Share

Acara Kampus

Author: Selia p
last update Huling Na-update: 2024-12-22 14:28:12

Kampus akhirnya mengadakan acara tahunan yang selalu dinantikan: Kampus Night, sebuah event yang biasanya diisi dengan pertunjukan seni, lomba antar jurusan, dan tentu saja, diskusi-diskusi garing tentang cinta di antara mahasiswa. Rani yang udah cukup stres dengan segala perasaan canggungnya sama Pak Ardi, nggak bisa elak buat ikut. Cinta yang udah ngincer acara ini dari jauh-jauh hari, tentu aja udah siap dengan rencana besar.

"Rani, lo harus ikut! Ini kesempatan lo buat ngumpul bareng Pak Ardi tanpa harus kelihatan canggung!" kata Cinta dengan semangat tinggi, sambil memegang brosur acara yang penuh gambar bintang tamu dan lomba.

Rani yang udah mulai mikir kalau dia bakal lebih parah kalau ikut, cuma bisa ngelirik temen-temennya. "Cin, gue nggak tahu deh. Gue nggak siap, takut malah makin awkward."

"Tapi lo nggak bisa ngumpet terus, Rani. Gimana kalau ada momen romantis di acara itu? Lo harus ambil kesempatan!" Cinta senyum licik, udah mulai ngeh sama situasi antara Rani dan Pak Ardi yang makin intens.

Akhirnya, setelah diskusi panjang lebar dan sedikit terpaksa, Rani pun memutuskan untuk ikut. Acara dimulai dengan meriah. Di luar ruangan aula, para mahasiswa udah mulai ramai dengan atribut lucu-lucu dan kostum yang kocak, sementara di dalam, pertunjukan musik dan seni sudah dimulai. Rani yang belum juga bisa relax, cuma bisa duduk di pojok dekat meja registrasi, berharap nggak ketemu siapa-siapa.

Tapi nggak lama setelah itu, sosok yang sudah sangat Rani hindari pun muncul. Pak Ardi, dengan kemeja putih yang rapi dan celana jeans yang pas banget di badan, langsung mendekati meja tempat Rani duduk.

“Rani, lo duduk sendirian? C’mon, lo harus nikmatin acara ini,” katanya sambil senyum santai.

Rani yang udah mulai panas dingin langsung cemberut. “Pak Ardi, gue... gue cuma nggak tahu mau ngapain,” jawabnya, berusaha menunjukkan ekspresi paling santai yang bisa dia buat.

"Lo bisa ikut nonton penampilan seni, atau sekadar ngobrol sama temen-temen. Jangan di pojokan aja terus. Kalau lo nggak mau ngikutin acara seni, gue bisa nemenin lo," Pak Ardi bilang dengan nada santai, bikin Rani bingung.

Cinta yang lagi berada di meja makanan sambil ngemil popcorn, ngeliat kejadian itu dan langsung menimpali, "Pak Ardi, lo ngapain ngajak Rani ke acara ini? Dia kan gak pernah suka keramaian, loh!"

Rani langsung melotot ke Cinta, “Cin! Jangan ngomong sembarangan!”

Pak Ardi cuma ketawa, “Tenang aja, Cinta. Gue cuma ngajak Rani ngobrol sebentar, supaya dia nggak merasa kesepian di acara ini.”

Rani yang udah bingung setengah mati, cuma bisa nyengir kaku. “I-ya, Pak. Gue cuma nggak biasa aja, sih.”

Tiba-tiba, Dika yang nggak pernah jauh dari gosip langsung dateng sambil nyengir. “Wah, Pak Ardi nih, bener-bener perhatian banget sama Rani. Gue pikir kalian udah punya acara spesial berdua,” katanya sambil ngedipin mata.

Rani hampir tersedak popcorn yang dia pegang. "Dika, lo bener-bener nggak ngerti, deh!"

Pak Ardi cuma senyum, “Yaudah, kalau gitu, gue antar lo keliling acara. Cinta, lo ikut juga, yuk!”

Mereka bertiga pun mulai keliling acara, dan suasana mulai lebih cair, meskipun Rani masih merasa canggung. Beberapa temannya yang ngeliat mulai nyolek-nyolek temen lain, nyebarin gosip kalau Pak Ardi dan Rani itu berhubungan. Ini makin bikin Rani merasa gak nyaman.

Tapi, anehnya, meskipun Rani nggak sepenuhnya nyaman, ada perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya. Setiap kali Pak Ardi ngajak ngobrol atau ngasih perhatian kecil, dia nggak bisa ngehindar dari rasa “geer” yang mulai muncul.

Cinta yang liat Rani bingung, nyolek sambil bisik, “Lo liat nggak, tuh? Pak Ardi kelilingin acara sama lo. Ini bener-bener kesempatan lo buat ngerasain chemistry!”

