Home / Young Adult / Me and Seniors / FATUR TERTIDUR

Share

FATUR TERTIDUR

Author: Almah Kartika
last update Huling Na-update: 2021-05-30 08:58:27

Besoknya, Yasir pergi sekolah lebih pagi, bareng Qiya tentunya. Ia mengantar Qiya sampai warung depan, lalu pergi ke tempat nongkrong biasa, warung belakang sekolah.

Sampai di warung belakang, ia duduk di samping Bara yang sibuk dengan game online di ponselnya. "Heh!! Deketin si Qiya lagi gue pites lo kaya kutu, ngapaiiinnn anter-anter si Qiya balik kemarin maneh??" ancam Yasir dengan candaan.

Bara terkekeh dengan pandangan yang tetap mengarah ke layar ponsel, "tenang Cil, gak akan di sakitin kok" jawab Bara.

"Boong tah si Bara, biasa ngarayu supaya di restuan eta teh Cil.." ucap Riza mengompori.

Bara mengantongi ponselnya lalu menepuk bahu Yasir dengan tenang, "moal eeehh, percaya ka urang," (gak akan, percaya sama gue) kata Bara kepada Yasir berharap agar Yasir mau mempercayainya.

"Gak! Moal percaya urang," (gak akan percaya gue) ucap Yasir.

Bara mendengus, susah sekali meyakinkan Yasir kalau dia gak akan menyakiti Qiya. Bara beneran terpesona sama Qiya, mana mungkin disakiti. Tapi, bukankah semua cowok awalnya memang begitu? Nantinya ya sama saja.

"Kuy kelas, pelajaran Bu Ihat nihhh. Qiya mulu bahasannya," ajak Heri.

.......

Qiya merebahkan kepalanya di meja kantin, menunggu pesanannya. Perutnya sudah lapar sejak tadi. Rissa menatap Qiya dengan malas, "rebahan mulu kepala lo Qiy."

"Ya iyalah, kalo udah hobbi susah, Ris. Hahaha" jawab Qiya.

Sarah mendengus, "malu atuh sama kak Fatur tuh," yaa mereka berdua sudah tau, semalam Qiya bercerita via w******p

Qiya sontak menegakkan tubuhnya, lalu menoleh menatap meja pojok yang biasa di tempati Fatur dan teman-temannya. Rissa dan Sarah tertawa melihat ekspresi Qiya. Sekarang mereka tau kenapa Qiya sering terlihat pucat seperti mau pinsan, alasannya adalah Fatur. Qiya suka sakit mendadak melihat kakak kelasnya itu, jangankan melihat, sepertinya mendengar namanya saja Qiya suka degdeggan.

"Udah kali liatinnya, makanan lo dingin tuh," kata Sarah.

Qiya menoleh melihat makanan yang sudah tersaji di hadapannya. Langsung saja ia lahap, karena sudah tidak bisa lagi menahan lapar di perutnya, terlebih tenaganya juga terasa habis karena melihat Fatur, rasanya tulang-tulang di tubuh Qiya melembek. Oke alay, tapi begitulah..

"Kak Bara kegeeran deh, senyam senyum mulu. Padahal si Qiya liatinnya kak Fatur, kesian asli" ucap Rissa setelah menghabiskan batagornya.

Qiya acuh mendengar nama itu, bukannya benci, hanya tidak suka saja dengan cara Bara mendekatinya. Bukan tipe Qiya. Cewek memang begitu, gak suka dikejar, tapi suka dengan yang cuek. Katanya, yang cuek lebih menarik.

Setelah menghabiskan makanannya, Qiya bersama temannya tidak langsung kembali ke kelas, mereka santai-santai di kanting sambil gibah, biasaa cewek kalo belum gibah bibirnya suka sariawan, begitu kata Qiya.

Lagi nyaman-nyaman ngobrol, tiba-tiba ada Bara yang duduk di samping Qiya, seperti biasa Qiya sudah paham apa maksud Bara, pasti dia ingin mengajaknya pulang bersama dengan cara memaksa, sungguh kali ini Qiya sudah sangat bosan mendengar ajakan Bara.

"Apa kak? Mau nawarin pulang bareng? Gak bisa, gue mau kerja kelompok dulu sampe subuh!" Ucap Qiya sebelum Bara melontarkan ajakannya.

Bara tertawa, "siapa jugaa yang mau ngajak pulang bareng, gak boleh emang gue duduk disini? Kosong juga" kata Bara. Sebenarnya itu kalimat pembelaan diri, Bara merasa malu karena sudah tertolaj padahal belum mengucapkan apa-apa.

