Kisah seorang pembantu yang dinikahi majikkan ya dan hanya boleh melahirkan anak laki-laki. Sehabis itu akan diceraikan. Pernikahan poligami yang tidak seimbang telah membuat hati seorang istri cemburu dan patah hati. Seorang pembantu hanya disentuh dalam satu sampai dua malam hingga membuatnya hamil dan setelah hamil sang wanita tidak pernah digauli lagi. Melahirkan pun akan menjadi anak istri pertamanya. Salma harus menderita karena hidup dipoligami dan tidak mendapat keadilan karena statusnya seorang pembantu rumah tangga yang ditolong oleh keluarga besar suaminya. Suami Salma seorang CEO tampan yang menikah tapi tidak punya anak. Ibunya berencana ingin menikahkannya dengan pembantunya dan hanya menjadi mesin pencetak anak.
Lihat lebih banyak"Aku akan menikahkanmu dengan putraku Abimanyu. Kamu harus melahirkan keturunan keluarga Cokro Widodo," ucap Nyonya Besar Kinanti.
Ia duduk santai sembari menikmati kopi di ruang keluarga.
Wanita yang selalu berpenampilan elegan itu menatapku dengan pandangan lekat. Setiap inci tubuhku ia perhatikan tak lepas dari pandangannya.
Di ruangan yang luas tiga kali lipat dari lapangan bola ini aku dan Ibu duduk menghadapnya. Bahkan hiasan lampu kristal yang tergantung di atas terlihat sangat mewah. Harganya bahkan mencapai puluhan juta.Pemilik perusahaan ternama di kota ini selalu menjaga penampilannya. Kami duduk dengan beralas permadani indah berwarna merah bata sembari kaki dilipat. Sementara Nyonya Besar Kinanti duduk dengan santai di atas sofa menikmati secangkir kopi dan cemilan. Nyonya Besar Kinanti paling berkuasa di rumah ini, semuanya harus berjalan sesuai dengan perintahnya.
Ia kemudian melanjutkan bicara setelah memastikan kami dua orang pelayannya dalam keadaan memperhatikan. "Kalian tahu kalau Nyonya Nadia tidak bisa memberikan Abimanyu seorang anak. Nadia sudah divonis mandul oleh dokter. Untuk itu aku akan menikahkan Salma sebagai istri simpanan sementara," ujarnya.Tangannya menyisihkan anak rambut yang sebahagian menutupi wajahnya.
Perempuan berparas cantik dan berpenampilan elegan itu terlihat santai melipat kakinya. Dia melekatkan pandangannya ke arahku dengan tarikkan napas. Tampak bulu mata palsunya hampir merapat saat kelopaknya meredup. Cantik dan berwibawa itulah identitas Nyonya Besar Kinanti."Keluarga Cokro Widodo harus punya keturunan. Untuk itu Salma harus melahirkan keturunan anak laki-laki yang akan menjadi penerus perusahaan keluarga Cokro Widodo," lanjutnya tersenyum miring.Jantungku berdetak cepat. Untung tidak copot saat mendengar ucapan nyonya besar barusan.
Wanita berwajah oval itu mengatakan tanpa meminta pendapatku. Aku melirik Ibu yang duduk di sebelahku. Kaget sudah pasti. Kondisinya juga sama terkejutnya denganku.
Sekilas kami hanya saling pandang, lalu kembali fokus memperhatikan nyonya besar. Nyonya besar tidak memperlihatkan wajah main-main. Ia mengatakan dengan tegas keinginannya untuk memiliki keturunan dariku, wanita dari kalangan bawah. Tanpa bertanya atau meminta pendapatku ia tutup poin mengatakan ingin menikahkanku seorang pembantu dengan anaknya yang berkedudukan tinggi.
Meski penasaran aku tidak berani bertanya kepadanya. Begitu juga dengan Ibu, ia hanya memilin baju batiknya, takut nyonya besar akan marah bila kami menyela ucapannya.Aku dan Ibu hanya duduk besedekap di atas permadani, sedangkan nyonya besar menyandarkan punggungnya di atas sofa. Jari-jemarinya yang lentik terlihat putih dan indah. Meski usianya sudah separuh baya ia tetap kelihatan anggun, menarik dan luwes dipandang mata.
