共有

Bab 5

作者: Queen Tere
last update 最終更新日: 2022-12-15 14:44:07

Marissa fokus menatap bulan purnama yang tampak sempurna di langit malam. Malam ini berbeda dari malam-malam sebelumnya. Fadira sama sekali tidak menampakkan dirinya. Marissa sudah menunggu dari senja sampai malam tiba. Namun Farissa tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Marissa menatap jalanan dari balik jendela kamarnya, berharap melihat Farissa. Namun nihil, Farissa tetap tidak terlihat. Marissa meletakkan kepalanya di atas meja. Wajahnya murung.

Marissa membuka ponselnya, melihat beberapa foto dirinya dan Farissa. Tak terasa air matanya menetes.

"Nona, Bibi bawakan susu hangat." Suara Bibi Ambar membangkitkan Marissa.

Marissa cepat-cepat menghapus air matanya dan tersenyum ketika Bibi Ambar memasuki kamar.

"Tugasnya banyak, ya, Non? Mau Bibi bantu?" tawar Bibi Ambar seraya menaruh segelas susu hangat di atas meja.

"Tidak usah, Bi. Ini sudah mau selesai, kok."

"Ya sudah. Bibi tinggal dulu, ya, Non," ucap Bibi Ambar yang diangguki Marissa.

Marissa menarik nafas panjang untuk menguatkan dirinya. Kemudian ia mengambil segelas susu hangat dan meneguknya. Dia harus segera menyelesaikan tugasnya membuat kerajinan.

Ia membuat sebuah topi pantai dari kain bekas. Sentuhan terakhir, Marissa menempelkan sebuah bunga hiasan dari manik-manik. Marissa tersenyum melihat hasil karyanya.

Ia pun melanjutkan minum susu hangat lalu ia memutuskan untuk tidur.

•••

Keesokan paginya, Marissa sudah selesai bersiap-siap. Ia pun keluar kamar dan turun ke lantai bawah dengan menenteng kantong besar berisi hasil karyanya.

Saat menuruni tangga, Marissa melihat Roy sedang duduk di kursi ruang makan bersama orangtuanya.

"Princess ku sudah datang," ucap Roy yang dibalas senyum malu-malu oleh Marissa.

Marissa pun ikut bergabung di ruang makan. Mereka makan tanpa bicara karena Abraham tidak suka berbicara saat makan.

Setelah selesai makan, Marissa pun berpamitan kepada orang tuanya. Marissa dan Roy pun keluar rumah dengan bergandengan tangan.

"Lihat dong hasil karya kamu, sayang," ujar Roy.

Marissa pun mengeluarkan hasil karya dari dalam kantong dan menunjukkannya kepada Roy.

"Bagus banget, kamu memang kreatif sekali." Roy memberikan jempolnya kepada Marissa.

Marissa tersenyum malu-malu. Walau sudah beribu kali Roy menggombal kepadanya, Marissa tetap selalu salah tingkah saat dipuji atau diberikan gombalan.

"Ayo naik!" Marissa pun naik ke motor ninja Roy dan melingkarkan tangannya di perut Roy.

"Siap? Let's go!"

Marissa tertawa saat Roy membawa motor dengan kebut-kebutan di jalan. Walaupun rasanya nyawanya seperti ingin melayang, itu justru menambah keseruan saat berkendara.

Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di sekolah. Mereka berdua lagi-lagi bergandengan tangan saat berjalan menuju kelas. Saat memasuki kelas, Marissa langsung disambut oleh Nia.

"Akhirnya kamu datang juga. Aku penasaran sama hasil karya kamu. Kamu buat apa?" celetuk Nia.

"Ada, deh. Kamu jangan kepo," sahut Marissa seraya mendudukkan dirinya di kursi.

"Ih, Marissa! Kasih tau, dong."

Marissa memutar bola matanya malas. Ia pun mengeluarkan hasil karyanya dari kantong dan menunjukkannya kepada Nia.

"Ih, banget! Gak kayak punyaku yang jelek."

"Memangnya kamu buat apa?"

"Aku buat tas dari cangkang kerang."

"Ih, itu bagus banget tahu!"

"Iyakah?"

"Iya!"

"Aku gak siap mau pameran."

Mereka berdua pun terus mengobrol hingga bel masuk berdering.

•••

Marissa pulang sekolah dengan wajah sumringah. Topi buatannya laku seharga satu juta.yang dibeli oleh seorang kolektor. Sama halnya dengan Marissa, karya seni Nia dan Roy juga habis terjual.

Seperti hari-hari biasanya, Marissa diantar pulang oleh Roy. Setelah melakukan perjalanan selama beberapa menit, mereka pun sampai di rumah Marissa.

"Besok jangan lupa kita ke bioskop." Roy berkata.

"Iya-iya."

"Aku pergi dulu, ya. Bye, cantikku."

"Bye juga sayangku."

Roy pun tersenyum dan melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Marissa.

"Ehem, sayang-sayangan," celetuk Aurin seraya menyirami tanaman.

"Eh, Mama," ucap Marissa kaget.

"Sana masuk terus mandi. Atau mau mandi sekarang juga." Aurin menggerakkan penyiram tanaman yang ia pegang seolah ingin menyiram Marissa.

"Eh, jangan dong, Ma. Aku mau jogging dulu."

"Yaudah cepetan!"

"Iya-iya, marah-marah terus nanti kayak nenek-nenek." Bertepatan dengan itu, Marissa kelabakan karena tubuhnya disiram oleh Aurin.

"Mama! Aku jadi harus mandi sekarang juga 'kan!"

"Hahahaha." Tawa Aurin meledak.

•••

Selesai mandi, Marissa bersiap-siap untuk berjogging. Ia duduk di depan meja rias nya sambil mengeringkan rambutnya yang basah.

Setelah selesai mengeringkan rambut, Marissa duduk bersandar pada headboard. Ia mengambil kitab anak iblis di dalam laci dan membukanya.

Kitab tersebut berisi dua puluh halaman. Sepuluh halaman depan atau halaman satu sampai sepuluh berisi sepuluh mantra dan sepuluh halaman lainnya berisi sepuluh mantra untuk mengobati atau menghilangkan sesuatu yang disebabkan mantra pada halaman satu sampai sepuluh.

Marissa menyalin semua mantra penyembuh di halamans sebelas sampai dua puluh di sebuah kertas. Lalu ia melipat kertas tersebut menjadi kecil dan memasukkannya ke dalam saku celananya.

Setelah memasang earphone di telinganya, Marissa pun mulai berjogging keliling perumahan. Sesekali ia tersenyum dan menyapa para tetangganya. Lalu hal yang sejak tadi ditunggu-tunggu Marissa pun tiba, yaitu rumah bercat putih dan bertingkat dua tempat Marissa bertemu dengan Farissa kemarin.

Ia berjalan di jalan samping rumah itu. Ternyata terdapat pintu belakang di rumah tersebut. Dan ia melihat Farissa berdiri menyender di pintu belakang.

"Farissa!" Marissa memanggil.

"Eh, Marissa?"

"Sini," ucap Marissa sambil melambaikan tangan.

Farissa pun bergegas menghampiri Marissa. Tanpa diduga-duga, Marissa memanjat pagar untuk masuk ke dalam.

Setelah berhasil memasuki pekarangan rumah, Marissa berbisik, "Aku punya rencana."

"Apa?"

"Ayo bertukar kehidupan."

Farissa melongo, mencoba mencerna ucapan Marissa. "Bertukar kehidupan?"

"Iya, kamu jadi aku dan aku jadi kamu."

"Bagaimana caranya?"

Marissa pun membisikkan sesuatu ke telinga Farissa.

Beberapa menit kemudian, Marissa dan Farissa sudah bertukar pakaian. 

"Siap?" ucap Madissa.

"Siap!"

Farissa pun keluar pagar dan mulai berjogging seakan-akan ia adalah Marissa. Sedangkan Marissa duduk di teras depan dengan menggunakan baju lusuh milik Farissa.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil putih yang terlihat sangat mahal dan mewah memasuki rumah. Rupanya itu adalah pria yang sama dengan pria yang Marissa lihat menyeret Farissa dulu.

Marissa berdiri lalu berkata, "Hai, Paman."

"Masuk!" Pria yang dipanggil paman tersebut berucap ketus setelah terdiam menatap Marissa beberapa saat.

Marissa mengangguk. Mengikuti perintah Azalah.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Rosyanti Ibrahim
ceritanya bagus bnget tp pusing juga setiap masuk bab selanjutnya harus menggunakan koin sedang kan koin aku tdk ada bgmn melanjutkannya... pusing bingun..
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 120

    "Aku, Sky Putra Raja, menjadikanmu, Farissa Putri Abraham, istri ku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," ucap Sky lantang."Aku, Farissa Putri Abraham, menjadikanmu, Sky Putra Raja, suamiku, untuk kumiliki mulai hari ini dan seterusnya, dalam keadaan baik, buruk, sehat, sakit, kaya ataupun miskin, hingga kematian memisahkan kita," balas Farissa.Mereka pun berciuman dan berpelukan. Riuh tepuk tangan kembali terdengar. Para pemain musik mulai memainkan musik hingga terdengar alunan musik yang indah yang membuat suasana menjadi semakin hangat.Seluruh keluarga dan kerabat pun berfoto bersama dengan kedua pasangan pengantin. Setelah itu, diadakan acara lempar bunga. Marissa dan Farissa pun membelakangi para tamu lalu melempar buket bunga ke belakang.Yang menangkap kedua bunga tersebut adalah Nia dan seorang laki-laki bernama Joy. Joy adalah teman kampus mereka. Bertepatan dengan itu

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 119

    Roy: Aku mau ngelamar kamuMarissa terkejut dan membeku saat membaca pesan dari Roy. "Ya Tuhan, ini beneran?" gumamnya.Marissa: Kamu serius?Roy: Seriuslah. Aku sama Bunda udah nyiapin seserahan. Kami akan kerumahmu nanti sore. Dandan yang cantik ya, sayang.Marissa merasa senang, cemas, bingung pokoknya semua rasanya seperti campur aduk. Ia sampai berjingkrak-jingkrak saking merasa campur aduk. Ia memandangi dirinya di depan cermin sambil berucap, "Serius cewek kayak aku mau dilamar nanti? Acak-acakan gini kayak orang utan kok bisa cepat dapat calon suami, ya.""Tapi aku memang cantik, sih," lanjutnya sambil berpose layaknya model."Aku harus nyiapin pakaian buat nanti." Marissa buru-buru menggeledah lemarinya. Banyak baju yang ia hamburkan hingga menjadi berantakan. "Aduh, aku harus pakai yang mana?" Marissa frustasi. "Oh iya. Lebih baik aku bilang ke Mama Papa sekalian tanya saran pakaian yang cocok dipakai nanti."Marissa pun keluar kamar dan berjalan ke kamar kedua orangtuanya.

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 118

    "Dari hasil pemeriksaan, pasien dinyatakan hamil." Ucapan dokter membuat tubuh Anggun membeku."A-apa? Aku hamil?" Anggun berucap tak percaya."Iya. Usia kandungannya baru dua minggu. Tolong dijaga baik-baik kandungannya. Saya akan beri vitamin dan surat kontrol. Nanti bisa kontrol ditemani suaminya.""Suami? Apakah dunia sedang bercanda?" ujar Anggun dalam hati.Marissa menatap Anggun dengan tatapan kasihan. Dia ingin menyadarkan Anggun melalui kata-kata tapi ia tak tega melihat wajah Anggun yang pias. Setelah keluar dari ruangan dokter, Anggun menangis sejadi-jadinya."Maafkan aku, Mar. Mungkin ini karma karena aku berniat mencelakaimu. Tolong bantu aku… aku harus bagaimana?""Aku sudah memaafkanmu. Kamu harus sabar dan ikhlas menerima anak di rahimmu. Bagaimanapun dia bayi tak berdosa. Jangan kamu sakiti apalagi menggugurkannya. Kamu tidak mau 'kan terjadi hal buruk lagi? Maka jaga kandunganmu.""Lalu bagaimana dengan kuliahku?""Kamu bisa menggunakan pakaian oversize ketika ke kamp

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 117

    Marissa tidak berangkat sekolah karena ia masih merasa lemas dan tak bertenaga. Kini dia hanya duduk bersandar ke headboard sambil menonton film. Tiba-tiba terdengar suara motor Roy yang sangat Marissa hafal.Marissa pun berhenti memutar film lalu beranjak dan turun ke lantai bawah dan menghampiri Roy. "Aku gak berangkat kuliah. Maaf gak ngabarin kamu karena aku lupa."Roy menyerahkan beberapa batang coklat kepada Marissa. "Cepat sembuh, sayang."Marissa menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Roy." Ia mengecup pipi Roy.Roy melotot kaget. Ia memegangi tangan Marissa lalu meremasnya. "Aaa aku salting berat. Kamu harus tanggung jawab."Marissa mengecup pipi Roy lagi. "Aku sudah tanggung jawab.""Itu malah bikin aku tambah salting, Mar.""Memang tujuan aku begitu. Aku suka lihat wajah kamu pas salting.""Kalau begitu aku juga mau cium kamu." Roy turun dari motornya.Namun Marissa segera berlari memasuki rumah sambil tertawa. Roy menatap Marissa dengan tatapan yang dibuat seolah-o

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 116

    Cesy mencekik Excel sampai Excel tersedak dan sesak nafas. Excel memegangi tangan Cesy yang terasa sangat dingin. Cesy menatap Excel sangat tajam."Puas kamu merusak seluruh hidupku? Kamu memang pria brengsek. Kamu seharusnya gak pantas hidup. Kamu adalah manusia paling bejat yang pernah aku kenal," ucap Cesy berapi-api."Aku minta maaf." Excel melirih."Apakah kata maaf bisa mengembalikan semuanya yang sudah hancur tak tersisa? Kenapa? Kenapa kamu lebih memilih meninggikan ego dan sikapmu yang temperamental dari pada menahannya dan berusaha bersikap lembut kepadaku? Tidak perlu lembut, tapi bersikaplah dengan normal kepadaku. Apa itu sangat susah?""Iya aku tahu aku salah. Aku juga tidak ingin mempunyai gangguan mental dan sikap temperamental. Ini semua bukan pilihanku.""Menjadi korban kebejatanmu juga bukan keinginanku." Cesy berteriak. Ia melepaskan cekikkannya dengan kasar.Excel buru-buru mengatur nafas lalu turun dari kasur dan bersujud kepada Cesy. "Tolong jangan ganggu aku la

  • Melahirkan Anak Iblis   Bab 115

    "Tolong berhentilah mengganggu Excel. Dia sudah mendapatkan ganjarannya. Kamu sudah menang, Cesy," ucap Marissa.Raut wajah Cesy berubah sedih. "Aku masih dendam padanya.""Untuk apa kamu dendam? Jika kamu berhenti mengganggunya dan dia dinyatakan pulih dari gangguan jiwanya maka ia akan dipenjara. Bukannya itu adalah balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini kepadamu?"Cesy diam, tampak berpikir. Beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberinya pelajaran satu kali lagi lalu aku akan berhenti mengganggunya."Marissa hanya geleng-geleng kepala. Memang kalau orang sudah dendam pasti akan melampiaskan dendamnya sampai ia puas termasuk Cesy. Ia bahkan masih ingin memberi pelajaran kepada Excel.Tiba-tiba perasaan Marissa menjadi tidak enak. Tapi ini menyangkut Roy.•••Saat sedang bersantai di balkon, tiba-tiba ponsel Marissa berbunyi. Saat Marissa mengeceknya, rupanya ada telepon dari Roy. Marissa pun segera mengangkatnya."Halo, Roy?""Halo, Mar. Kamu kesini

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status