Qiya mendengus, "yaudah boleh," lalu ia beranjak meninggalkan tempat duduknya untuk kembali ke kelas. "Gue duluan ya kak" pamit Qiya.

"Laaahh.. ditinggal? Qiyaaa!!! Gue mau ngobrol loh ini!!!! Woyyy!!!" Teriak Bara memanggil Qiya yang berjalan menjauhi area kantin.

"Suliiiittt suliittt" gumamnya dengan lesu.

.......

Qiya sampai dirumah tepat waktu, ia tidak ada jadwal kerja kelompon hari ini, tadi itu hanya alasan bohong untuk menolak Bara. Saat memasuki area rumah, Qiya melihat dua motor terparkir di garasi. Qiya mengenal jelas motor siapa itu. Motor putih itu milih Bara, dan yang hitam motornya Fatur. Semoga mereka bermain di kamar kak Yasir, batin Qiya.

"Assalamu... a la i kum" Qiya menghela nafas ketika melihat Yasir dan teman temannya yang sedang bersantai diruang tamu. Bara langsung menegakkan tubuhnya saat melihat Qiya datang, tak lupa juga senyum manis yang langsung tercipta di wajahnya.

Qiya melihat Fatur yang sedang rebahan di sofa panjang sendirian, matanya terpejam dengan satu tangan yang diletakan di atas dahinya. Qiya tak kuasa menagan degup jantungnya saat melihat Fatur tertidur seperti itu. Cepat-cepat ia melangkah untuk meninggalkan ruang tamu. Tapi suara Bara menghentikan langkahnya,

"Katanya kerja kelompok Qiya?" Tanya Bara.

"Terserah gue, kerja kelompok atau ngga" jawab Qiya jutek, lalu melangkah memasuki kamarnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Me and Seniors   MEMULAI YANG BARU

    Belum lama putus, Qiya sudah terlihat bersemangat lagi. Sudah kembali menjadi Qiya yang biasanya. Hal itu memang terdengar positif untuk Qiya. Tapi tidak dengan penglihatan orang sekitarnya. Terutama Arumi, entah sejak kapan kabar Qiya putus dengan Irham sudah menyebar ke seantero sekolah. Oh hampir saja lupa, ini semua karena ulah Rendi tempo hari. Qiya mendengus kesal saat berjalan melewati Arumi ketika akan pergi ke kantin. Qiya cukup menyesal menolak tawaran Rena yang ingin menemaninya ke toilet sebelum menyusul teman-temannya yang lain."Emang dasar jalang sih ya... baru aja putus udah bisa ketawa ketiwi lagi. Parahnya sih udah ada cowo baru? Kesian deh cowo barunya."Sindiran itu membuat langkah Qiya terhenti. Dia bilang apa? Jalang? Ya ampun kasar sekali. Sebelumnya Qiya tidak mau meladeni, tapi kata Jalang yang keluar dari mulut Arumi sangat mengganggu harga dirinya."Jalangan siapa ya? Sama cewek yang mepet-mepetin pacar orang?

  • Me and Seniors   QIYA SUDAH YAKIN

    Terlentang di atas kasur empuk favoritenya. Qiya menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah keputusannya baik atau tidak, yang pasti sekarang Qiya kembali merasakan ragu.Ia merutuki kelabilannya lagi kali ini. Rasanya baru kemarin Qiya bertekad tidak akan bersama Irham ataupun Bara walaupun hatinya ada diantara dua cowok itu.Qiya tidak ingin menyakiti atau memberi harapan kepada salah satu dari mereka.Ya.. itulah yang Qiya pikirkan sebelum berbincang dengan Bara di kantin berdua.Entah apa yang Qiya pikirkan saat itu hingga bisa-bisanya mulut manisnya berkata "oke, kita jalanin dulu."Qiya mendengus kala otaknya mengingat jawabannya itu. Ia menarik salah satu bantalnya kemudian menutup kepalanya dengan bantal itu. "Aaaaarrrggghhh Zelqiya lo labil banget!!!"Qiya berguling-guling gelisah di atas kasur. Pusing memikirkan apa yang akan terjadi dengan hubungannya.Eh tapi, kalau Qiya

