Share

Bab 5 Teman Kencan

"Kau bodoh sekali Alexa! Hanya pekerjaan kecil seperti itu kamu tidak becus!" Ef menatap Alexa penuh kemarahan.

Baru tugas pertama saja Alexa sudah gagal dan membuatnya kesal.

"Itu di luar dugaanku, Tuan. Aku sudah hampir berhasil, tetapi Alvin masuk ke dalam ruangan CEO Arley. Itu sangat mendadak, aku tidak sempat bersembunyi," ungkap Alexa.

Lagi, ada saja yang membuat Ef kesal. Wanita yang ia tugaskan untuk memata-matai Arley, nyatanya sangat ngeyel, ada saja jawaban yang keluar dari bibir wanita itu.

"Apa saja informasi yang kamu ketahui hari ini?" tanya Ef.

"Itu ... CEO Arley hari ini ada meeting dengan perusahaan ...." Alexa terdiam tidak bisa melanjutkan ucapan.

"Perusahaan apa?"

"Aku tidak tahu, aku belum sempat menanyakan," jawab Alexa.

Ef meremas rambutnya sendiri. "Keluar dari ruanganku, kembali ke kantormu dan berikan informasi apa pun padaku mengenai Arley dan perusahaannya, dan ingat. Jika kamu tidak bisa memberi informasi dari Arley ataupun ruangannya, kamu tentu bisa mencari informasi dari para staf-stafnya. Kau mengerti, Alexa?" tanya Ef memastikan.

Alexa menganggukkan kepalanya. "Iya, aku mengerti."

Dia segera bangkit dari duduknya, saat ini memang dia berada di ruangan Ef. Dia datang ke kantor milik Ef sesuai arahan dari lelaki itu.

"Kalau begitu aku permisi, Tuan Ef."

****

Sesuai yang diperintahkan Ef, Alexa kembali ke kantor. Saat akan masuk ke dalam lift untuk menuju ruangannya. Dia sempat mendengar beberapa staf yang membicarakan CEO di sana.

"Gila sih, bagaimana bisa ada orang sesempurna Tuan Arley, sudah tampan, mapan pintar juga,"

"Padahal tadi itu satu-satunya client yang paling rewel, CEO Arley bisa membuat klien itu puas dengan desainnya sendiri," seru staf lainnya.

Alexa yang berada di belakang para staf itu hanya mengangguk tipis. Dia masih terus menajamkan pendengarannya, demi mendapatkan informasi lainnya.

"Meskipun rewel, tapi itu adalah client emas untuk perusahaan ini,"

"Moon Group memang selalu setia menggunakan jasa desain interior dari Williams Group."

"Moon Group?" gumam Alexa.

Setelah cukup mendapatkan informasi, Alexa berjalan mendahului kedua staf itu. Dia masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju lantai di mana ruangan yang berada.

"Aku akan memberitahu Tuan Ef," ucap Alexa.

Setelah keluar dari dalam lift, Alexa segera menuju ruangan Arley, untuk memastikan apakah atasannya itu sudah makan atau belum.

Siang ini Alexa memang tidak menyiapkan makan siang untuk Arley, karena CEO muda itu memutuskan pergi di jam makan siang.

"Permisi, Tuan. Selamat siang," sapa Alexa di ambang pintu.

"Ya, siang. Ada apa?"

Entah kapan, suara lelaki itu bisa hangat hinggap di telinga Alexa. Setiap kali berbicara, hanya rasa dingin yang terdengar.

"Apakah, Tuan sudah makan siang? Jika belum, aku akan menyiapkannya," ucap Alexa.

"Sudah, aku membebaskanmu siang ini untuk tidak menyiapkan aku makan. Kau boleh kembali ke ruang kerjamu," pinta Arley.

"Bisakah aku di sini saja, aku tidak melakukan apa pun di ruanganku. Lagi pula Tuan tidak memberiku tugas apapun hari ini, masa iya aku hanya tidur saja di kantor," kata Alexa berkeluh.

Arley menatap Alexa yang masih berdiri di hadapannya yang terhalang meja.

"Itu ide yang bagus, kau bisa tidur sampai jam pulang kantor, di ruanganmu dan bukan di sini. Jadi, jangan menggangguku!" Suara Arley terdengar sangat ketus.

Alexa mengernyitkan dahinya. Ya kali, kerjaannya hanya tidur di kantor, wanita itu semakin tidak mengerti dengan atasannya. Bagaimana bisa dia memperkerjakan seseorang hanya untuk tidur.

"Apa itu namanya aku makan gaji buta? Atau malah sebaliknya, aku tidak mendapatkan gaji?"

"Baru kerja beberapa hari sudah membicarakan gaji!"

