Menyerahlah wanita, lagi pula apa kau yakin akan keluar dengan keadaan seperti ini?” Zico menunjuk penampilan Nara saat ini. Tubuhnya memang sudah setengah polos, karena ulah Zico yang merobek-robek pakaiannya tadi.

Nara tersadar dengan ucapan Zico, dia pun kembali menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

“Aku sudah bilang padamu kan, aku akan menunjukkan seperti apa itu rasa sakit yang sebenarnya. Dan aku akan menunjukkannya saat ini juga.” Zico menjepit pipi Nara dengan keras dan mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Nara, dia akan memulai aksinya untuk merebut sesuatu yang berharga dari Nara.

“Menikahlah denganku,” ucap Nara tiba-tiba yang berhasil menghentikan gerakan Zico untuk melakukan aksinya.

“Apa kau bilang? Menikah? Denganmu? Hahahahahha, apa kau pikir aku gila?” jawab Zico dengan ejekannya pada Nara.

“Iya, kau memang gila! Kau iblis yang sangat gila, jika kau tidak gila kau tidak akan membunuh semua keluargaku, dan kau tidak akan memperlakukan aku seperti ini! Bukankah semua ini adalah perbuatan yang gila, dan orang yang melakukan ini semua hanyalah orang yang gila!!” teriak Nara.

Mata Zico memerah, urat-urat di lehernya bahkan terlihat. Hal itu menunjukkan bahwa saat ini dia tengah merasa sangat marah, dia merasa tidak senang dengan ucapan yang dilontarkan oleh Nara padanya.

“Beraninya kau mengatakan hal seperti itu padaku!” marahnya, Zico kembali menjepit pipi Nara dengan begitu kerasnya, bahkan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Sampai-sampai Nara mengeluarkan air matanya.

“Ahhh sakit hiks hiks,” ringisnya.

“Kau meminta menikah denganku, kau pikir aku akan menyetujuinya. Kau menyebutku gila, kan? Akan kutunjukkan seperti apa kegilaanku!” Zico menarik tangan Nara dengan kasar dan akan melemparnya kembali ke atas tempat tidur, namun sebelum itu terjadi, Nara menghentikan gerakan Zico dengan cara berlutut di hadapannya. Namun tangannya dan Zico masih saling terpaut.

Zico menghentikan langkahnya dan berbalik melihat kepada Nara yang sekarang sedang berlutut di depannya.

“Aku mohon, jangan lakukan ini padaku,” pinta Nara dengan suara lirihnya.

“Kau pikir dengan mengemis seperti ini padaku, akan membuatku melepaskanmu. Bahkan jika itu di dalam mimpi pun kau tidak akan pernah kulepaskan. Bangun!” Zico memaksa Nara untuk bangun, bahkan dia akan menggendong Nara jika dia masih tidak bangun dan mengikuti perintahnya.

Nara menggenggam tangan Zico dengan sangat erat. Hal itu membuat Zico tersentak saat merasakan hangatnya tangan Nara yang menggenggam tangannya, mengingatkannya pada genggaman seseorang yang juga sama hangatnya yaitu, ibunya.

“Aku mohon, jika kau ingin menyentuhku, tolong nikahi aku. Setidaknya aku melakukannya dengan suamiku, bukan dengan orang asing. Walaupun suamiku nantinya akan terasa asing,” pintanya dengan penuh harap. Nara terpaksa melakukan ini, karena Zico pasti akan tetap menodainya. Dan sesuai prinsipnya, dia tidak mau disentuh oleh laki-laki yang bukan suaminya.

Zico masih bergeming, dia menatap lurus pada mata Nara. Mata yang penuh harap bahwa dirinya akan mengabulkan keinginannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status