"Cin, gue gak ngerti deh sama lo," jawab Rani, nggak bisa menahan senyumnya.

Akhirnya, mereka duduk di salah satu kursi di luar aula sambil nonton pertunjukan seni. Pak Ardi yang liat Rani mulai agak relax, langsung buka pembicaraan, “Rani, seneng kan bisa nonton seni juga? Biasanya lo di kelas aja, kan?”

Rani cuma angguk, “I-iyalah, Pak. Ini... agak beda sih, tapi... asik juga.”

Pak Ardi senyum penuh arti. “Gue seneng kalo lo suka. Tapi jangan takut ngerasain hal-hal baru. Lo punya potensi besar, Rani.”

Rani yang denger itu, mulai merasa speechless. “Apa sih, Pak, lo jangan gitu deh. Jadi makin malu.”

Pak Ardi cuma senyum, “Gue serius, Rani. Lo nggak perlu ngerasa canggung. Semakin lo ngerasa canggung, semakin lo bakal ketinggalan banyak hal.”

Rani cuma bisa bengong, dan setelah itu, suasana jadi sedikit hening. Tiba-tiba, Rina yang lagi lewat, ngeliatin mereka berdua dengan tatapan penasaran.

“Eh, lo berdua tuh ada apa-apaan, ya? Jangan-jangan...” Rina nggak selesai ngomong karena langsung diganggu oleh temen-temennya yang mulai bisik-bisik lagi.

Rani cuma bisa geleng-geleng kepala. “Aduh, gue nggak paham lagi. Ini makin aneh aja!”

Acara kampus yang penuh dengan kehebohan itu, jadi ajang buat Rani dan Pak Ardi lebih deket, tanpa mereka sadari. Tapi tentu saja, Rani yang biasanya canggung, nggak bisa ngelawan perasaan yang semakin aneh dan ribet. Dia cuma berharap, semuanya bakal beres tanpa harus jadi bahan gosip terus-terusan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mas Dosen, I Love You   Kehilangan dan Kesendirian

    Malam itu, Rani duduk di meja belajarnya, menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Pak Ardi. Tapi dia tidak merasa ingin membalasnya. Rasanya, hati Rani sedang dipenuhi kebingungan dan kecemasan yang begitu besar, hingga membuatnya tak mampu mengumpulkan kekuatan untuk sekadar mengetik beberapa kata.Di layar ponselnya, pesan Pak Ardi itu tersisa tidak terbaca:"Rani, gimana skripsinya? Kalau ada yang mau dibahas, langsung hubungi saya aja, ya. Jangan sungkan."Tapi Rani tidak membalas. Tidak ada energi untuk itu. Sebab, ada satu masalah besar yang membuat semua perhatiannya teralihkan dari skripsi ke kosan.Pagi tadi, dia baru saja menerima pesan dari pemilik kosan yang memberi tahu kalau dia belum melunasi pembayaran sewa bulan ini. Uang yang harus dia bayar untuk bulan ini lebih dari yang dia perkirakan. Kosan kecilnya di pinggir kota itu memang murah, tapi sekarang setelah beberapa bulan ini uang yang dia punya benar-benar menipis.

  • Mas Dosen, I Love You   Tenang

    Seminggu berlalu sejak bimbingan terakhir di rumah Pak Ardi. Hidup Rani terasa jauh lebih teratur dari biasanya. Revisi skripsinya berjalan lancar, tugas-tugas kuliah lain sudah selesai, dan dia bahkan berhasil tidur cukup tanpa begadang nonton drama Korea. Untuk pertama kalinya, Rani merasa seperti mahasiswi ideal yang punya hidup terencana.Setiap pagi, dia bangun tepat waktu, berangkat ke kampus tanpa terlambat, dan menyempatkan sarapan di kantin bersama Cinta dan Dika.“Hidup lo kenapa rapi banget belakangan ini? Lagi ikut retret, nih?” goda Cinta sambil menyuap nasi goreng.“Lagi tenang aja, Cin,” jawab Rani sambil tersenyum santai. “Nggak ada tugas numpuk, nggak ada drama… rasanya kayak hidup baru.”“Tumben nggak ada yang ngeluh soal skripsi,” komentar Dika sambil memutar gelas tehnya.Rani mengangguk mantap. “Soalnya progress-nya lancar, Di. Pak Ardi bantu banget, ternyata dia nggak se-ngeselin yang gue pikir sebelumnya.”

