On her wedding day, Hannah Sears is forced to hand over her wedding dress to her stepsister, Aspen, who is carrying the child of Hannah's lover, Jeffrey. Betrayed and heartbroken, Hannah must watch her beloved marry her stepsister. The pain deepens when she is forced to marry someone previously intended for Aspen, all to pay off her family's debts. Enter Alden Harrison, the son of a near-bankrupt billionaire. Known for his rough and cold demeanor, Alden is confined to a wheelchair after a tragic accident. Marrying Alden becomes an endless nightmare for Hannah. But Alden makes Hannah an offer: "Follow my lead and I will take revenge on all those who have wronged you." Will Hannah and Alden's union be a beneficial alliance? Can Hannah seek her revenge and find closure in this unexpected marriage?
view more“Ada yang ingin bertemu denganmu, Riana!”
Wanita yang dipanggil Riana itu segera menoleh saat mendengar namanya dipanggil, dan ia mendapati Zoe di sana—partner kerjanya. Riana yang tengah bersiap-siap kini menjawab ucapan dari temannya itu. “Siapa?” tanyanya dengan kening berkerut. Dia tahu, mereka berdua adalah primadona yang paling banyak dicari dan di sukai karena skilnya di club malam terkenal ini. Oleh karena itu, tidak heran lagi jika Riana tahu ada yang mencarinya padahal dia baru saja akan kembali memulai bekerja. Wanita bernama Zoe itu hanya mengedipkan matanya. “Kau pasti tahulah, Riana. Siapa lagi yang repot-repot mencarimu meski tahu sudah ada banyak wanita cantik dan seksi yang berjejer siap melayaninya.” Tanpa dijelaskan lebih inci lagi, Riana langsung tahu siapa ‘tamu' yang dimaksud oleh Zoe tersebut. Dengan perasaan bahagia dan aura yang berbinar Riana langsung mengulas senyum lebar. “Aku akan segera menemuinya, Zoe!” balas Riana dengan sumringah. Sudah berapa hari ‘tamu' kesayangannya itu memang absen untuk berkunjung ke sini dan tentu saja Riana merindukannya. Pria berduit itu tergolong sangat royal, terlebih lagi kepada Riana yang kata banyak orang wanita kesayangan dari pria tersebut. Meskipun begitu, sampai sekarang Riana belum juga berhasil menarik pria itu naik ke atas ranjangnya. Entah ada alasan apa yang membuat pria itu sangat anti dengan dirinya maupun wanita lainnya, dia hanya akan datang untuk minum-minum tanpa kegiatan lainnya. Walaupun begitu, Riana tetap bahagia melayani pria itu. Di samping wajahnya yang sangat tampan, dia juga adalah pria royal yang tidak tanggung-tanggung mengeluarkan uang untuk Riana yang hanya wanita malam di club malam tersebut. Dan dengan perasaan bangga dia akan menemui pria itu dan kembali melayaninya, meskipun bukan layanan di atas ranjang seperti pria-pria hidung belang lainnya. “Di di ruangan mana?” tanya Riana kembali kepada Zoe. “VIP 1. Cepatlah, jangan sampai dia kembali mengamuk karena menunggumu terlalu lama!” perintah Zoe dengan tegas. Tanpa membuang waktu lebih lama, Riana segera bergegas dari sana. “Doakan aku agar berhasil menariknya ke ranjang malam ini, Zoe!” ucap Riana diselingi dengan senyum lebar. Zoe hanya mendengkus. “Jangan terlalu percaya diri! Dia tidak mempan dengan godaan wanita-wanita seperti kita.” “Jangan salah, Zoe. Bisa saja malam ini adalah malam keberuntunganku.” Setelah mengatakan kalimat itu, tanpa menunggu tanggapan dari Zoe, Riana segera bergegas dari sana untuk menemui pria yang katanya sudah menunggunya itu sebelum mengamuk karena kelamaan menunggu. Ah, semoga saja malam ini adalah malam keberuntungannya! **** Saat membuka pintu megah VIP itu, Riana langsung di sambut dengan tatapan tajam dari pria yang duduk di tengah-tengah sofa dengan satu tangan yang memegang gelas berisi cairan kekuningan. Di sekitarnya berjejer pria berseragam hitam, bodyguard yang siap sedia di samping tuannya. Riana terkadang masih bergidik ketakutan mendapati banyaknya pria-pria sangar di sana. Seakan siap melahapnya habis-habisan kalau sedikit saja ada yang lecet pada tubuh bosnya tersebut. Benar-benar mengerikan! Mengabaikan pikiran-pikiran anehnya, Riana langsung mengulas senyum ke arah pria itu. “Hallo, Tuan Skylar—“ Riana sudah bersiap akan bergelayut di lengan pria itu dan menciumnya habis-habisan, namun salah satu pria berseragam hitam itu menghalangi niatannya. Sialan! Hingga kemudian suara baritone itu terdengar di ruangan yang sunyi itu. “Duduk di sana, Riana!” perintahnya untuk segera duduk tidak jauh dari sampingnya. Hmm ... typical bossy sekali. Entah apa yang membuat para