"Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu
Setelah sepasang suami istri menanti datangnya seorang buah hati selama 5 tahun, namun tidak kunjung terwujud. Akhirnya mereka memilih jalur lain. Sebuah jalur yang seharusnya tidak mereka pilih.Bersekutu dengan iblis adalah jalan yang mereka tempuh. Sang iblis menjanjikan sepasang anak kembar untuk pasangan suami istri tersebut. Dengan syarat, salah satu anak tersebut harus diberikan untuk iblis yang akan menjadikannya seorang budak.Sepasang suami istri tersebut setuju. Mereka pun melakukan ritual di sebuah ruangan gelap gulita di rumah mereka.Kita panggil saja sepasang suami istri itu dengan nama Aurin dan Abraham.Mereka duduk dengan mengatupkan kedua tangan dan menunduk. Mulut mereka merapalkan mantra pemanggil iblis.Beberapa menit kemudian, munculah bayangan hitam yang sangat besar. Perlahan-lahan, bayangan tersebut menyatu membentuk seorang laki-laki yang sangat tampan."Selamat datang Tuan Azalah," ucap Aurin dan Abraham bersamaan."Aku adalah manusia setengah iblis. Aku te
17 tahun kemudian. Suasana rumah tampak ramai karena saat ini sedang diadakan pesta ulang tahun Marissa yang ke 17."Happy birthday to you…. Happy birthday.… Happy birthday.... Happy birthday to you…." Semua kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun."Make a wish, Nak," ujar Aurin.Marissa menyatukan kedua tangannya dan merapalkan sebuah doa. Setelah itu, ia meniup lilin yang berada di atas kue ulang tahunnya. "Yeay." Terdengar sorakan dan tepuk tangan yang ditujukan untuk Marissa."Potongan pertama untuk Mama dan Papa," ucap Marissa seraya menyuapkan potongan kue ulang tahun kepada kedua orang tuanya.Setelah acara tiup lilin dan potong kue, kini diadakan acara makan-makan dan hiburan. Ada penampilan dari sebuah band yang beranggotakan teman-teman sekolah Marissa yang bernama Carolina Band.Acara berjalan dengan lancar dan seru walau hanya diadakan secara sederhana di dalam rumah. Apalagi ada Roy, pacar Marissa yang tentunya ikut hadir dalam acara ini.Marissa dan Roy berdansa ria
Keesokan paginya, Marissa sedang bersiap-siap berangkat sekolah. Ia mematut dirinya di depan cermin. Setelah selesai berdandan, Marissa segera menyambar tas ranselnya dan keluar kamar.Ia berhenti di ruang makan dan langsung meneguk susu hangat yang telah dibuatkan ibunya. Setelah itu ia mengambil roti selai dan langsung melahapnya hingga habis."Aku berangkat dulu, ya, Ma," ujar Marissa.Aurin geleng-geleng kepala, ia berucap, "Pelan-pelan makannya, Nak.""Roy sudah nunggu. Bye, Ma, Pa."Marissa berlari keluar rumah dan langsung memeluk Roy yang sudah menunggu dengan anteng di atas motor ninjanya."Maaf lama," ucap Marissa."Santai aja, sayang. Aku juga baru aja nyampe, kok. Buruan naik!" sahut Roy.Marissa pun segera menaiki motor dan melingkarkan tangannya ke perut Roy. Roy pun melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Marissa.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sekolah. Setelah memarkirkan motornya, Roy merangkul Marissa dan melangkah bersama-sama menuju kelas mereka
Sudah satu jam lebih Farissa berada di rumah Marissa. Saat ini Marissa sedang buang air besar di kamar mandi dalam kamarnya. Walaupun sedang di kamar mandi, Marissa mengobrol banyak hal dengan Farissa.Tok tok tokTiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Marissa."Nona!" Ternyata itu adalah suara Bibi Ambar, pembantu di rumah Marissa."Nona ngobrol sama siapa? Bibi buka, ya?"CeklekRuangan seketika hening. Farissa dan Bibi Ambar saling tatap."Nona tadi ngobrol sama siapa?" Bibi Ambar bertanya."Aku… aku…." Farissa memilin tangannya, tidak tahu harus menjawab apa.Bibi Ambar menaikkan sebelah alisnya, menunggu jawaban dari Farissa."Aku menonton itu." Farissa mengarahkan telunjuknya ke televisi yang tertempel di dinding.Bibi Ambar menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia sungguh merasa aneh dengan tingkah Farissa. Tapi ia tak ambil pusing. Ia hanya menganggukkan kepalanya lalu mengucap permisi dan keluar dari kamar.Farissa mengusap dadanya, merasa lega. Marissa pun keluar dari kamar m
Marissa memandang ke bawah tepatnya di jalan dari balik jendela kamarnya. Ia memperhatikan Farissa yang berjalan pulang ke rumahnya. Setelah Farissa sudah tidak dapat dijangkau dari pandangannya, Marissa pun menutup jendela lalu merebahkan dirinya di kasur.Pikirannya mulai berkelana. Menebak nebak apa yang sebenarnya terjadi kepada Farissa. Berbagai teori muncul di kepalanya. Apakah 'paman' adalah ayah Farissa? Apakah 'paman' itu jahat? Apakah 'paman' adalah penculik yang menculik Farissa? Dan kenapa Farissa selalu keluar dan berjalan-jalan waktu malam tiba?Marissa menghela nafas kasar. Kepalanya tiba-tiba menjadi pusing dan sakit saat memikirkannya. Ia pun memilih menutup tubuhnya dengan selimut lalu tertidur.•••Sepulang sekolah, Marissa langsung merebahkan diri di atas kasur. Ia sedikit pusing karena memikirkan tugas sekolahnya. Ia disuruh membuat kerajinan dari barang bekas.Nanti kerajinan-kerajinan yang dibuat oleh para murid akan ditampilkan di pameran sekolah hari sabtu.Ti
Marissa fokus menatap bulan purnama yang tampak sempurna di langit malam. Malam ini berbeda dari malam-malam sebelumnya. Fadira sama sekali tidak menampakkan dirinya. Marissa sudah menunggu dari senja sampai malam tiba. Namun Farissa tak kunjung menampakkan batang hidungnya.Marissa menatap jalanan dari balik jendela kamarnya, berharap melihat Farissa. Namun nihil, Farissa tetap tidak terlihat. Marissa meletakkan kepalanya di atas meja. Wajahnya murung.Marissa membuka ponselnya, melihat beberapa foto dirinya dan Farissa. Tak terasa air matanya menetes."Nona, Bibi bawakan susu hangat." Suara Bibi Ambar membangkitkan Marissa.Marissa cepat-cepat menghapus air matanya dan tersenyum ketika Bibi Ambar memasuki kamar."Tugasnya banyak, ya, Non? Mau Bibi bantu?" tawar Bibi Ambar seraya menaruh segelas susu hangat di atas meja."Tidak usah, Bi. Ini sudah mau selesai, kok.""Ya sudah. Bibi tinggal dulu, ya, Non," ucap Bibi Ambar yang diangguki Marissa.Marissa menarik nafas panjang untuk men
Farissa takjub ketika jarinya menyentuh layar handphone milik Marissa. Ia kagum dan bertanya-tanya kenapa layar tersebut bisa bergerak dan berubah-ubah setelah tangannya menyentuh layar handphone tersebut.Ia sampai tidak memperhatikan jalan dan mendapat klakson dari banyak pengendara karena ia tidak fokus dan berjalan ke tengah-tengah jalan. Farissa pun segera menepi dan memasukkan handphone ke dalam saku celananya. Ia menikmati alunan lagu dari earphone yang terpasang di telinganya.Beberapa menit kemudian, ia pun sampai di rumah besar milik Marissa. Di ia pun masuk lewat gerbang dan terlihatlah Aurin yang sedang merawat tanaman di depan rumah. Farissa sudah diberitahu tentang Aurin oleh Marissa. Ia diberitahu Marissa bahwa Marissa memanggil Aurin dengan sebutan 'Mama'."Mama," sapa Farissa sambil mencopot earphone dari telinganya."Eh, kok pulangnya cepat sekali?""Iya, karena aku sudah capek," sahut Farissa."Ya sudah masuk sana! Atau mau temani Mama di sini?""Aku mau temani Mam