  • Mas Dosen, I Love You   Semakin Dekat

    Keesokan harinya, Rani kembali ke kampus dengan perasaan campur aduk. Pengalaman bimbingan di rumah Pak Ardi kemarin masih membekas di pikirannya. Tapi dia berusaha keras untuk fokus. Skripsinya masih jauh dari selesai, dan dia nggak mau bikin masalah lagi dengan dosen pembimbingnya itu.Saat jam makan siang, dia berjalan menuju ruang dosen dengan naskah revisi di tangannya. Namun, begitu tiba di depan pintu, dia malah berhenti dan menarik napas panjang.“Udah sampai sini, masa balik lagi? Jangan bego, Ran,” gumamnya pada diri sendiri.Setelah mengetuk pintu, suara tegas Pak Ardi terdengar. “Masuk.”Rani membuka pintu dengan hati-hati. Pak Ardi sedang duduk di meja kerjanya, mengenakan kemeja biru muda yang digulung sampai siku. Matanya langsung tertuju ke arah Rani.“Rani, duduk. Ada yang mau didiskusikan?” tanyanya dengan nada santai.Rani mengangguk pelan dan menyerahkan dokumen revisinya. “Ini, Pak, revisi yang Bapak minta ke

  • Mas Dosen, I Love You   Bimbingan Skripsi Rasa Keluarga

    Hari itu, suasana kampus terasa lebih ramai dari biasanya. Tapi buat Rani, dunia sedang terasa seperti film slow-motion. Ada rasa campur aduk yang sulit dijelaskan. Bukan karena skripsinya, tapi karena dia baru saja mendapat pesan dari Pak Ardi:> "Rani, hari ini kita lanjutkan bimbingan di rumah saya. Anak saya sedang kurang enak badan, jadi saya nggak bisa tinggal lama di kampus."Mata Rani langsung membelalak saat membaca pesan itu. Bimbingan… di rumah Pak Ardi?! Ini pertama kalinya dia diminta datang ke rumah dosennya. Meskipun konteksnya profesional, tapi tetap saja, rasanya bikin deg-degan.Cinta, yang duduk di sebelahnya, langsung heboh saat Rani menceritakan rencana itu.“Lo serius? Bimbingan di rumah Pak Ardi? Ran, ini kesempatan emas buat lo. Jangan lupa observasi detail rumahnya. Gue pengen tahu semuanya. Warna sofa, jenis lampu, bahkan koleksi majalahnya!”“Cii, gue bimbingan, bukan jadi agen rahasia!” balas Rani sambil mengusap wa

  • Mas Dosen, I Love You   Misi Balas Budi Yang Berantakan

    Setelah kejadian di ruangan Pak Ardi, Rani merasa dia harus melakukan sesuatu untuk menebus rasa bersalahnya. Dia nggak mau terlihat seperti mahasiswi ceroboh yang cuma bisa bikin masalah. Maka, dia memutuskan untuk mengambil langkah besar: bantuin Pak Ardi mengurus dokumen-dokumen di ruangannya.Rani sengaja datang lebih awal ke kampus keesokan harinya. Dia membawa sekantong kecil kue yang dia beli di perjalanan—niatnya buat mencairkan suasana. Saat sampai di ruangan Pak Ardi, dia mengetuk pintu dengan hati-hati.“Masuk,” terdengar suara tegas dari dalam.Rani membuka pintu pelan. Pak Ardi tampak sibuk dengan tumpukan berkas di meja. Saat melihat Rani, dia sedikit mengangkat alis. “Ada apa, Rani?”“E-eh, ini, Pak. Saya cuma mau bantu beresin dokumen. Dan ini, saya bawa kue buat Bapak…” Rani meletakkan kantong kue di meja dengan sedikit gugup.Pak Ardi menatap kantong itu sebentar sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Terima kasih, Rani. Tapi kamu nggak perlu repot-repot.”“Nggak apa-apa

  • Mas Dosen, I Love You   Hilang

    Keesokan harinya, gosip di kampus belum mereda. Bahkan, ada tambahan bumbu baru: “Pak Ardi dan Rani terlihat mesra di perpustakaan.” Itu semua berkat ulah Rina, yang entah bagaimana selalu tahu segala kejadian di kampus dan menyebarkannya lebih cepat dari media sosial.Di kelas pagi itu, Rani datang dengan wajah kusut. Dia langsung duduk di pojokan, mencoba nggak menarik perhatian. Tapi tentu aja, keberadaan Cinta dan Dika bikin rencana itu gagal total.“Ran, gue nggak ngerti kenapa lo nggak sekalian aja bikin vlog hubungan lo sama Pak Ardi. Pasti views-nya tembus satu juta!” celetuk Dika sambil nyengir lebar.Rani menatapnya tajam. “Dik, kalau lo ngomong kayak gitu lagi, gue sumpahin lo nggak lulus semester ini!”Cinta, yang duduk di sebelahnya, ikut nimbrung. “Tapi serius, Ran. Gue kemarin denger dari anak jurusan lain, mereka bener-bener percaya kalau lo dan Pak Ardi punya hubungan spesial. Gue sih nggak nyalahin mereka. Chemistry kalian tuh—”“CI!” potong Rani dengan suara setenga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status