  • Me and Seniors   CAT LAPANGAN

    "Qiyaa.. lo sama Irham gak balikan?" Tanya Bara hati-hati.Qiya menoleh sebentar lalu tersenyum. Kakinya terus melangkah ke arah kantin berdampingan dengan langkah Bara."Balikan ya??" Tanya Bara lagi karena tidak mendapat jawaban."Nggaa.. kenapa? Mau pepet gue lagi?" Qiya tersenyum jail ke arah Bara."Iyalahh... target udah jomblo masa gak di gas."Qiya tertawa. "Jangan kak.. kita gini aja, gue gak mau kelabilan hati gue buat lo ngerasain apa yang di rasain Irham. Sekarang gue, lo bahkan Irham temenan aja. Oke?""Gue sebenernya gak bisa. Tapi mau gak kalo kita jalanin dulu? Gue gak maksa. Gimana nyamannya lo aja. Walaupun gue maunya kita ada status, kalo lo gak mau gue gak papa."Qiya berpikir sampai mereka tiba di kantin. Memesan es cekek untuk mereka berdua dan teman-teman Bara di lapang. Mereka duduk tak jauh dari penjual es. Duduk berhadapan dengan mata yang saling menatap."Oke, kita jalanin dulu."Mata Bara

  • Me and Seniors   KE KANTIN BERDUA

    Pukul 12 malam, Yasir baru pulang kerumah setelah puas bermain di rumah Fatur. Sebelum masuk ke kamarnya, Yasir menoleh ke arah meja makan karena tak sengaja melihat seseorang yang terduduk sambil memainkan ponselnya.Yasir mendekat dan melihat Qiya sedang memakan mie instan sembari menonton drama korea kecintaannya. Yasir meraih gelas lalu menuangkan air untuk ia minum.Yasir duduk di hadapan Qiya, menyimpan gelasnya di meja dan mengambil toples biskuit disana."Halal gak yaa kalo jual adek kaya lo?"Qiya mendongak kaget dengan pertanyaan Yasir. Ia menatap sinis ke arah sang kakak. "Menurut lo?!""Menurut gue mah halal.. daripada bikin pusing. Mending jual.""Apaan sih?"Yasir mendengus. Lalu memakan lagi biskuitnya. "Lo balikan sama si Irham?""Mana ada."Yasir mengerutkan

  • Me and Seniors   BARA PATAH LAGI

    Istirahat kedua, Bara berjalan ke arah kelas Qiya dengan senyum lebarnya. Hatinya berbunga-bunga walaupun otaknya hampir depresi karena mikirin cara buat pepet Qiya sedikit lagi. Tapi depresi terlalu hiperbola buat penggambaran keadaan otak Bara.Tangannya menggenggam satu kotak susu kesukaan Qiya. Biarlah ia dikatakan mengambil kesempatan disaat Qiya baru saja putus, bahkan putusnya pun karena Bara.Sampai di depan pintu kelas Qiya, Bara menarik nafas dulu sebelum masuk. Entah karena rasa bahagianya sedang membuncah karena Qiya atau memang Bara saja yang sedang lebay. Pokoknya saat ini Bara degdeggan berat.Setelah dirasa siap, Bara membuka pintu kelas itu lalu mengedarkan pandangannya mencari kekasih hatinya. Bara hanya melihat beberapa cewek teman kelas Qiya sedang merebahkan kepalanya juga ada Rendi yang sibuk dengan ponsel serta telinga memakai earphone.Bara menghampiri cewek yang

  • Me and Seniors   NGOBROL

    Irham menghentikan motornya di parkiran kedai dekat SMP mereka dulu. Tempat yang pernah mereka datangi saat masih berpacaran. Rasanya Qiya ingin menangis melihat tempat ini. Satu memori indah bersama Irham berputar lagi.Irham mengajak Qiya masuk ke dalam. Sepi. Pengunjung kedai memang anak sekolah. Berhubung sekarang masih jam masuk jadi kedai pasti sepi.Mereka duduk di pojok kedai, tempat yang dulu mereka tempati juga. Tempat ini sangat cocok untuk mengobrol."Ada apa?" Tanya Qiya langsung.Jujur saja, Qiya canggung sekarang. Entah harus bersikap bagaimana. Qiya tidak bisa bersikap sebagai teman seperti sebelum mereka balikan. Rasanya masih aneh."Tegang amat.." ucap Irham santai.Tapi Qiya tau, Irham juga sama canggungnya. Sorot mata Irham membuktikan kecanggungan. Namun, sepertinya Qiya juga harus santai untuk menghargai usaha Irham menyembu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status