Share

QIYA MAU GAK ?

"Lo suka sama si Fatur, Qiy?" Qiya mendengus kesal ketika indra pendengarannya berkali-kali mendengar pertanyaan yang sama dari Irham.

"Kenapa sih si Irham harus peka kalo gue lagi liatin kak Fatur," gumam Qiya yang tidak mungkin terdengar oleh Irham yang jalan di belakangnya.

"Hah? Apa Qiy? Gadenger gue," ucap Irham sambil mencondongkan badannya ke arah Qiya.

Qiya bergidik ketika merasakan nafas Irham di dekatnya, ia mendorong dahi Irham agar menjauh. "Apaan sih! Gue gak ngomong sama lo!"

Irham menegakkan tubuhnya, ia juga menatap sinis Qiya yang tidak juga menjawab pertanyaannya.

"Lo suka sama si Fatur?!" Tanya Irham lagi dengan penuh penekanan.

Qiya mengerutkan dahinya dengan ekspresi marah, ia berkaca pinggang menghadap Irham, "maneh kepo amat sih!!!!"

"Yaa iyalah, gue perlu tau siapa lagi saingan gue selain si Bara," ucap Irham dengan santai, ia memasukan kedua tangannya ke saku celana dengan songong.

"Apasihh lo! Gak jelas dasar!!" Setelah itu Qiya pergi meninggalkan Irham, ia sedikit berlari untuk mengejar teman-temannya.

Qiya kembali ke ruang aula untuk menonton final lomba cerdas cermat. Semoga kelasnya juara agar dapat hadiah snack yang banyak dari osis. Lomba ini memang acaranya anak osis, yang di adakan untuk menghibur para murid-murid di sekolah selepas satu semester belajar dan satu minggu ulangan.

Sebagai apresiasi karena mereka semua berhasil melewati satu semester ini dengan cukup baik. Semuanya diadakan dengan sesederhana mungkin, agar tidak mengeluarkan banyak biaya, hadiahnya juga cuma berupa kado yang isinya snack dan makanan lain. Acara itu langsung di setujui oleh guru dan semua persiapannya benar-benar diserahkan kepada osis dan murid lain. Para guru hanya mendukung dan membantu menjadi juri saja.

Qiya tau itu semua dari cerita Yasir. Mendengar hadiahnya, snack Qiya jadi semangat mendukung Rena dan Rissa agar menang lomba. Lumayan, Qiya juga pasti kebagian. Semoga kelasnya dapat banyak hadiah, Qiya senang!!

"Dasar Qiya lombanya gak mau, hadiahnya diincer gimana sih!" Ya begitulah kalo kata Ajeng.

......

Qiya baru saja merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Hari ini cukup lelah, tapi seru juga. Baru kali ini Qiya sekolah tapi pulangnya lewat jam 2. Lombanya lumayan lama, padahal sudah dibagi-bagi waktu. Salah jam mulai sih, agak ngaret karena muridnya yang datang siang.

Qiya membuka laptopnya, ia teringat jika idolanya hari ini comeback. Ia sudah tidak sabar menonton idolanya yang tidak ada akhlak itu kalo lagi comeback.

"ANJAAAYY DEGDEGGAN BUND BELUM JUGA MULAI!" Teriak Qiya saat membuka youtube di laptopnya.

Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan Yasir yang muncul hanya kepalanya saja. Kebiasaan kalo sedang fangirl-an pasti diganggu.

"Apasih!!!" Kesal Qiya.

"Jangan teriak-teriak! Ada si Fatur kaga malu apa!" Tegur Yasir yang membawa-bawa nama Fatur.

Mendengar itu Qiya langsung menutup mulutnya, perasaannya langsung tidak baik-baik saja. Imagenya rusak jika Fatur mendengar teriakannya tadi! Astagaaa... bisa-bisanya ia tidak tau jika teman-teman Yasir main dirumah.

"Gimana bisa gue nahan teriak nontonnya!!! Yaudahlah sabar nanti malem aja" gumam Qiya. Tangan mungilnya kembali menutup laptopnya, ia memutuskan untuk tidak jadi nonton Music Video idolanya sore ini, bahaya kalo kelepasan teriak, nanti Fatur dengar, Qiya yang pinsan nahan malu. Mending cari aman aja.

......

Qiya duduk di barisan depan penonton lomba nyanyi. Di hari setiga  classmeeting ini, Qiya sangat siap dan semangat untuk mendukung primadona kelasnya yang akan lomba nyanyi. Qiya dengan tidak tau malunya membawa kertas karton bertulisan Semangat Reva Kembaran Qiya !! HARUS MENANG BIAR DAPET HADIAH !!!.

Teman-temannya juga tidak merasa malu dengan tingkah konyol yang Qiya lakukan, pasalnya tidak ada yang nonton lomba nyanyi bawa karton kaya Qiya. Yang lain duduk santai saja menyaksikan. Untung saja Reva tidak kena mental mempunyai teman sekelas kaya Qiya. Ia hanya tertawa melihat kelakuan Qiya. Reva emang baik, jadi sabar saja punya teman kaya Qiya.

Terdengar suara teriakan para cowok yang menonton lomba nyanyi di barisan penonton paling belakang. Mereka ngerusuh bukannya mau nonton, sekarang saja melihat Reva naik ke atas panggung kecil udah teriak-teriak cari perhatian Reva.

"Diem-diem!!! PACAR AING ITU!!! SEMANGAT REVAA SAYANG!!" Teriak Aji dengan pedenya.