Di tengah-tengah mereka sedang berbicara, Alvin masuk dengan tiba-tiba, agaknya lelaki itu tidak tahu jika Alexa juga berada di dalam ruangan Arley.

"Alexa kau di sini?" tanya Alvin.

"Ya, kau melihatnya bukan, kenapa harus bertanya lagi?" kata Alexa.

Alvin hanya menggeleng tipis mendengar jawaban Alexa.

"Jika sudah tidak ada keperluan lagi, kau bisa keluar dari ruanganku, Alexa!" pinta Arley.

"Baiklah, aku permisi." Alexa membawa langkahnya keluar dari ruangan itu.

Alexa memang keluar dari ruangan itu, tetapi dia tidak benar-benar pergi. Wanita menguping dari luar ruangan Arley. Ini kesempatannya, untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan kedua lelaki itu.

"Tuan malam ini ada undangan makan malam di Restoran Night, dan kebetulan sudah ada asisten baru, yang memang tugasnya untuk menemani Anda datang ke undangan atau sekedar teman kencan," kata Alvin.

Di balik pintu, mata Alexa membulat sempurna saat mengetahui apa pekerjaannya. Pantas saja selama beberapa hari ini dia hanya diminta untuk menyiapkan makan dan tidak diberikan pekerjaan kantor.

Terjawab sudah, apa tugasnya sebagai asisten CEO muda itu.

"Teman kencan!" Wajahnya memerah, dia tidak suka dengan pekerjaannya itu.

Andai di awal, dia sudah tahu apa pekerjaannya. Dia akan menolak untuk melamar di perusahaan itu.

"Ya, dia sudah bisa menjalankan tugasnya mulai malam ini. Siapkan pakaian untuknya dan keperluan lainnya untuk malam nanti dan berikan padanya," ucap Arley.

"Katakan aku akan menjemputnya pukul tujuh malam nanti," kata Arley.

Alvin mengangguk mengerti. "Baik, Tuan. Saya permisi." Alvin pergi meninggalkan ruangan Arley.

Dengan buru-buru, Alexa segera pergi dari sana dan masuk ke dalam ruang kerjanya.

****

Alexa masih tidak bisa terima jika dirinya hanya dijadikan teman kencan yang berkedok asisten. Dia merasa harga dirinya sangat direndahkan.

Rasanya muak sekali, jika mengingat kejadian tadi siang dan sekarang, dia justru sedang menunggu Arley untuk menjemputnya.

"Pekerjaan macam apa ini? Konyol sekali, apa lelaki itu tidak bisa mencari wanita untuk teman kencannya? Kenapa harus beralasan mencari pegawai untuk dijadikan asisten? Jika, kenyataannya hanyalah dijadikan teman kencan!" Alexa memukul-mukul bantal sofa.

Wanita itu sedang menunggu kedatangan Arley di ruang tamu.

"Kamu ini kenapa sih? Sudah cantik dan rapi seperti ini, malah memasang wajah kesal." Steve duduk di sofa single yang berada di ruang tamu itu.

"Namanya juga wanita, pasti Alexa kesal karena kekasihnya telat menjemput," ujar Daisy, setengah menggoda putrinya.

"Apaan sih Mom? Aku belum memiliki kekasih, dia hanya temanku." Alexa berdusta, mana mungkin dia memiliki teman seperti Arley, usia mereka saja terpaut 10 tahun.

Sesuai dengan rencana, Arley menjemput Alexa di rumahnya. Alamat Alexa sudah tertera jelas di berkas lamaran saat itu, tidak sulit pula untuk mencari alamatnya.

"Keluarlah, aku sudah di depan gerbang rumahmu, aku tunggu dalam satu menit!" Arley langsung mematikan sambungan teleponnya.

Untuk sesaat dia sempat memperhatikan rumah Alexa. Menurutnya rumah Alexa cukup besar, kelihatannya juga bukan dari kalangan biasa.

Dalam waktu 1 menit, benar saja dia melihat Alexa berlari ke arah gerbang yang dibukakan oleh penjaga gerbang di sana.

Dari dalam mobilnya, dia cukup terpana dengan wanita yang berlari itu. Dia tidak menyangka bahwa Alexa bisa tampil cantik dan anggun dengan balutan dress semata kaki yang memiliki belahan cukup tinggi.

Lamunannya disadarkan oleh ketukan kaca dari luar mobil. Ya, Alexa mengetuknya dengan begitu keras.

"Masuklah!" Arley tetap lurus ke depan.

Alexa masuk ke dalam mobil dengan wajah kesal yang masih mendominasi.

"Berlatihlah tersenyum, aku tidak ingin kau bersikap seperti ini di depan para kolegaku nanti," kata Arley.

"Aku tidak peduli! Malam ini adalah, malam terakhir aku bekerja!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status