"Tapi, pernikahan ini hanya sementara sebagai istri simpanan Abimanyu dan tak boleh ada satu orang luar pun yang tahu. Setelah anak itu lahir laki-laki kamu akan terbebas dari Abimanyu. Dan … anak itu akan menjadi milik Nyonya Nadia."Hatiku terasa diremas-remas. Menahan sesak di dada mendengar ucapan Nyonya Besar Kinanti. Melahirkan anak lalu, akan dibuang begitu saja ibarat tebu habis manisnya sepah dibuang. Sungguh terlalu.
Bukankah di luar tak hujan? Mengapa seperti ada guntur yang menyambar? Lalu, dada ini berdebar dan terasa bergetar menyentuh sesuatu di dalamnya. Tubuhku gemetar seperti terkena sengatan aliran listrik. Kuberanikan diri menatap kornea Nyonya Besar Kinanti dan mencoba menembus pekatnya manik hitam miliknya. Wanita bertubuh tinggi langsing itu menatapku dengan sorotan yang menikam. Aku pun menunduk kembali. Hanya saja tangan dan tubuh ini terlihat gemetar.Seorang wanita miskin sepertiku tidak di butuhkan pendapatnya. Jangankan mengeluarkan suara untuk sekedar berbicara saja harus ada tata caranya. Apa yang lebih menyakitkan dari ini jika kalian ada di posisiku.
***Bersambung."Kau akan bercerai dengan Abimanyu dan terbebas darinya. Tapi … tidak boleh membawa Arkan." Nyonya Besar Kinanti berkata dengan nada tinggi.Sudah kuduga, perempuan angkuh itu pasti tidak akan pernah melepaskan kami begitu saja. Dia akan menggunakan kekuasaan, dan uangnya untuk memenjarakanku."Maaf, Nyonya. Keputusan saya sudah bulat. Saya tidak akan kembali pada Den Abimanyu."Nyonya Besar Kinanti murka, dia langsung berdiri menatapku tajam. Wanita angkuh itu tidak terima. Aku membawa keturunan keluarga Widodo."Sudahlah, Mami. Aku sudah memutuskan untuk menceraikan Salma." Den Abimanyu menimpali."Tidak. Salma tidak mungkin bisa membesarkan Arkan dengan baik. Mau dikasih makan apa cucuku." Ibu mertua berteriak.Dadanya bergemuruh menahan amarah. Jelas di netranya terlihat berapi-api, seperti akan m
"Maafkan, aku. Gara-gara aku kamu jadi terluka seperti ini." Aku tak berani menatap wajah Saka. Lelaki jangkung itu terbaring lemah di ranjang periksa.Sudah dua hari dia tidak berdaya, terluka karena tusukan pisau. Saka terluka parah, ketika beberapa preman melukainya."Tidak apa. Cinta perlu pengorbanan."Aku terdiam. Nyaliku tidak cukup kuat untuk sekedar bertanya pada Saka. Siapakah para berandalan itu, yang sudah membuatnya terluka. Meski beberapa kata-kata ingin berdesakan keluar, namun niat ini kuurungkan."Ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?""Tidak ada. Aku hanya ….""Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu.""Apa?""Kamu pasti ingin tahu siapa mereka yang sudah menyerangku, bukan?"Aku bergeming. Saka menatap ke arah kaca jendela. Dia dirawat di lantai atas. Tampak pemandangan di bawah sangat indah."Siapa mereka?""Prema
Setelah kejadian mengerikan itu, Den Abimanyu meminta rujuk, namun aku menolaknya mentah-mentah. Aku menyapu pandangan ke taman bunga yang terhampar di halaman depan. Dia berdiri di sana memakai balutan jas mahal."Ayo kita pulang Salma! Aku berjanji akan berbuat adil padamu." Kata Den Abimanyu. Dia menatapku dengan pandangan sayu."Maaf, Den. Aku tidak bisa kembali padamu." Suaraku tercekat di tenggorokan, menatap wajahnya yang lesu."Kenapa?""Aku lelah.""Haruskah ku buktikan padamu jika permohonanku ini serius. Sejujurnya aku tak bisa hidup tanpa kamu."Tidak kulihat senyumnya yang biasa terpancar, hanya wajah sendu dan mata yang berembun dengan buliran bening hampir menitik di kedua kelopaknya."Sudah kuputuskan, Den. Aku mundur dari pernikahan ini. Biarlah aku yang mengalah, mundur dari kehidu
