"Kau bodoh sekali Alexa! Hanya pekerjaan kecil seperti itu kamu tidak becus!" Ef menatap Alexa penuh kemarahan.
Baru tugas pertama saja Alexa sudah gagal dan membuatnya kesal."Itu di luar dugaanku, Tuan. Aku sudah hampir berhasil, tetapi Alvin masuk ke dalam ruangan CEO Arley. Itu sangat mendadak, aku tidak sempat bersembunyi," ungkap Alexa.Lagi, ada saja yang membuat Ef kesal. Wanita yang ia tugaskan untuk memata-matai Arley, nyatanya sangat ngeyel, ada saja jawaban yang keluar dari bibir wanita itu."Apa saja informasi yang kamu ketahui hari ini?" tanya Ef."Itu ... CEO Arley hari ini ada meeting dengan perusahaan ...." Alexa terdiam tidak bisa melanjutkan ucapan."Perusahaan apa?""Aku tidak tahu, aku belum sempat menanyakan," jawab Alexa.Ef meremas rambutnya sendiri. "Keluar dari ruanganku, kembali ke kantormu dan berikan informasi apa pun padaku mengenai Arley dan perusahaannya, dan ingat. Jika kamu tidak bisa memberi informasi dari Arley ataupun ruangannya, kamu tentu bisa mencari informasi dari para staf-stafnya. Kau mengerti, Alexa?" tanya Ef memastikan.Alexa menganggukkan kepalanya. "Iya, aku mengerti."Dia segera bangkit dari duduknya, saat ini memang dia berada di ruangan Ef. Dia datang ke kantor milik Ef sesuai arahan dari lelaki itu."Kalau begitu aku permisi, Tuan Ef."****Sesuai yang diperintahkan Ef, Alexa kembali ke kantor. Saat akan masuk ke dalam lift untuk menuju ruangannya. Dia sempat mendengar beberapa staf yang membicarakan CEO di sana."Gila sih, bagaimana bisa ada orang sesempurna Tuan Arley, sudah tampan, mapan pintar juga,""Padahal tadi itu satu-satunya client yang paling rewel, CEO Arley bisa membuat klien itu puas dengan desainnya sendiri," seru staf lainnya.Alexa yang berada di belakang para staf itu hanya mengangguk tipis. Dia masih terus menajamkan pendengarannya, demi mendapatkan informasi lainnya."Meskipun rewel, tapi itu adalah client emas untuk perusahaan ini,""Moon Group memang selalu setia menggunakan jasa desain interior dari Williams Group.""Moon Group?" gumam Alexa.Setelah cukup mendapatkan informasi, Alexa berjalan mendahului kedua staf itu. Dia masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju lantai di mana ruangan yang berada."Aku akan memberitahu Tuan Ef," ucap Alexa.Setelah keluar dari dalam lift, Alexa segera menuju ruangan Arley, untuk memastikan apakah atasannya itu sudah makan atau belum.Siang ini Alexa memang tidak menyiapkan makan siang untuk Arley, karena CEO muda itu memutuskan pergi di jam makan siang."Permisi, Tuan. Selamat siang," sapa Alexa di ambang pintu."Ya, siang. Ada apa?"Entah kapan, suara lelaki itu bisa hangat hinggap di telinga Alexa. Setiap kali berbicara, hanya rasa dingin yang terdengar."Apakah, Tuan sudah makan siang? Jika belum, aku akan menyiapkannya," ucap Alexa."Sudah, aku membebaskanmu siang ini untuk tidak menyiapkan aku makan. Kau boleh kembali ke ruang kerjamu," pinta Arley."Bisakah aku di sini saja, aku tidak melakukan apa pun di ruanganku. Lagi pula Tuan tidak memberiku tugas apapun hari ini, masa iya aku hanya tidur saja di kantor," kata Alexa berkeluh.Arley menatap Alexa yang masih berdiri di hadapannya yang terhalang meja."Itu ide yang bagus, kau bisa tidur sampai jam pulang kantor, di ruanganmu dan bukan di sini. Jadi, jangan menggangguku!" Suara Arley terdengar sangat ketus.Alexa mengernyitkan dahinya. Ya kali, kerjaannya hanya tidur di kantor, wanita itu semakin tidak mengerti dengan atasannya. Bagaimana bisa dia memperkerjakan seseorang hanya untuk tidur."Apa itu namanya aku makan gaji buta? Atau malah sebaliknya, aku tidak mendapatkan gaji?""Baru kerja beberapa hari sudah membicarakan gaji!"Di tengah-tengah mereka sedang berbicara, Alvin masuk dengan tiba-tiba, agaknya lelaki itu tidak tahu jika