Reva memang mental baja, udah di teriakin udah dapet pendukung bar-bar kaya Qiya tetep aja santai, gak ada ekspresi panik atau degdeggan. Padahal Qiya tau tangan Reva sudah dingin sejak pagi. Qiya harus belajar mengontrol ekspresi dari Reva, agar nanti jika ketemu Fatur, Qiya gak gugup kaya biasanya.

.....

Bara duduk di atas motornya dengan santai sambil memaikan game di ponselnya. Beberapa hari ini ia terlalu sibuk mengurus keperluan lomba bidang olahraga dengan temannya yang  lain. Selalu pulang sore dan tidak ada waktu untuk mengantar Qiya pulang.

Siang ini, Bara senang karena mempunyai kesempatan pulang duluan dan bisa mengantar Qiya pulang, itupun kalo Qiya mau. Ya rayu aja dengan embel-embel gratis, pasti mau. Bara juga tau kalo Qiya gak mungkin pulang bareng Yasir, karena cowok itu sedang kebagian jadwal bersih-bersih sampah murid di lapangan dan tribun, jadi pasti lama pulangnya.

Bara sesekali mendongak mencari Qiya. Sebenarnya Bara sangat kepanasan menunggu disana, di dekat warung depan, jam menunjukan pukul 2 siang. Matahari lagi di terik-teriknya, tapi Bara siap menahan panas itu untuk menunggu Qiya. Rasanya akan sangat keterlaluan jika ia gagal mengantar Qiya pulang.

"Eehh eehh.. temen kelas si Qiya kan?" Tanya Bara kepada dua orang siswi yang lewat di depan Bara.

Kedua siswi itu menggeleng, "bukan kak, aku beda kelas sama Qiya. Kenapa ya?"

"Oohh.. liat si Qiya gak? Udah pulang belum ya?" Tanya Bara, siapa tau dua siswi itu melihat Qiya walaupun tidak satu kelas.

"Tadi sih kayaknya masih ngobrol di kantin sama temen-temennya," jawab salah satu siswi yang rambutnya di kuncir kuda.

"Makasih.." ucap Bara, ia tidak banyak tanya lagi karena melihat gelagat cewek yang satunya lagi, mungkin cewek itu menyukai Bara jadi senyum-senyum gak jelas gitu ke Bara.

Bara berjalan meninggalkan motornya di warung depan, di titip kok ke yang jaga warung jadi aman. Ia berniat menyusul Qiya di kantin. Panas juga kalo sabar nungguin Qiya di sana, mending ke kantin aja nungguinnya.

Bara akan tetap menunggu Qiya kapanpun Qiya akan pulang. Kalo gadis itu masih mau ngobrol sampai jam 5 sore sama teman-temannya juga Bara tungguin, tenang saja Bara siap berjuang apapun.

Bara mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin mencari sosok yang ditunggunya sejak tadi. Terlihat gadis manis itu sedang tertawa di meja pojok dengan teman-temannya. Manis banget ciptaan allah, batin Bara.

Bara berjalan menghampiri gadis itu, ia sedikit menyisir rambutnya ke belakang, sudah agak lepek karena sejak pagi ia lumayan banyak berkeringat, untung saja tidak bau badan dan Bara juga membawa minyak wangi. Bara tidak akan mau menghampiri atau mendekati Qiya dengan kondisi bau badan, bisa-bisa Qiya makin tidak suka kepadanya.

"Qiya.. mau pulang kapan?" Tanya Bara to the point.

Qiya menatap Bara dengan ekspresi terkejut. Ia tidak menyadari jika Bara ada di kantin, Qiya terlalu sibuk bercanda dan tertawa.

"Gatau kak, nunggu kak Yasir selesai aja," jawab Qiya.

"Oohh... gamau pulang sekarang? Gue anterin" tawar Bara.

"Yaudah tuh Qiy, pulang aja. Bentar lagi juga gue dijemput, Ajeng sama Sarah tinggal otw balik, Imel sama Rissa mau pulang juga bentar lagi kayaknya. Daripada nunggu kak Yasir sendiri disini," saran Rena.

"Iyaa Qiy, gue mau pulang, mau cari kado buat adek gue kalo nanti taku kemaleman pulangnya," ucap Imel.

Qiya nampak berpikir sebentar, ia mau pulang sekarang badannya juga udah kangen sama kasur kesayangannya, tapi ia ragu jika harus pulang sama Bara. Kalo nunggu Yasir emang pasti lama, naik grab sayang ongkos kalo ada Bara yang gratis sukarela nawarin tebengan. Kasian sih Bara kalo harus nganterin Qiya dulu, beda jalur soalnya, buat Bara jadi jauh dan double bensin. Qiya gak enak.

"Naik grab aja deh, kak Bara sama rumah gue beda jalur, nanti jadi jauh" tolak Qiya dengan halus.

Bara tersenyum mendengar alasan Qiya, ia merasa ada rasa gak enak yang Qiya rasakan. Ah, anggap saja itu bentuk perhatian. "Gak papa.. udah ayo!!" Bara menarik tangan Qiya dengan lembut, ia tidak mau menerima penolakan dari Qiya lagi dengan berbagai alasan yang selalu gadis itu katakan. Pokonya hari ini Bara ingin mengantar Qiya pulang!

Di perjalanan, Bara memilih melewati jalan yang agak jauh, agar bisa lama-lama sama Qiya. Qiya sudah protes, tapi Bara gak peduli toh yang mengendarai motornya juga Bara. Mau nolak gimanapun Qiya gak akan bisa.

"Qiya, kalo gue nembak lo sekarang, lo udah mau jadi pacar gue?" Tanya Bara iseng, siapa tau iseng-iseng berhadiah. Serius, Bara hanya niat nanya saja. Ia gak niat nembak Qiya sekarang, tapi kalo Qiya mau gas aja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status