Alexa terpaksa menolak Ef dan meminta bertemu di jam makan siang. Lagi pula, ini adalah hari pertamanya bekerja, bukankah itu juga keinginan Ef yang memintanya bekerja di sana.
Setidaknya Ef harus mengerti sedikit posisi Alexa. Beruntung Ef menerima alasan Alexa dan mereka akan bertemu di jam makan siang."Akhirnya, Tuan Ef mengerti juga," gumam Alexa.Setelahnya, dia mengikuti langkah Arley, tetapi berakhir di ruangan yang berbeda.Alexa membuka pintu ruangannya di mana sudah ada seorang lelaki yang berada di dalamnya, dan duduk di meja kerjanya."Permisi, apa kau—""Namaku Alvin, aku asisten pribadi Tuan Arley Williams," ucap lelaki bernama Alvin itu.Tunggu! Alexa tidak mengerti, apa itu artinya Alexa sudah dipecat sebelum bekerja?"Aku baru saja melamar kemarin dan diterima menjadi asisten pribadi Tuan Arley," ujar Alexa.Wanita itu masih menampilkan wajah kebingungannya."Ya, aku tahu." Alvin berucap sangat singkat dengan wajah yang datar."Lalu, kenapa kamu masih bekerja di sini?""Apa ada yang salah jika, Tuan Arley memiliki dua asisten pribadi?" tanya Alvin."Jadi, asistennya dua?" Alexa malah balik bertanya."Ini tab untukmu, semua jadwal Tuan Arley sudah aku catat di sana dan kerjakan apa yang harus kamu kerjakan." Alvin segera meninggalkan Alexandra setelah wanita itu menerima tab yang dia berikan.Alexa mematung dengan tab yang berada di tangannya, bukan bingung dengan benda itu, melainkan untuk apa Arley memiliki dua orang asisten? Apa menjadi seorang CEO begitu sibuk?"Aku akan pelajari dulu, apa saja pekerjaanku menjadi asisten pribadi dari seorang CEO muda itu," ucap Alexa terkekeh.Wanita itu membawa langkahnya duduk di kursi kerjanya dan mulai membaca isi tab itu."Eh, apa-apaan ini? Kenapa tugasku hanya menyiapkan sarapan dan makan siang," gumam Alexa di tengah keterkejutannya."Ini juga apaan? Selebihnya akan ada perintah langsung dari Tuan Arley," kata Alexa sembari membaca layar tab.Alexa melihat kembali penampilannya, yang sudah mengenakan rok span dengan atasan kemeja bermotif bunga."Pakaianku sudah rapi seperti ini, kenapa hanya menyiapkan makanan. Di mana pekerjaan kantornya?"****Alexa bergegas ke ruangan Arley setelah menerima pesanan makan siang yang dia titipkan pada OB di sana untuk membelinya. Sebenarnya dia sangat menyukai pekerjaannya itu, karena setelah dia mempelajari pekerjaannya, dia bisa tidur sampai waktu jam makan siang Arley tiba."Permisi," sapa Alexa tersenyum.Arley baru saja melepaskan kacamata yang biasa dia kenakan saat sedang bekerja. Dia melihat ke arah Alexa yang berjalan mendekat pada meja yang berada di dekat sofa."Taruh yang rapi, aku tidak suka sesuatu yang berantakan!""Iya, silakan dinikmati makan siangnya, Tuan." Alexa berdiri menghadap ke arah Arley.Arley berjalan ke sofa dan duduk di sana."Duduk," pinta Arley.Alexa terkesiap saat mendengar ucapan Arley, dia pun memastikannya sekali lagi."Maksud, Tuan—""Duduk dan cicipi dulu semua makanan ini," ucap Arley.Alexa masih tidak mengerti, mengapa dia harus mencicipi makanan yang bahkan makanan itu sering Arley makan."Untuk apa?""Untuk memastikan bahwa di makanan ini tidak ada racunnya, kau ini kan pegawai baru. Siapa tahu kau memasukkan racun ke dalam makananku," ucap Arley santai."Enak saja! Tampangku memang sadis, tapi hatiku ini manis. Mana mungkin aku berbuat seperti itu," ujar Alexa.Dengan sedikit kesal, dia menghempaskan bokongnya di samping Arley, dan mulai mencicipi tiga menu makanan di atas meja tersebut."Enak." Alexa menganggukan kepalanya merasakan lidahnya