Bagiku keputusan pergi dari rumah terkutuk itu adalah akhir sebuah kisah. Aku meninggalkan Den Abimanyu bukan karena tidak sayang. Hubungan ini sudah berakhir sejak lama setelah ia pergi bersama Nyonya Nadia.Kemarin ia masih bersamaku merasakan indahnya bersama mahligai cinta meski itu hanya satu malam merasakan sentuhan. Aku sudah tidak peduli dengan hatinya. Wanita berhati busuk itu sudah menguasai suamiku. Dia tidak ingin berbagi suami denganku yang derajatnya terlalu rendah sebagai babu.Disini aku dihargai layaknya seorang wanita yang sama derajatnya dengan mereka. Keluarga Saka sangat baik memperlakukanku. Merek menyambut kedatanganku bak seorang ratu."Selamat datang di istana kami, Salma," ucap wanita berparas cantik menyambut kami.Aku menoleh ke arah Saka yang tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. Lelaki itu hanya mengangguk hormat kepada ibunya.Lantai marmer putih menjadi sak
Aku sudah mempersiapkan semuanya untuk kabur dari rumah neraka ini. Aku akan pergi membawa Arkan bayi mungil yang baru dilahirkan beberapa minggu. Menghadapi sikap Abimanyu membuatku tak sanggup bertahan lebih lama."Bu, malam ini aku akan kabur lewat jalan belakang setelah semua para pelayan tidur dan penjaga gerbang juga tidur," ucapku lirih."Apa tidak sebaiknya kamu pikirkan dulu, Nduk. Ibu tidak mau kamu tertangkap dan akan mendapat hukuman dari Nyonya Besar Kinanti."Sepasang mata sembab ku menatap wanita tua yang duduk di tepi ranjang. Aku merasa sedih karena harus meninggalkan Ibu sendiri di tempat ini. Aku tahu konsekuensinya bila kabur dari rumah ini. Jika sampai tertangkap maka hukumannya berat.Nyonya Besar Kinanti pasti tidak akan memaafkan bila ketahuan pergi dari rumah dengan membawa putra mahkota. Sudah bisa dipastikan hukuman sangat berat dan mendapat ganjaran yang setimpal.Tidak mungk
Aku tak ingin memupuk angkara, ingin lekas berpisah dari derita. Tidak ingin bertambah lagi bebannya.Membayangkan menjadi Cinderella? Pernah. Memang itulah diri ini yang beruntung dipersunting oleh lelaki yang tampan bak pangeran. Pekerjaan mapan, punya rumah dan mobil mewah juga penerus kekayaan tujuh turunan. Namun, ketika malam demi malam tersiksa sendirian dan tidur dengan kamar terpisah saat itu baru aku sadar. Aku tidak layak menjadi Cinderella layaknya putri dalam cerita.Tapi, keinginan itu bangkit kembali ketika hadirnya Arkan pangeran kecil dan dukungan dari Saka. Aku wanita tanpa kasta yang bersimpuh memohon perpisahan demi kebaikan semua. Kehadiranku di tengah rumah tangga Den Abimanyu hanya membawa malapetaka, pertengkaran dan kebencian Nyonya Nadia."Putuskan saja ikatan pernikahan ini, Den agar kalian bisa kembali seperti dulu seperti pasangan yang romantis."Pertahanan yang kumiliki selama ini
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen