Share

Bab 122.

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-02-09 21:38:30

Clara menengadah, menatap wajah Sebastian yang terlihat tenang, teduh, dan lembut. Tak seperti biasanya yang terlihat dingin dan arogan. Clara mencoba mencari keyakin dari tatapan Sebastian. Apakah benar yang pria itu katakan?

"Apa itu sungguhan?" tanya Clara. "Bukankah kamu ingin mengembalikan aku pada suamiku setelah kontrak selesai?"

Sebastian berdecak. Wanita ini ingatannya memang sangat kuat. Batinnya. "Aku hanya menggertak suamimu saja."

"Jadi itu tidak sungguhan?" tanya Clara lagi.

"Asal kamu bersedia. Maka aku akan menghapus kontrak itu," kata Sebastian yang membuat Clara seketika terdiam. Dia merasa senang ketika mendengar ucapan Sebastian, namun di sisi lain dia juga kepikiran.

Bagaimana nasib William. Kalau dirinya menerima tawaran Sebastian. Itu artinya dirinya harus meninggalkan pria itu. Dan itu akan menyakiti William. Padahal pria itu tidak salah.

"Kenapa kamu diam? Jangan bilang kamu meragukanku?" tanya Sebastian.

Clara menarik sudut bibirnya singkat. Kepalanya kembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 270.

    "William." Clara terlihat syok, wajahnya pucat. Senyum yang sejak tadi terpahat di bibirnya seketika memudar. Sementara Sebastian sudah bisa menduga sebelumnya, bahwa pria ini akan datang. Sebastian memang terlihat tenang, namun, dalam hatinya seketika merasakan gejolak emosi yang sangat berlebihan. Richard dan Rosalia yang semula terkejut, kini terlihat biasa saja. Mungkin saja mereka hanya ingin menghargai William. "Nak William, kamu datang?" sapa Rosalia. Wanita paruh baya itu tampak mengulas senyum ramah. Terkesan memaksa, dan Clara dapat melihat itu. Alih-alih menjawab, William justru menatap ke arah Clara. "Lama tidak bertemu, Clara," ucap William. Tatapannya tampak penuh kekaguman. Mendengar itu, kedua tangan Sebastian mengepal di bawah meja. Gelombang amarah menggulung begitu kuat, menguasai dirinya. Terlebih ketika melihat William mendudukkan dirinya di dekat Clara. Kalau tidak mengingat tempat, Sebastian sudah membuat pria itu terhempas. "Bagaimana kabarmu, Clara?" ta

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 269.

    Suasana ruang tamu yang semula dipenuhi suara tawa kecil Kaisar mendadak berubah hening begitu Clara membuka topik yang selama ini tak pernah benar-benar dibicarakan di hadapan kedua orang tuanya. Dengan suara pelan namun tegas, dia menyebut satu kata yang membuat waktu seolah berhenti—perceraian.“Ayah, Ibu… aku ingin kalian tahu alasan sebenarnya mengapa aku berpisah dengan William,” ujar Clara perlahan, menatap wajah kedua orang tuanya yang kini mulai berubah raut.Richard yang tadi sibuk menimang cucunya, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Tatapannya yang hangat terhadap Kaisar mulai mengabur, berganti dengan sorot mata yang mengandung kebingungan. Sementara Rosalia, yang sedari tadi tampak tenang di sisi Richard, mendadak mengatupkan bibir rapat-rapat, seolah tak ingin satu pun kata keluar sebelum dia benar-benar yakin apa yang ingin diucapkan.Keheningan menggantung di udara, menciptakan jeda yang cukup panjang untuk membuat suasana terasa kian canggung. Clara menggenggam tanga

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 268.

    Sebastian tersenyum lebar, sorot matanya memancarkan kelegaan sekaligus kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Ucapan Richard barusan terdengar begitu berarti di telinganya. Dia tidak hanya memaknainya sebagai bentuk penerimaan atas kehadiran Kaisar, tetapi juga sebagai sebuah undangan tersirat. "Tentu saja, Ayah. Saya akan menyampaikan salam Ayah pada mereka." Richard mengangguk. Rasa bersalah kembali tampak di wajah pria paruh baya itu. "Jika ada waktu, bawalah mereka kemari," ucap Richard ragu-ragu. Sebastian dan Clara saling pandang sebelum akhirnya salah satu dari mereka memberikan jawaban. "Tentu, Ayah. Kami akan menelpon Ayah jika akan datang kemari." "Baiklah." Setelah mengucapkan beberapa patah kata perpisahan, Sebastian dan Clara akhirnya melangkah meninggalkan beranda rumah keluarga Rein. Meski pertemuan itu tak berlangsung lama, namun waktu yang dilalui terasa bermakna, semua karena keberadaan Kaisar. Langkah keduanya menyusuri jalan kecil yang mengarah ke pintu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 267.

    Kaisar masih menjadi sumber bagi tawa bagi Richard dan Rosalia. Bayi gembul itu kembali ke pelukan Richard setelah sempat mendapat ASI dari ibunya. Setelah sempat mengoceh, bayi itu tiba-tiba tertidur. Dan itu membuat Richard merasa heran. "Apa dia suka sekali tidur?" tanya Rosalia sembari memandangi cucu pertamanya. Sebastian mengulas senyum. "Seperti yang saya katakan, selain menyusu, anak itu suka sekali tidur. Dia hanya akan bangun jika lapar." Ucapan Sebastian disambut tawa oleh Rosalia dan Richard. Namun, tawa mereka seketika berhenti saat William datang. "Maaf, sepertinya saya harus pergi," ucap William sembari memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya. Sebastian mendongak, dan memandang William. "Baguslah, seharusnya sejak tadi kamu begitu," ucapnya sinis, sama sekali tidak ada senyuman di wajahnya. Suasana kembali tegang ketika Sebastian bersuara. William mengepalkan kedua tangan. Dia ingin sekali membalas ucapan Sebastian, namun dia tidak punya waktu untuk itu. Bi

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 266.

    Wajah William yang semula terlihat dingin dan tenang, mendadak berubah saat layar ponselnya menyala dan sebuah nama yang tidak asing muncul di sana. Bianca adalah rekan sekutunya. Dirinya dan wanita itu tengah terlibat sebuah proyek kerjasama. 'Kenapa wanita ini tiba-tiba menelpon?' batin William. William menatap benda yang menyala itu sekilas, sorot matanya memantulkan kegelisahan yang tak dapat dia sembunyikan. Dia segera menggenggam ponsel itu erat-erat, seolah berusaha melindungi sesuatu yang tidak boleh diketahui siapa pun. Kali ini, bukan hanya ketegangan yang tampak di raut wajahnya, melainkan juga kewaspadaan yang mencolok. Dia melirik kanan dan kiri dengan cepat, memperhatikan keadaan sekitar dengan saksama. "Ada apa, Nak?" tanya Rosalia yang menyadari raut wajah aneh mantan menantunya itu. Dan pertanyaan itu mengundang perhatian Sebastian dan Clara serta Richard. Seketika itu dia memaksa senyumnya terbit. "Ah, tidak apa-apa, Bu." William menelan ludah dengan susah p

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 265.

    "William." Clara terlihat syok, wajahnya pucat. Senyum yang sejak tadi terpahat di bibirnya seketika memudar. Sementara Sebastian sudah bisa menduga sebelumnya, bahwa pria ini akan datang. Sebastian memang terlihat tenang, namun, dalam hatinya seketika merasakan gejolak emosi yang sangat berlebihan. Richard dan Rosalia yang semula terkejut, kini terlihat biasa saja. Mungkin saja mereka hanya ingin menghargai William. "Nak William, kamu datang?" sapa Rosalia. Wanita paruh baya itu tampak mengulas senyum ramah. Terkesan memaksa, dan Clara dapat melihat itu. Alih-alih menjawab, William justru menatap ke arah Clara. "Lama tidak bertemu, Clara," ucap William. Tatapannya tampak penuh kekaguman. Mendengar itu, kedua tangan Sebastian mengepal di bawah meja. Gelombang amarah menggulung begitu kuat, menguasai dirinya. Terlebih ketika melihat William mendudukkan dirinya di dekat Clara. Kalau tidak mengingat tempat, Sebastian sudah membuat pria itu terhempas. "Bagaimana kabarmu, Clar