dimanjakan oleh makanan tersebut.Alexa menoleh ke arah Arley. "Sudah. Ini aman, lihatlah aku baik-baik saja, bukan?"Arley mengangguk tipis. "Minumnya juga," pinta Arley."Ya Tuhan, dia sangat curigaan," batin Alexa."Yakin, mau aku mencicipinya juga? Nanti lipstikku menempel di gelas loh, Tuan," kata Alexa."Cepat."Alexa membuang napasnya pelan, dan segera mencoba minuman milik Arley."Sudah. Aku tetap baik-baik saja, jangan mencurigaiku lagi. Aku itu tidak mungkin berbuat kejahatan seperti itu," ucap Alexa."Baiklah, kau boleh keluar," pinta Arley tanpa melihat lagi ke arah Alexa.****Sesudah menyelesaikan pekerjaannya, Alexa bergegas keluar dari kantor menuju restoran di mana Ef sudah menunggu di sana."Benar, ini restorannya." Alexa membaca pesan di ponselnya sembari menatap nama restoran itu.Dia segera membawa langkahnya ke dalam restoran tersebut dan langsung diarahkan ke vip room oleh karyawan di sana, setelah dia menyebutkan nama Ef."Apa sih yang mau dibicarakan, sampai memesan VIP room?" gerutu Alexa.Sesampainya di dalam ruangan, dia langsung disuguhkan pemandangan seorang lelaki yang sedang menatap ke arahnya. Jujur saja Alexa lebih takut melihat Ef jika, dibandingkan dengan Arley. Lelaki di hadapannya ini seakan lebih mendominasi, terkadang dia merasa tidak nyaman berada di dekat Ef."Permisi. Selamat siang, Tuan," sapa Alexa."Siang Alexa, duduklah. Aku sudah menunggu kedatanganmu sejak tadi," ucap Ef.Alexa berjalan ke arah di mana Ef duduk di sana, wanita itu pun duduk di kursi yang berhadapan dengan Ef terhalang meja bundar yang sudah terisi banyak makanan, lengkap dengan minuman."Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Ef."Lancar, aku mengerjakan dengan sangat baik," jawab Alexa merasa bangga dengan dirinya."Apa saja yang sudah kau ketahui tentang Arley?" tanya Ef bersandar pada kursinya.Alexa kembali memikirkan pertanyaan Ef. Sungguh, dia tidak mengetahui apa pun tentang CEO di perusahaan Williams Group."Aku belum tahu apa pun," jawab Alexa."Apa kau sudah mengetahui design apa saja yang sedang dia kerjakan dan dengan perusahaan mana yang akan bekerjasama dengannya?" tanya Ef.Bukan menjawab, Alexa malah menatap bingung pada Ef. Pasalnya, dari sekian pertanyaan lelaki di hadapannya itu, jawabannya hanyalah tidak tahu.Alexa menggeleng, membuat Ef berdecak kesal."Apa saja sebenarnya pekerjaanmu di sana, apa kau hanya tidur?" Terdengar nada kecewa dari Ef, karena mendapati gelengan kepala dari Alexa."Sejak pagi, aku memang hanya tidur. Dan tugasku di sana hanya menyiapkan makan siang Tuan Arley. Aku belum mendapatkan pekerjaan untuk kantor seperti yang Tuan katakan," jawab Alexa."Tidur?" Ef mengepalkan tangannya di bawah meja. Sementara Alexa, hanya mengangguk."Aku memintamu untuk memata-matai, Arley Williams. Bukan untuk tidur dan bersantai, Alexa!"Rasanya dada Alexa sangat sesak, dia ingin menangis melihat Ef sangat marah padanya."Aku juga kan baru di sana, Tuan–""Ya, karena kamu baru di sana, akan lebih mudah mencari tahu apa saja yang dikerjakan Arley. Kau bisa berpura-pura bertanya, Alexa!" Ef sangat geram dengan wanita muda di hadapannya itu."Aku tidak mau tahu, kau harus melaporkan sesuatu apa pun tentang Arley," ucap Ef.Alexa menghela napasnya, dia harus bisa menjalankan perintah dari Ef."Dan, ini yang paling penting." Ef memberikan satu buah flashdisk pada Alexa."Ini untuk apa?""Copy file penting di laptop Arley. Jangan sampai ketahuan. Jika, gagal ... kau akan tahu akibatnya.""Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka