Marissa mengunjungi Farissa dengan membawa banyak makanan mulai dari martabak, bolu, brownies, ayam bakar, dan buah-buahan.Mereka kini sedang berada di dapur. Marissa berencana mengajari Farissa basic skill. Basic skill pertama yang diajari Marissa adalah memasak.Bukan memasak yang berat-berat. Tapi memasak sesuatu yang sederhana mulai dari mie instan, telur goreng, nugget dan sosis goreng, memasak sup dan lain-lain.Setelah mengajari cara membuat mie instan, Marissa lalu mengajari Farissa menggoreng telur dadar."Cara goreng telur ada dua cara. Yang pertama adalah telur dadar lalu yang kedua adalah telur ceplok. Cara membuat telur dadar yaitu pecahkan telur di atas mangkuk, lalu bumbui atau masukan sayur sesuai selera. Sedangkan cara membuat telur ceplok adalah pecahkan langsung telur di atas wajan. Paham?" tutur Marissa.Farissa mengangguk mantap. "Paham."Farissa pun mulai mencoba memasak walaupun harus dengan drama. Entah minyak yang meletup-letup sampai mengenai mereka, Farissa
Jam lima sore, Marissa sudah kembali ke rumahnya karena orang tua Nia sudah pulang ke rumah jadi Nia tidak kesepian lagi. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Marissa pun berjalan memasuki rumah.Di ruang tamu, terdapat Aurin yang sedang bermain ponsel. Begitu melihat Marissa, Aurin melambaikan tangannya sambil berkata, "Sini, Nak!"Marissa pun berjalan menghormati Aurin lalu menduduki dirinya di sofa."Ehem, Mama mau tanya. Maksud kamu bilang kalau 'kamu punya saudara kembar' di acara syukuran itu apa, ya?" Aurin bertanya."Nanti ada waktunya Mama akan tahu sendiri. Tunggu aja, Ma," sahut Marissa yang lalu beranjak meninggalkan Aurin yang terdiam.Marissa memasuki kamarnya lalu menguncinya. Kemudian, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Marissa memejamkan matanya, mencoba untuk beristirahat sebentar.Begitu banyak misteri di hidupnya, sampai Marissa bingung dari mana ia memecahkan masalah-masalah yang ada di hidupnya. Ia juga harus berjuang seorang diri.Ia pun bangkit da
Saat ini, Marissa dan Roy sedang duduk di kursi panjang yang tersedia di pasar malam. Marissa sedang menikmati es krim sedangkan Roy menikmati kopi avocado."Terima kasih, Roy, gelang dan es krimnya," cetus Marissa."Apapun untuk kamu," sahut Roy.Marissa pun tersenyum malu-malu. Ia memandangi gelang manik-manik yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia begitu menyukai gelang tersebut apalagi itu pemberian Roy.Marissa lalu mengambil ponselnya dari dalam tas kemudian ia memotret es krim dan gelang yang ada di tangannya. Tak lupa Marissa juga memotret foto dirinya dan Roy. Ia lalu memposting foto tersebut di story media sosialnya.Dalam sekejap, ribuan orang melihat story-nya yang beberapa di antaranya adalah artis dan aktor. Wajar, karena ayahnya adalah seorang sutradara sedangkan ibunya adalah seorang penyanyi terkenal."Aku punya sesuatu lagi buat kamu," celetuk Roy."Apa?" Marissa menyahut.Roy merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam."Apa ini, Roy?""
Satu minggu berlalu, Marissa kini sedang berada di kontrakan tempat Farissa tinggal untuk menjemput cewek itu.Marissa berencana mengajak Farissa mengambil hasil tes DNA mereka di rumah sakit. Tapi sebelum itu mereka sarapan dulu di rumah Farissa. Mereka memakan pizza sebagai menu sarapan mereka."Kamu ketemu kucing ini dari mana?" Marissa menunjuk Puppy yang berada di pangkuan Farisssa."Ketemu dijalan," jawab Farissa."Gak ada yang punya?" Marissa kembali bertanya."Aku aja ketemu Puppy pas Puppy lagi kelaparan. Kalau misal ada yang punya pasti gak bakal membiarkan peliharaannya hilang dan kelaparan," ujar Farissa.Marissa geleng-geleng kepala. Merasa takjub dan pemikiran Farissa.Setelah memakan pizza, mereka pun keluar dari kontrakan. Marissa sengaja memakai masker dan kacamata hitam agar orang-orang tidak menyadari bahwa wajahnya sangat mirip dengan wajah Farissa.Di depan rumah sebelah kontrakan Farissa, ada Sky yang sedang duduk santai sambil menikmati secangkir teh."Hai, cowo
Pukul tujuh malam, Aurin dan Abraham sudah kembali ke rumah. Marissa dan Farissa melihat kepulangan Aurin dan Abraham lewat jendela kamar Marissa.Mata Farissa berkaca-kaca. "Ternyata mereka orang tuaku," ucap Farissa dalam hati.Marissa yang melihat Farissa hampir menangis pun mengelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Mereka berdua pun keluar dari kamar dan menuruni tangga.Bibi Ambar yang membantu membawakan barang-barang Aurin dan Abraham pun syok saat melihat ada dua Marissa. Tapi Marissa segera mengangkat tangan kanannya sebagai tanda agar Bibi Ambar tidak bertanya.Aurin dan Abraham sibuk bercanda dan tertawa saat memasuki rumah. Tawa mereka pun seketika berhenti saat melihat Marissa dan Farissa. Ruangan menjadi hening, semuanya sibuk menatap Marissa dan Farissa."I-ini siapa? Mana Marissa yang asli?" Aurin bertanya kebingungan."Aku Marissa asli. Aku memakai kalung pemberian Roy dan cincin pemberian Papa Mama. Aku sengaja cat rambutku berwarna silver sebagai identitas bar
Jam dua pagi Marissa terbangun dari tidurnya. Tidak biasanya ia bangun dini hari. Semalam ia tidur sangat nyenyak tanpa mimpi.Ia membuka ponselnya. Terdapat notifikasi pesan dari Roy jam sepuluh malam. Marissa pun membukanya.Roy: Hai, cantik. Udah tidur, ya?Roy: Padahal aku mau kirim martabak buat kamuRoy: Martabaknya udah aku kirim yaMarissa tersenyum. Tapi seketika senyumnya pudar saat melihat status Roy sedang online."Kebiasaan, begadang terus," ucap Marissa dalam hati.Marissa: Kenapa blm tidurRoy: Eh, maaf sayang. Aku tadi lagi ngurus tugas osis terus aku istirahat bentar buat main ponsel eh malah keterusan heheMarissa: 😒Roy: Hehe, maaf sayang. Kamu sendiri kenapa jam segini belum tidur. Aku kira udah tidurMarissa: Aku kebangunRoy: Ya udah lanjut tidur lagiMarissa: BentarMarissa: *picture*Marissa: Itu foto rambut baru aku. Cantik kan?Roy: Bagus banget sayang. Cocok sama mukamu yang imutMarissa: Syukurlah. Aku kira kamu gak sukaRoy: Suka, dong. Apapun yang berkait
Marissa menatap kebingungan tempat ia berada. Ia kini berada di sebuah labirin yang sangat besar. Marissa bertanya-tanya kenapa ia bisa berada di labirin."Selamat datang, Marissa. Kamu sudah bergabung dalam permainan ini. Untuk keluar dari sini, kamu harus mengikuti langkah-langkahnya." Sebuah suara muncul dengan sangat keras.Tidak ada orang atau siapapun selain Marissa di sini. Lantas suara siapa itu?"Hal yang harus kamu lakukan adalah mencari mawar merah yang akan menjadi kunci agar kamu bisa keluar dari sini.""Mawar merah? Dimana aku harus mencarinya?" Marissa berteriak.Tidak ada jawaban. Marissa masih berusaha bertanya dengan berteriak. Tapi tetap tidak ada jawaban.Akhirnya Marissa mulai menyusuri labirin itu. Saat ia sudah mencapai belokan ke empat, ia melihat ada ada seorang ibu hamil berbaju merah yang akan melahirkan. "Kenapa bisa ada ibu hamil di tengah-tengah labirin?" Marissa bertanya dalam hati.Marissa pun mendekati wanita hamil itu. "Bu Ibu tidak apa-apa?" Marissa
Marissa tersadar. Ia langsung mendudukkan dirinya sendiri. Paman Pandu pun sudah membuka matanya"Syukurlah," ucap Abraham dan Aurin bersamaan.Marissa masih mengingat jelas apa yang ia alami di alam bawah sadarnya. Ia seperti habis mengalami lucid dream."Untungnya, ada Alard yang membantu Marissa keluar dari jebakan mimpi yang dibuat oleh Azalah. Jika Alard tidak menolong, niscaya Marissa tidak akan selamat,' tutur Paman Pandu.Abraham dan Aurin saling pandang lalu menunduk."Maafkan Papa dan Mama. Karena kesalahan kami, kalian anak-anak Papa dan Mama harus merasakan berbagai kesengsaraan," ujar Aurin."Semua sudah terjadi. Yang penting sekarang Mama dan Papa tahu 'kan kalau Alard itu baik? Walaupun dulu mata batinku tertutup, Alard tetap setia menemani dan menjagaku hingga detik ini," sahut Marissa."Iya, kami tidak akan memisahkan kalian berdua lagi," ucap Abraham."Paman Pandu, terima kasih banyak. Anda selalu menolong kami. Ini kami ada sedikit rejeki untuk Paman Pandu. Mohon di