Alexa juga berada di dalam ruangan Arley."Alexa kau di sini?" tanya Alvin."Ya, kau melihatnya bukan, kenapa harus bertanya lagi?" kata Alexa.Alvin hanya menggeleng tipis mendengar jawaban Alexa."Jika sudah tidak ada keperluan lagi, kau bisa keluar dari ruanganku, Alexa!" pinta Arley."Baiklah, aku permisi." Alexa membawa langkahnya keluar dari ruangan itu.Alexa memang keluar dari ruangan itu, tetapi dia tidak benar-benar pergi. Wanita menguping dari luar ruangan Arley. Ini kesempatannya, untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan kedua lelaki itu."Tuan malam ini ada undangan makan malam di Restoran Night, dan kebetulan sudah ada asisten baru, yang memang tugasnya untuk menemani Anda datang ke undangan atau sekedar teman kencan," kata Alvin.Di balik pintu, mata Alexa membulat sempurna saat mengetahui apa pekerjaannya. Pantas saja selama beberapa hari ini dia hanya diminta untuk menyiapkan makan dan tidak diberikan pekerjaan kantor.Terjawab sudah, apa tugasnya sebagai asisten CEO muda itu."Teman kencan!" Wajahnya memerah, dia tidak suka dengan pekerjaannya itu.Andai di awal, dia sudah tahu apa pekerjaannya. Dia akan menolak untuk melamar di perusahaan itu."Ya, dia sudah bisa menjalankan tugasnya mulai malam ini. Siapkan pakaian untuknya dan keperluan lainnya untuk malam nanti dan berikan padanya," ucap Arley."Katakan aku akan menjemputnya pukul tujuh malam nanti," kata Arley.Alvin mengangguk mengerti. "Baik, Tuan. Saya permisi." Alvin pergi meninggalkan ruangan Arley.Dengan buru-buru, Alexa segera pergi dari sana dan masuk ke dalam ruang kerjanya.****Alexa masih tidak bisa terima jika dirinya hanya dijadikan teman kencan yang berkedok asisten. Dia merasa harga dirinya sangat direndahkan.Rasanya muak sekali, jika mengingat kejadian tadi siang dan sekarang, dia justru sedang menunggu Arley untuk menjemputnya."Pekerjaan macam apa ini? Konyol sekali, apa lelaki itu tidak bisa mencari wanita untuk teman kencannya? Kenapa harus beralasan mencari pegawai untuk dijadikan asisten? Jika, kenyataannya hanyalah dijadikan teman kencan!" Alexa memukul-mukul bantal sofa.Wanita itu sedang menunggu kedatangan Arley di ruang tamu."Kamu ini kenapa sih? Sudah cantik dan rapi seperti ini, malah memasang wajah kesal." Steve duduk di sofa single yang berada di ruang tamu itu."Namanya juga wanita, pasti Alexa kesal karena kekasihnya telat menjemput," ujar Daisy, setengah menggoda putrinya."Apaan sih Mom? Aku belum memiliki kekasih, dia hanya temanku." Alexa berdusta, mana mungkin dia memiliki teman seperti Arley, usia mereka saja terpaut 10 tahun.Sesuai dengan rencana, Arley menjemput Alexa di rumahnya. Alamat Alexa sudah tertera jelas di berkas lamaran saat itu, tidak sulit pula untuk mencari alamatnya."Keluarlah, aku sudah di depan gerbang rumahmu, aku tunggu dalam satu menit!" Arley langsung mematikan sambungan teleponnya.Untuk sesaat dia sempat memperhatikan rumah Alexa. Menurutnya rumah Alexa cukup besar, kelihatannya juga bukan dari kalangan biasa.Dalam waktu 1 menit, benar saja dia melihat Alexa berlari ke arah gerbang yang dibukakan oleh penjaga gerbang di sana.Dari dalam mobilnya, dia cukup terpana dengan wanita yang berlari itu. Dia tidak menyangka bahwa Alexa bisa tampil cantik dan anggun dengan balutan dress semata kaki yang memiliki belahan cukup tinggi.Lamunannya disadarkan oleh ketukan kaca dari luar mobil. Ya, Alexa mengetuknya dengan begitu keras."Masuklah!" Arley tetap lurus ke depan.Alexa masuk ke dalam mobil dengan wajah kesal yang masih mendominasi."Berlatihlah tersenyum, aku tidak ingin kau bersikap seperti ini di depan para kolegaku nanti," kata Arley."Aku tidak peduli! Malam ini adalah, malam terakhir aku bekerja!""Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas