Tubuhku terkulai lemas bersandar di samping tempat tidur. Kepalaku terasa pusing diiringi kerongkongan yang terasa pahit. Ditambah perut yang terasa mual ingin memuntahkan kembali isi dalam perut.
Kumuntahkan semua apa yang ada dalam lambungku hingga tak ada lagi yang tersisa di dalamnya untuk kukeluarkan lagi. Sampai kedatangan Ibu ke kamar mengantarkan makanan aku belum bisa bangkit dari tempat dudukku.
Samar kudengar Ibu mengetuk pintu kamarku. Aku tak mampu bangkit walau sekedar membuka pintu saja.
"Salma, kamu kenapa, Nduk? Apa yang terjadi denganmu?" tanya Ibu gusar.
Ibu lantas membantuku berbaring di atas ranjang dengan mensejajarkan kaki. Namun, belum lagi aku naik ke atas ranjang tubuhku sudah ambruk ke lantai.
Saka adalah laki-laki periang, ramah dan tidak sombong. Berbeda dengan suamiku Den Abimanyu yang pendiam dan dingin.Sikapnya yang merakyat tidak menjadikan derajatnya rendah di mata orang lain. Ia juga tak pernah menyombongkan diri meski keturunan dari darah biru dan berpendidikan. Darah ningrat yang mengalir ke tubuhnya tidak menjadikan ia meninggikan diri.Bahkan pada kalangan pelayan ia tak segan-segan untuk menyapa. Baginya derajat pembantu dan dirinya sama. Hanya yang membedakan adalah iman di mata Tuhan.Saka terkenal ramah dan tampan diantara para pelayan hingga namanya terkenal dan disebut sebagai tuan muda yang dermawan."Aku bawakan buku cerita tentang kesehatan ibu dan anak. Kamu bisa belajar dari buku
"Jaga mulutmu kalau bicara Abimanyu? Aku tak mungkin melanggar hukum dan tata krama. Aku laki-laki terhormat dari keluarga baik-baik," ucap Saka.Lelaki jangkung itu terlihat berbicara sengit dengan Den Abimanyu. Ada apa dengan suamiku?"Kau memang laki-laki tak tahu diri, Saka. Merayu istri orang lain di saat suaminya tidak ada di rumah," tukas Den Abimanyu.Matanya menatap nyalang ke arah Saka, dua laki-laki itu sedang berhadapan dengan tangan saling mengepal."Tidak seharusnya kau bersikap seperti itu, Abimanyu. Sebagai pria sejati dari keturunan bangsawan," lanjut Saka.Saka menarik kerah baju Den Abimanyu dengan kuat sementara Den Abimanyu terlihat santai menghadapi Saka.
Wajah Den Abimanyu bersinar tertimpa cahaya dari arah barat. Matahari hampir saja tenggelam di ufuk barat, warna jingga keemasan hampir memudar ditelan senja. Aku melihat ia berdiri hanya mematung di ruang keluarga antara menuju arah dapur.Tak ada api kemarahan di wajahnya seperti waktu pertama kali menuduhku berselingkuh dengan Saka. Jelas di mata itu terlihat sendu bagaikan senja yang akan berganti malam.Aku berpikir lelakiku akan melepaskanmu setelah fitnah itu melanda. Ataukah ia sedang menyadari kesalahannya karena tidak percaya denganku. Andai memang ini adalah akhir dari sebuah kisah perjalanan hidupku dengannya maka aku siap untuk melepaskan meski pernikahan ini hanya di batas usia muda.Saat azan magrib berkumandang aku dan dia masih berada di tempat yang sama saling diam tanpa m
Lelaki itu kini berada di kediamanku. Ia membuktikan kata-katanya dengan datang setiap hari selama tidak menemui Nyonya Nadia. Selama mendapat hukuman kurung Den Abimanyu dilarang menemui wanitanya.Kondisi tubuhku sedang tidak fit karena dalam masa ngidam semester pertama. Namun, sebisa mungkin aku melayani suami bagaimanapun juga kami masih pasangan sah sebagai suami istri yang halal.Aku melayaninya dengan sepenuh hati sebagai seorang istri yang taat pada suami. Meski ia tak menyentuhku sama sekali karena kasihan melihat kondisi badan yang kian hari makin menyusut.Masa kehamilan fase pertama membawa perubahan hormon. Setiap kali aku makan perut ini terasa mual dan langsung keluar. Walau badan terasa lemas saat hamil, tapi aku merasakan kebahagian luar biasa menjadi c
"Kenapa kamu kesini? Lebih baik kamu pergi saja dari sini sebelum ada yang datang dan menyebarkan fitnah tentang kita."Baru lewat enam puluh hari huru-hara itu terjadi kini lelaki jangkung itu berdiri tepat menghadap ke taman. Seperti biasa tangannya masuk ke dalam saku celana dan bersikap tenang seolah tidak ada hal apa pun yang terjadi."Aku datang ke sini gak sendiri, tapi bersama dengan adikku. Kenalkan namanya Fina," ucapnya mengulas senyum.Gadis yang mirip dengan Saka itu mengulurkan tangan persahabatan seolah ingin berteman denganku.Ternyata gadis berhijab pasmina itu seorang dokter. Dia sedang mengambil cuti dan bermain ke sini meluangkan waktu untuk jalan-jalan.Saudara kandung itu terlihat akrab dan ramah layaknya pasangan keluarga yang romantis.Wanita itu memberi buku tentang ibu hamil dan cara merawat bayinya. Semua len
Aku seperti mimpi mendengar Den Abimanyu menyatakan cinta. Tapi, realita tak seperti itu, di kehidupan nyata tak mungkin bisa kesampaian.Ku kembalikan kesadaran pada tempatnya tidak boleh berharap lebih pada lelaki yang perlahan ingin aku lupakan. Tidak ingin jatuh sakit lagi bila nanti cinta ini tidak terwujudkan.Dan tempat yang kami datangi adalah sebuah counter Den Abimayu membelikan sebuah ponsel keluaran terbaru berbentuk pipih dengan jaringan 5G. Sebuah alat komunikasi yang bisa menjangkau ke seluruh dunia. Dia membeli dengan harga yang lumayan mahal mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya.Selesai membeli ponsel Den Abimanyu mengajak pulang. Di dalam mobil dia mengajariku cara memakai benda pipih itu. Inilah yang aku tunggu-tunggu selama berbulan-bulan. L
Tuan Besar Cokro menuntunku berjalan diatas lantai marmer berwarna hitam langkah ini seimbang dengannya. Lelaki sepuh itu terlihat bersedih kala bercerita tentang kisah hidupnya."Dulu ketika ibunya Abimanyu meninggal akulah penyebabnya. Wanita lembut itu menderita karena aku," ungkapnya dengan suara serak.Berkali-kali pria sepuh itu menghela nafas untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Hampir saja aku terjatuh kala kalimat itu terucap dari bibirnya yang gemetar. Wajah itu sudah basah oleh air mata."Aku sudah mengatur semua rencana agar Abimanyu bisa datang berkunjung ke tempatmu secara sembunyi-sembunyi," lanjutnya dengan air mata yang masih membasahi pipi keriput itu.Hatiku iba melihat pria pendiam itu, mungkin dia juga merasa bersalah karena kematian ibunya
"Maaf, aku jadi keterusan ngobrol tentang keluargaku," ucap Saka mengembangkan senyum.Aku hanya memperhatikan lelaki itu dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Terkadang aku ingin Den Abimanyu seperti dia perhatian dan lemah lembut, namun semuanya hanya mimpi yang tak akan pernah terwujud."Perut kamu masih sering sakit ya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan."Iya," jawabku."Ini belum bulannya, kan?""Belum.""Tapi, aku lihat kamu sering mengeluh sakit.""Iya, padahal ini belum jadwalnya lahiran.""Mungkin Fina bisa menjelaskannya."