Sean tidak bisa tidur, entah ini efek dari kopi yang ia teguk sedikit karena sisanya tumpah atau ia tidak bisa tidur karena memikirkan Heera.
Sean memenjamkan matanya, mencoba untuk melompat ke alam mimpi. Tapi tidak bisa, ucapan Heera yang terus berbisik di telinganya.
"Maaf, pak..."
Tubuh seketika Sean menegak, wajahnya tertekuk kesal mengingat jawaban ambigu Heera yang mengusik pikirannya. Apa maksud Heera hanya menjawab pertanyaannya dengan perkataan maaf? jadinya maksudnya gadis itu enggan membuka hati untuknya atau bagaimana?
Sean tidak mengerti dan butuh jawaban yang lebih akurat dan jelas!
Sean menggaruk kepalanya kesal, kenapa sesulit ini untuk mengambil hati Heera dan persetan dengan cowok seperti Arta yang membuat Heera tutup mata terhadapnya!
Secepat kilat Sean meraih ponselnya yang berada di samping bantal, ia m
Jadi ini hari terakhirnya menjadi babysitter Keenan, ya? Heera memandang Keenan dengan dalam dan penuh ketulusan. Melewati berbagai macam hari dan kejadian bersama Keenan, menjaga dan merawat anak itu dengan keikhlasan. Dan yang selalu tidak pernah Heera lupakan, dalam do'a nya selalu terselip permintaan ingin memiliki anak seperti Keenan kelak. Anak yang pintar, penurut, baik hati dan tampan. Tak tanggung-tanggung, Tuhan langsung mengabulkan permintaan Heera dengan memberikan Keenan langsung beserta ayahnya. Heera tersenyum malu, ini tidak mimpi 'kan? sebentar lagi ia akan jadi ibu sambung untuk Keenan. Skenario Tuhan sangat luar biasa! ekspetasi yang Heera sendiri tidak berani untuk membayangkannya malah menjadi kenyataan. "Tante, kenapa senyum-senyum sendiri?" Keenan yang sedang sibuk menggambar teralihkan atensinya karena menyadari keanehan Heera. Ia memergoki Heera yang melamun namun bibirnya melukiskan senyum. Heera menaikan kedua alisnya, menat
"Mas sudah bilang ke mamah, dan mamah tidak keberatan kalau mas titipin Keenan." Tanpa diskusi, Sean memutuskan ingin menitipkan Keenan ke Lucia dan Adi selama tiga hari kedepan karena besok ia akan ikut Heera ke kampung halaman gadis itu. Tapi, Heera belum sepenuhnya setuju. Agak tidak rela bila harus berpisah secepat ini dengan Keenan, ia menerima Sean yang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang karena Heera pikir Keenan juga ikut dengan mereka, tapi ternyata tidak. "Memangnya Keenan mau di tinggal? kenapa nggak ikut saja sama kita, pak?!" protes Heera. Sean menghembuskan napas pendek, tangannya bergerak menggenggam punggung tangan Heera, mencoba membuat Heera menjadi sedikit lebih tenang dan berbicara tanpa nada membentak di akhir. "Keenan sekolah, Ra, mas tidak mau Keenan bolos sekolah dan tertinggal pelajaran." jelas Sean dengan lembut dan tenang. Usaha Sean untuk menenangkan Heera berhasil, raut tak terim
"Mas tidak akan melakukannya kalau kamu tidak kasih consent." suara Sean masih berbisik, membuat bulu kuduk Heera berdiri serentak.Deru napas hangat Sean menyapu kulit wajah Heera. Heera menghembuskan napas samar, di tatapannya bibit tipis Sean dengan wajah 'mau lanjut dosa, gak lanjut takut nyesel', pokoknya wajah Heera sudah kepengen bangetlah. Sialnya, Sean malah menguji harga dirinya, munurut Sean mungkin itu adalah suatu hal yang sopan, meminta consent atau persetujuan dari pihak satunya. Ya, Sean bertindak fair. tapi bagi Heera ia seperti sedang di uji harga dirinya sebagai wanita. Jika Heera memperbolehkan Sean untuk menciumnya, apa Sean akan berpikir bahwa ia wanita murahan?"Aku belum pernah ngelakuin hal itu sebelumnya," cicit Heera, setan di antara mereka akhirnya tertawa dengan puas."Tidak apa-apa, mas ajarin caranya." jawab Sean sambil tersenyum secerah cahaya bulan malam ini. Kedua tangan Sean merambat ke tekuk Heera, mendorongnya lembut gu
Jessi: lo punya hutang sma siapa sih sampe pulang kampung gak bilang - bilangHeera terkekeh pelan membaca pesan Jessi yang baru saja masuk, seperti cewek itu baru bangun dan mendapatkan kabar kepulangannya hari ini."Lagi chattingan sama siapa?" Sean menegur, wajah tanpa ekspresi nya terlihat was-was bercampur bete. Mungkin takut Heera tertawa karena sedang chatingan sama cowok lain.Heera menoleh ke Sean yang sedang fokus menyetir, "Jessi chat aku, katanya aku punya hutang sama siapa sampe pulang kampung nggak bilang-bilang." jeda, "Di kiranya aku kabur kali ya," lanjut Heera dengan tawa yang mendominasi.Ponsel Heera mendenting lagi, belum sempat membalas pesan sebelumnya, sudah masuk lagi pesan baru yang beruntun.Jessi: ANJIRJessi: Bu Riska bilang lo pergi sma pak Sean?Jessi: ANJIR ANJIRJessi: beneran bakal jadi bunda nih?Heera tertawa lagi, membayangkan wajah heboh Jessi ketika mengetik pesan ini. Dan yan