wanita seakan bertekuk lutut pada pria itu. Padahal bisa dibilang dia sangat cuek dan sangat menakutkan. Bahkan Riana yakin belum ada yang berhasil menyentuh pria itu dengan baik, paling jauh skinship yang pernah Riana lakukan hanyalah menyentuh wajahnya. Hanya itu, tidak lebih! “Ariana, kau mengenal Starla, bukan?” suara baritone itu kembali terdengar memecah kesunyian. Mendengar nama lengkap diucap dengan baik oleh pria itu membuatnya terkejut. Pasalnya tidak ada yang mengetahui namanya di tempat ini, apalagi para kliennya. Terlebih lagi pria itu juga tahu siapa Starla itu. Oh Tuhan! Apa dia tengah diselidiki? “Apa yang ingin Anda ketahui dari perempuan itu, Tuan?” tanya Riana dengan sedikit rasa penasaran. Starla adalah temannya di perusahaan tempatnya bekerja di siang hari. Pekerjaan normalnya yang hanya beberapa orang yang tahu. Tetapi apa yang membuat pria di hadapannya ini mempertanyakan perempuan itu? “Bawa perempuan besok, Riana!” perintah Skylar tanpa berbasa-basi. Riana mengerutkan keningnya. “Dan untuk apa aku membawa wanita polos itu ke sini?” “Lakukan saja perintahku, Riana! Dan jika kau berhasil aku akan memberikan apa pun yang kau minta!” Kedua mata Riana langsung membelalak sempurna. “Apa pun?” Riana tidak lagi memperdulikan alasan apa yang membuat seorang Skylar sampai ingin bertemu dengan Starla si wanita polos itu. Dia hanya tertarik dengan janji yang akan diberikan oleh pria itu. “Iya, apa pun yang kau inginkan, Riana!” Riana langsung berdiri dan berpindah ke samping pria itu. Para bodyguard dengan sigap bersiap menghalangi, tetapi dengan satu anggukan dari sang bos para bodyguard itu kembali mundur dengan teratur. “Jika kau berhasil mempertemukanku esok hari di sini, maka apa pun yang kau inginkan akan aku berikan, Riana!” Skylar kembali melanjutkan kalimatnya, dan dia tahu bagaimana serakahnya seorang Riana. Dengan segepok uang, dia sudah pasti akan membawa mangsa yang dimintanya tersebut. “Tetapi untuk kali ini aku tidak meminta uang, Tuan. Tetapi ada sesuatu yang sangat aku inginkan darimu, Tuan Skylar,” ucap Riana dengan nada menggoda, sembari mengedipkan satu matanya ke arah Skylar. Skylar terkejut, pasalnya ia tidak menyangka seorang Riana tidak lagi butuh uang darinya. Lalu apa yang dibutuhkan kali ini? “Jadi, apa yang kau inginkan dariku, huh?” tanya Skylar dengan nada penuh penekanan. “Easy, boy!” Tangan-tangan lentik Riana yang bercat kuku berwarna merah kini bergerilya di dada bidang Skylar dengan menggoda. “Tidur denganku, bagaimana?” Skylar terdiam, tidak menyangka bahwa hal itulah yang sekarang Riana minta darinya. Sungguh, Skylar sangat menjaga tubuhnya dari wanita-wanita sejenis Riana ini. Dia hanya menyerahkan tubuhnya pada wanita-wanita anggung yang memang diinginkannya. Akan tetapi, Skylar tahu jika tidak menyetujui permintaan wanita itu maka dia tidak akan ada kesempatan untuk menemui Starla dan itu tidak boleh terjadi. “Baiklah, bawa wanita itu dan aku akan tidur denganmu malam ini!” Kedua bola mata Riana membelalak sempurna, dia tidak menyangka akan semudah ini untuk menarik seorang Skylar ke atas ranjangnya. Astaga! Sepertinya hari ini ini adalah hari keberuntungan untuk seorang Riana. “Oke, deal! Aku akan memastikan Starla ada di sini esok hari dan aku akan tidur dengan Anda,” ucap Riana dengan penuh kebanggaan. Skylar menyodorkan satu tangannya untuk menjabat tangan Riana. “Deal!” Riana tersenyum lebar, tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan jackpot tiada terkira malam ini. Ah, dia tidak sabar melihat performa seorang Skylar di atas ranjang. Riana benar-benar sudah tidak sabar akan hal itu.Over the next few days, Hannah avoided Gloria whenever she showed up at the clinic. She did it skillfully. Almost every day before lunch, Gloria would arrive and linger, waiting like a watchdog for Ashton to finish with his patients.Hannah felt slightly sorry for Ashton, but she knew keeping quiet and avoiding further involvement with Gloria was better.On Sunday, Hannah spent the day resting in her room and watching television. She had prepared everything she needed for her interview the next day.A knock on her door startled her, and a maid called politely from outside.“Miss Hannah.”Hannah was surprised because the maids did not usually knock unless it was time for dinner. She quickly got out of bed and opened the door.“Miss Hannah, you have a guest,” the maid said.“A guest?” Hannah frowned. “Are you sure it’s for me? Not Elizabeth?”The maid chuckled. “I’
Hannah felt terrible seeing Gloria at the clinic early in the morning, just as it opened. As Hannah stepped out of the pantry on her way to her office, Gloria stood in the hallway, staring at her with a sneer.Hannah considered ignoring Gloria, but that would surely lead to trouble. Reluctantly, she offered a polite smile.“Good morning, Miss Gloria,” Hannah greeted warmly.“Where’s Ashton?” Gloria asked.She didn’t even bother to return the greeting, instead crossing her arms and eyeing Hannah from head to toe.Hannah shook her head. “I don’t know. Dr. Ashton hasn’t arrived yet. Some of his patients may already be here, though.”“I’m not asking about his patients. I’m asking about Ashton,” Gloria snapped.“Dr. Ashton’s schedule is usually handled by the front office,” Hannah replied. “My job is purely administrative.”
Hannah was at a loss for words. In her mind, she wanted to lash out at Ashton. It seemed that Ashton hadn’t called Gloria to explain everything. But even if Hannah tried to defend herself, Gloria was already on the offensive.“Hold on a sec—I have nothing to do with Ashton!” Hannah exclaimed firmly.“Every woman says the same thing!” Gloria snapped, glaring at Hannah with an accusing finger. “You have no idea who you’re dealing with!”“Are you threatening me?”Wendy grabbed Hannah’s arm as Lora stepped between them, trying to mediate. The commotion began to attract the attention of passersby.“Please, Miss Gloria, this is all just a misunderstanding,” Lora pleaded. “Nothing is going on between Hannah and Dr. Ashton. Besides, Hannah is a new employee.”“Don’t defend her, or you’ll get the same punishment! You’re conspiring t
Hannah felt full and sleepy as she returned to the clinic with Ashton. Her mood had improved slightly, though she was still uneasy, haunted by the staff's warnings. The truth was, Hannah was somewhat traumatized; she'd been through something similar before—accused of trying to steal Don.All Hannah wanted was to stay out of the drama, live in peace, and deliver her baby safely.Unconsciously, she rubbed her stomach. A pang of sadness washed over her. What would Alden do if he found out she was carrying his child?"Hey, are you okay, Hannah?" Ashton's voice interrupted her thoughts.Hannah looked at him briefly and nodded. "I'm fine.""You look sad.""I was just thinking about something, but it's nothing important," she deflected.Ashton accepted her answer and didn't press further. Instead, he cleared his throat quietly and breathed in the fresh air as they walked down a tree-lined path."By the way, there's a gala dinner
That morning, the clinic pantry buzzed with chatter among the staff as Hannah arrived. The senior staff member, Lora, immediately pulled Hannah aside. Seeing Lora’s slightly worried expression, Hannah was confused.Hannah tilted her head. “What’s going on, Lora? Is something wrong?”“A very important guest is visiting the clinic today,” Lora replied.“A special guest?” Hannah raised an eyebrow. “Who?”“Someone related to Dr. Ashton’s mother. A wealthy family called the Camiltons.”Hannah blinked, unsure how to respond. She didn’t recognize the name at all.“They’re offering to fund the clinic,” Lora explained.“That’s a good thing, isn’t it?” Hannah asked, her face showing slight confusion.Lora snorted, obviously unimpressed. Then Wendy, the youngest employee who’d only been there six months, shoo
When they arrived at the restaurant, Hannah quickly pulled her hand away and tried acting as casually as possible, although she was uncomfortable with Ashton's demeanor.They sat across from each other, where Ashton promptly suggested some of the restaurant's best dishes. Hannah just followed Ashton's recommendations."So, what did you want to talk to me about?" Ashton asked."The financial report, Doc." Hannah cleared her throat quietly. "After reviewing it, I found that the clinic's expenses are higher than its income. Even though we have a lot of patients, the cost of treatments and the medicine we provide..."Ashton rested his chin on one hand, staring intently at Hannah with a smile. Of course, that made Hannah feel self-conscious."Go on," Ashton said, his smile widening."I mean, the cost of treatment is relatively low."Ashton just nodded, seeming to agree with her words, although his expression didn't quite convey seriousness
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Mga Comments