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 264

    Suasana ruang tamu yang semula dipenuhi suara tawa kecil Kaisar mendadak berubah hening begitu Clara membuka topik yang selama ini tak pernah benar-benar dibicarakan di hadapan kedua orang tuanya. Dengan suara pelan namun tegas, dia menyebut satu kata yang membuat waktu seolah berhenti—perceraian. “Ayah, Ibu… aku ingin kalian tahu alasan sebenarnya mengapa aku berpisah dengan William,” ujar Clara perlahan, menatap wajah kedua orang tuanya yang kini mulai berubah raut. Richard yang tadi sibuk menimang cucunya, tiba-tiba menghentikan gerakannya. Tatapannya yang hangat terhadap Kaisar mulai mengabur, berganti dengan sorot mata yang mengandung kebingungan. Sementara Rosalia, yang sedari tadi tampak tenang di sisi Richard, mendadak mengatupkan bibir rapat-rapat, seolah tak ingin satu pun kata keluar sebelum dia benar-benar yakin apa yang ingin diucapkan. Keheningan menggantung di udara, menciptakan jeda yang cukup panjang untuk membuat suasana terasa kian canggung. Clara menggenggam ta

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 263.

    Senyum lebar seketika terbit di bibir Clara ketika mendengar ucapan Richard, sang ayah. Nada suara Richard yang lebih lembut daripada sebelumnya, membuat hati Clara menghangat. Dia merasa seolah-olah dinding beku yang selama ini memisahkan mereka perlahan mulai mencair. Dia menatap Sebastian ragu, seolah meminta persetujuan atas tindakan yang akan dia ambil. Anggukan dari Sebastian membuat keraguan dalam hati Clara seketika memudar. Dia menatap Richard, kemudian bertanya, "Ayah sungguh ingin menggendongnya?" Richard mengangguk pelan. "Ya, berikan padaku." Tanpa ragu, dengan sorot mata berbinar, Clara segera mendekat. Dia mengalihkan pandangannya pada putra kecilnya yang sedang kini terdiam dalam gendongannya. Kaisar tampak begitu damai, seolah turut merasakan kehangatan yang tiba-tiba menyelimuti ruangan itu. Dengan gerakan hati-hati namun mantap, Clara menyerahkan bayi mungil itu kepada Richard. Jemarinya sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena haru yang tak tertah

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 262.

    Clara menghela napas panjang, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berpacu tidak menentu. Udara pagi tidak cukup menyejukkan pikirannya yang sedang berkecamuk. Diaa memejamkan mata sejenak, membiarkan kenangan yang selama ini coba dia kubur dalam-dalam kembali menyeruak ke permukaan. Bayangan pertemuannya dengan kedua orang tuanya beberapa waktu lalu masih begitu jelas terpatri dalam benaknya. Suasana saat itu dipenuhi ketegangan yang nyaris dapat dipotong dengan pisau. Tak ada pelukan hangat atau sambutan ramah, hanya pandangan sinis dan nada bicara yang menusuk hati. Yang paling membekas dalam ingatan Clara adalah suara nyaring Rosalia, yang tak segan melontarkan kata-kata kasar, menyudutkan dan merendahkan harga dirinya sebagai seorang anak. Rosalia menyalahkan dirinya atas perpisahannya yang terjadi dengan William. Dan semua itu terekam jelas di kepala Clara. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Sebastian yang seketika menyentakkan Clara dari lamunannya. Dia menatap ke arah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status