Heera menatap Sean yang duduk menegak di hadapan ibunya. Tidak ada gurat gugup atau pun cemas di wajah pria itu, malah Sean tampan rileks dan ramah. Hal itu pun membuat Ibunya Heera juga tidak begitu kaku. Sudah hampir setengah jam Sean membicarakan hal random dengan ibunya Heera. Meski awalnya sudah pasti Sean di interogasi lebih dulu.Prima, ibunya Heera- yang keadaanya kurang membaik seminggu terakhir ini tampak lebih sehat sejak kedatangan putrinya bersama pria. Tentu, tadinya Prima marah karena Heera membawa pria tanpa persetujuan lebih dulu darinya. Prima menarik Heera ke kamar dan berbicara empat mata, dengan intonasi yang tenang Heera menjelaskan secara perlahan kalau Sean adalah majikan yang akan berevolusi menjadi suaminya. Heera pun memberitahu Prima kalau Sean memiliki niat baik dan ingin menjalin hubungan serius dengannya."Ibu saja sampai kaget pas tahu Heera jadi babysitter, soalnya Heera gak punya pengalaman di bidang itu. Tapi Heera cukup bijak m
"Kenapa gak nginep di sini aja sih mas? kamu bisa tidur di kamar aku, walaupun kamarnya gak gede tapi sudah aku pastiin bersih dan wangi!" "Terus kamu tidur dimana?" "Di kamar Rahel, atau di kamar Ibu." jawab Heera. Gadis itu menolak keras usulan Sean yang ingat menginap di hotel saja, padahal Heera mengira Sean akan tidur di rumahnya. Bukan Heera mengharapkan hal yang macam-macam atau apa, tapi dengan adanya pria itu di rumah ini maka makan Sean dan keperluan pria itu akan terjamin. Heera juga agak khawatir jika Sean berada jauh darinya, apa lagi saat ini mereka jauh dari kota. Sean tersenyum simpul, lalu menggeleng, menolak dengan sopan tawaran dari Heera. Saat ini pria yang penampilannya tampak lebih muda dari umurnya itu memakai pakaian santai celana bahan sedengkul dan di lengkapi kemeja putih lengan pendek , yang belum mengenalnya pasti berpikir bahwa umur Sean masih di pertengahan 25. Sean beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan menuju Prima la
"Sekali saja ya, mas?" Sebuah lampu hijau, dari awal Heera memang tidak menolak. Gadis itu hanya takut kebablasan.Sebelum memulai, Sean mengangguk dengan senyum cerah yang terlukis indah di wajah tampan pria matang itu. Tanpa aba-aba, tangan Sean bergerak ke tengkuk Heera dan menekannya pelan. Mengetahui permainan akan di mulai, Heera menutup kedua matanya."Sudah siap sekali kamu, Ra." celoteh Sean membuat Heera buka mata dan mendengus malu, ya, Heera malu karena Sean menertawakannya."Ya sudah tidak jadi-"Cup!Bibir Heera seketika bungkam, ucapannya terputus. Tidak sesuai dugaan, Sean menciumnya di rahang, dan itu spontan membuat Heera mengenjang, seluruh badan gadis itu merinding. Itu bukan hanya sebuah kecupan biasa, tapi Sean juga menghisap kuliat rahangnya pelan. Bagaimana Heera bisa diam saja kalau ribuan kupu-kupu seakan menggelitik perutnya saat ini. Gadis itu mendesah kecil, lalu terkejut sendiri dan membekap mul
"Masih mau di lanjutkan, Ra?" Suara berat dan serak-serak basah milik Sean menyadarkan Heera yang kini terdiam. Cewek itu baru saja selesai dari kesibukannya mencari kepuasan pada leher Sean. Heera membekap mulutnya, matanya masih tertuju pada jejak ciuman yang ia tinggalkan.Sial, Heera tidak sadar kalau ia memberi jejak sebanyak itu."Mas, maaf... kissmark nya kebanyakan. Mana kelihatan banget lagi." Heera meringis, menyesali kenikmatan yang sudah ia rasakan. Astaga, ini bahkan pertama kali Heera melakukannya, tapi sudah ahli sekali sepertinya, pemirsa!Mendengar suara Heera yang penuh sesal, Sean menggeleng, di elusnya kedua pipi kemerahan Heera, "Tidak apa-apa, mas menyukainya."Bergetar jiwa raga Heera. Dalam hati Heera bergumam, 'aku juga menyukainya, tapi kita dalam masalah!'Heera menyentuh kissmark miliknya, "Ini gimana cara hilangin nya ya, mas?" tanya Heera sambil terus mengusap jejak itu, berharap usapan jemarinya dapat menghilangkan wa